Prilly melihat adiknya tengah menggenggam tangan sang papa sementara dia hanya menatap mereka dari ujung ranjang. Revan sudah sadar meskipun kondisinya masih lemah ditunjang alat-alat medis di tubuhnya.
Revan menatap Prilly sambil mengulurkan tangannya yang lain hingga Prilly mendekat turut menggenggam tangannya dengan Sherly.
"Pa, maafin aku...aku mohon maafin aku." Revan mengangguk kemudian mengusap kepalanya. "Aku akan menuruti semua keinginan papa, aku nggak akan melukis lagi kalau itu bikin papa marah. Maaf selama ini aku egois."
"Kamu...mau kan menikah sama...Ali?" Prilly terdiam mendengar pertanyaan papanya. Hingga akhirnya dia mengangguk dengan air mata yang mengalir.
"Tapi dengan syarat papa harus sembuh."
"Papa pasti sembuh kok. Terima kasih kamu sudah mau menuruti keinginan papa." Prilly hanya mengangguk memeluk papanya.
"Pa, Sherly akan cari info donor jantung buat papa," gumam Sherly yang juga ikut memeluk papanya, "Papa harus sembuh, demi kita berdua." Revan mengangguk mengusap lengan kedua putrinya yang sangat dia sayangi.
Di ruangan itu Ali menunggu hingga akhirnya memutuskan pergi memberikan kesempatan keluarga itu menghabiskan waktu bersama. Namun, Revan langsung menahan langkahnya.
"Ali?"
Lelaki itu pun berbalik menatap calon ayah mertuanya mengulurkan tangannya. Ali mendekat dan memegang tangannya.
"Om sudah tidak memiliki waktu yang banyak, om takut tidak mendapatkan kesempatan melihat Prilly berada di tangan yang tepat, hidup dengan laki-laki yang bisa menjaganya."
"Papa?" Prilly tidak menyangka mendengar itu dari papanya. "Papa ngomong apa sih? Papa pasti sembuh!"
"Iya Papa pasti sembuh!" Sherly menangis terisak.
"Om ingin pernikahan kalian dipercepat besok. Tidak perlu diadakan pesta mewah, om hanya ingin melihat kamu mengikat janji dengan putri om."
Prilly tertunduk menggigit bibir bawahnya menahan isakan yang keluar dari mulutnya. Air matanya tak hentinya mengalir.
Revan menyatukan kedua tangan itu dengan lembut seraya mengatakan permintaan agar mereka bisa menjaga satu sama lain.
"Percayalah pada Papa, Sayang. Ini yang terbaik buat kamu." Prilly hanya mengangguk lalu tanpa disadarinya dia menyandarkan kepalanya di lengan Ali.
"Pa, jangan tinggalin aku," ucap Sherly dengan lirih. "Aku mohon, Kakak akan menikah. Papa akan meninggalkan aku sendirian? Aku nggak bisa kehilangan papa."
"Tidak, Sayang."
"Papa pasti sembuh! Ayo kita pergi berobat ke luar negeri pah! Aku punya banyak kenalan dokter senior di kampus, mungkin mereka punya koneksi dengan para dokter di luar sana. Aku yakin pendonor untuk papa cepat ditemukan."
"Iya, Sayang. Papa akan tetap berusaha untuk sembuh dan pergi sama kamu, tetapi sebelum itu papa mau melihat kakakmu menikah dulu."
"Papa harus bertahan, aku rela pindah kampus di luar negeri. Kalau papa menyerah aku nggak akan melanjutkan kuliah. Aku melakukan ini demi papa! Aku mau papa sembuh!"
Revan hanya mengangguk dengan lemah.
"Saya akan meminta bantuan untuk mencarikan donor jantung yang cocok buat Om," ucap Ali.
"Terima kasih, Ali. Orangtuamu juga sudah berusaha mencarikannya untuk om selama ini," Revan menatap pasangan tampak sedih itu berdiri di luar ruangan karena harus bergantian menjenguknya.
"Sekarang lebih baik kamu sama Prilly persiapkan segalanya untuk pernikahan kalian besok."
Ali hanya mengangguk, "Om harus sembuh, kedua putri om sangat mencintai om."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry With Boss 3
Fanfiction[AliPrilly Fanfiction] Segala hal dalam cerita ini adalah fiksi, tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata nama tokoh yang digunakan. Harap menjadi pembaca yang bijak! Nggak pake sinopsis biar penasaran :p Jangan lupa tambahkan ke library/reading...