Part 22

4.1K 476 105
                                    

Kata orang, ketika usia kehamilan sudah besar harus banyak bergerak agar persalinan lancar. Sejak usia kandungannya masih muda, Prilly tidak pernah bermalas-malasan meskipun Ali sangat bawel padanya. Suaminya itu selalu melarangnya melakukan apa pun selain berolahraga. Terkadang membuatnya kesal, tetapi juga senang karena suaminya begitu perhatian.

Saat ini Prilly sedang berjalan-jalan di halaman samping rumah tanpa alas kaki ditemani oleh Mbak Pia. Ali sedang pergi sebentar ke kantor karena urusan mendadak membuat Prilly merasa sedikit lebih lega karena akhirnya tidak ada suara-suara yang selalu mengingatkannya tentang apa pun. Kebawelan suaminya melebihi bawelnya orangtua yang melarang anaknya bermain. Namun, Prilly sangat mencintai suaminya. Bagaimanapun juga Ali selalu membantunya dalam kesulitan seperti ketika mual, mengambilkan barang jatuh, pegal-pegal, memasak untuknya, dan lain sebagainya. Definisi suami yang sempurna.

Ketika sedang beristirahat sejenak seraya memegangi perut besarnya, Prilly mendengar suara seseorang mengaduh.

"Aduh gue takut lo melahirkan sekarang deh. Mana suami lo lagi nggak ada di rumah."

Leo. Sepupu Ali itu sedang bersandar di dinding sambil mengemil kacang. Lelaki tampan mengesalkan yang selalu menggoda Prilly sejak pertama kali mereka bertemu. Leo sering kali mengunjungi rumahnya dengan Ali.

"Ngapain lo ke sini?"

"Jangan galak-galak bumil... anak lo mirip gue tau rasa."

Prilly mendengus memalingkan wajahnya. Entah sudah berapa kali dia mendengar kalimat yang sama dari Leo. Kalimat yang cukup membuatnya kesal.

"Kasian deh ditinggal Ali. Awas aja lo tiba-tiba pengen melahirkan. Gue ke sini cuma mau nonton film di lantai 3. Jangan so soan repotin gue."

"Mau nonton tuh izin dulu kali sama tuan rumah!"

"Duh istri sepupuku yang cantik, nggak perlu izin juga pasti diizinin kan?"

"Terserah."

Leo pun bersiul hingga tersedak kacang yang masih berada di mulutnya. Prilly yang melihatnya pun tertawa.

"Duh kacian... Itu lah akibatnya suka gangguin orang!"

Leo hanya meringis lalu pergi meninggalkan Prilly, tetapi tak lama kemudian lelaki itu kembali membuat Prilly menaikkan alisnya.

"Kenapa? Nggak jadi nonton?"

"Gua ngeri deh ninggalin lo."

"Ada Mbak Pia di sini."

"Ya gimanapun juga Ali minta gue temenin lo." Lelaki itu menghela napas sejenak dan menatap Mbak Pia. "Mbak, biar gue aja yang temenin dia."

"Gapapa Mas Leo biar saya aja temenin Nyonya."

"Udah gapapa gue aja."

Mbak Pia akhirnya mengangguk pamit ke dalam. Prilly membiarkan Mbak Pia pergi lalu menatap Leo kesal.

"Terus lo mau ngapain di sini?" tanya Prilly.

"Jagain lo lah. Kan udah gue bilang gue takut lo melahirkan sekarang. Seenggaknya kalo ada gue kan bisa langsung bawa lo ke rumah sakit."

"Ga perlu, Ali cuma sebentar kok perginya. Lagian lo kan tdi bilang ke sini cuma mau nonton? Gue ga akan repotin lo kok. Udah sana pergi."

"Ngusir?"

"Serius Leo. Gapapa kalo mau nonton." Prilly gemas sekali dengannya.

"Nggak. Gue di sini aja." Lelaki itu duduk di lantai pada undakan tangga memerhatikan Prilly yang duduk di kursi halaman.

"Gue sempet denger sesuatu tentang kalian berdua," gumam Leo.

"Soal apa?"

"Ali pernah kecelakaan dan amnesia. Dia mengalami hal itu karena kesalahannya sendiri."

Marry With Boss 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang