Ali sedang bersiap-siap ke kantor memasang dasinya di depan cermin ketika Prilly bangun dan berlari ke kamar mandi. Lelaki itu pergi melihatnya muntah-muntah dan beberapa kali membasuh mulutnya dari keran wastafel yang mengalir.
"Kamu gapapa?"
Prilly mengangkat wajahnya menatap bayangan Ali di cermin hingga Ali bisa melihat wajah pucatnya.
"Mau aku panggilin dokter atau aku antar ke rumah sakit sekarang?"
"Semalam kamu ke mana? Habis telfon kok nggak kembali lagi ke kamar?"
"Aku di ruang kerja."
"Ali," Prilly tertunduk sejenak, "kamu masih marah sama aku? Kamu menghindar dari aku. Padahal ada yang mau aku omongin ke kamu semalam, tapi sampai tengah malam kamu nggak kembali juga ke kamar."
Ali hanya diam membuat Prilly merasa kecewa. Semalaman dia menunggu, tetapi Ali tidak kembali dan entah sejak kapan lelaki itu sudah berada di kamar lagi siap untuk bekerja.
"Aku tahu aku ini membingungkan tapi kamu nggak bisa nuduh aku gitu aja kalau aku masih ada perasaan sama Daffa. Udah sejauh ini aku malah nggak dipercaya sama suami sendiri," Prilly pun memalingkan wajahnya, "Aku minta maaf karena aku bukan istri yang sempurna buat kamu."
"Kamu ngomong apa sih?"
Prilly kembali menatap Ali kemudian tersenyum, "Lupain kata-kata aku tadi. Kamu udah mau berangkat? Hati-hati di jalan ya." Karena Ali diam saja Prilly pun mendorongnya keluar lalu menutup pintu kamar mandinya.
"Kamu usir aku?" Tanya Ali sambil mengetuk pintu itu.
"Aku mau mandi," Jawab Prilly dari dalam. Ali menghela napas pelan lalu duduk di tepi ranjangnya. Lelaki itu memutuskan untuk menunggu Prilly selesai lalu mereka akan bicara. Ali tidak mau meninggalkan Prilly dalam keadaan seperti itu apalagi wajahnya sangat pucat dan terlihat lemah.
Selang setengah jam kemudian Prilly selesai. Dia terkejut melihat Ali belum pergi.
"Kamu kok belum berangkat?"
Ali beranjak menghampirinya kemudian mengulurkan kedua tangannya menyentuh wajah Prilly.
Prilly terlihat habis menangis. Ali pun menghapus sisa air mata di pipinya. "Maafin aku, Sayang. Aku percaya sama kamu. Udah sejauh ini kenapa aku harus khawatir kamu masih memiliki perasaan buat lelaki itu? Maaf semalam aku nggak langsung kembali ke kamar, aku bahkan lupa kamu mau bilang sesuatu sama aku. Maaf ya?"
Prilly mengangguk meskipun masih sedikit kecewa karena semalam Ali mengabaikannya begitu saja, "Iya... aku ngerti."
"Sebenarnya apa yang mau kamu sampaikan ke aku? Kamu bisa bilang itu sekarang."
Prilly hanya tersenyum kemudian pergi menghampiri lemari pakaiannya mengambil kotak hadiah yang telah dia siapkan untuk Ali.
"Apa ini?" Ali menerima kotak itu sambil mengernyit.
"Buka aja, tapi pelan-pelan bukanya ya."
Kotak berukuran 20 x 20 itu membuat Ali penasaran, kemudian dia membukanya dan melihat sebuah tulisan di atas kertas.
'Hello, Daddy!'
Ali terkekeh menatap Prilly.
"Sejak kapan kamu panggil aku Daddy? I'm your Husband, not your Sugar Daddy, love."
"Siapa yang bilang kamu sugar daddy? Emang ada sugar-nya di situ?"
"Nggak ada, sugar-nya di kamu."
"Nggak usah gombal. Ambil kertasnya biar bisa lihat tulisan lain di bawahnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry With Boss 3
Fiksi Penggemar[AliPrilly Fanfiction] Segala hal dalam cerita ini adalah fiksi, tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata nama tokoh yang digunakan. Harap menjadi pembaca yang bijak! Nggak pake sinopsis biar penasaran :p Jangan lupa tambahkan ke library/reading...