night.

2.3K 175 22
                                    

I'm fine when you are not around, but when i am with you, everything feels better.

.
.
.
.

Kepulan asap menyeruak diantara gerbang masuk gedung flat dipinggiran kota Seoul. Seorang pria diparuh usia tiga puluhan itu menghembuskan sisa pembakaran tembakau yang mengharuskan Kang Seulgi harus sedikit menghindar demi memasuki pelataran tempat yang sudah satu tahun belakangan ini ia tinggali.

Wajahnya berubah masam saat asap rokok menyesak indra penciumannya. Sedikit terbatuk, gadis itu membungkuk, kemudian berlari memasuki lift.

Tangannya teliti menekan tombol bertuliskan angka empat. Bersandar dipinggiran dinding lift, ia menatap pantulan dirinya dengan kemeja yang sudah berantakan keluar dari dalam rok hitam selututnya, rambut kucir kudanya bahkan telah berubah sangat lepek, ditambah eyeliner di atas kantung matanya yang sedikit luntur membuat dandanan rapi Seulgi pagi tadi sama sekali tidak tersisa. Coat yang ia beli tahun baru lalupun sudah semakin memudar warnanya, mungkin membeli satu yang baru bukan ide yang buruk. Atau ia bisa mengambil dari etalase butiknya, ya kalau dia ingat.

Lembur di hari sabtu memang sedikit menyusahkan.

Seulgi menatap ujung heels yang ia pakai, dibaliknya ia merasakan perih akan tumitnya yang sedikit terkoyak.

Ia sedikit menyesal mengiyakan ajakan Mr. Goo, asistennya untuk mencari bahan baru di dermaga-demi harga miring katanya, untuk busana koleksi musim panas butik yang harus dirilis dalam waktu dekat.

Lagi, ia menghembuskan nafasnya sedikit kasar, disaat diam begini, puncak frustasi dengan pekerjaannya baru terasa, tapi mengingat besok hari minggu, mungkin Seulgi sedikit bisa rileks.

Ting.

Seulgi memaksakan kakinya untuk lebih cepat melangkah, yang ia butuhkan sekarang hanyalah tempat tidur, tempat tidur dan tempat tidur.

Sedikit membenarkan tas bahunya yang melorot, Seulgi tergopoh menahan rasa sakit ditumitnya. Ia terus menunduk memandang tumitnya yang lecet mengeluarkan darah.

Sebentar lagi.

Koridor sepi mengingat pukul berapa sekarang, langkah gadis itu semakin cepat.

Namun sepersekian detik kemudian, langkahnya tersendat kala netranya menangkap eksistensi tengah berdiri bersandar di daun pintu kamar bertuliskan 409.

Seulgi meneliti sejenak, memastikan penglihatannya tidak salah. Seulgi tidak sedang memakai kaca matanya, jadi ia berharap apa yang ia sangka bukanlah kenyataan, tapi nyatanya, ia tak pernah salah mengenali sosok tinggi yang sedang menundukkan kepalanya dalam itu.

Dengan bantuan temaram lampu, Seulgi dapat dengan jelas melihat bagaiman eksistensi itu memakai jaket rider hitam yang membungkus hoodie bewarna senada yang sangat pas disetel dengan celana jeans hitam yang bawahnya tersingkap karena sepatu hitam berpolet putih seharga ratusan won.

Seulgi bergerak, melangkah mendekati.

"Kak?"

Si eksistensi menyingkap masker yang sebelumnya ia gunakan, kemudian bersuara ketika menyadari kedatangan Seulgi.

Bicara tentang Seulgi, gadis itu masih berdiri kaku ditempatnya, menampilkan ekspresi datar yang terlampau dingin.

Menyembunyikan bahwa hatinya tak pernah sejalan dengan pikirannya jika sudah berhadapan dengan laki-laki muda beriris jelaga itu.

Ia mengikuti pergerakan laki-laki yang bergerak menyandang tas punggungnya, menurunkan maskernya lebih ke bawah, sampai berjalan kearahnya dalam diam.

Mons Igneus || seulkook • vseul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang