Prilly sedang menyiapkan menu makan malam ketika Mbak Pia datang membawakan sebuah surat untuknya.
"Zaman sekarang masih pakai surat?" Gumam Prilly sambil membuka surat itu kemudian membaca pesan di dalamnya.
'Aku nggak akan pulang ke rumah malam ini sayang. Aku tunggu kamu di kamar hotel A*** nomor 835.'
"Surat ini dari Ali, Mbak?"
"Kurirnya bilang dari Pak Rafi, Nyonya," kata Mbak Pia.
Prilly tersenyum geli. Kenapa lelaki itu tidak menghubunginya saja? Pasti karena sangat sibuk lelaki itu memerintahkan asistennya untuk mengirimkan surat. Kenapa juga Rafi tidak langsung menghubunginya? Atau mungkin Ali sedang menyiapkan kejutan untuknya? Entah apa yang disiapkan Ali kali ini setelah membuat heboh kedua orangtuanya untuk memberikan banyak hadiah.
"Pasti dari Tuan ya, Nyonya? Tuan jadi romantis banget sejak menikah sama Nyonya."
Prilly terkekeh menatap Mbak Pia, "Yah padahal aku udah masak banyak nih Mbak."
"Gapapa, Nyonya. Jangan khawatir, makanan ini nggak akan terbuang sia-sia. Nyonya dan Tuan kan punya tiga bidadari dapur."
"Bidadari dapur? Ada-ada aja Mbak."
Perempuan itu pun tertawa.
"Aku siap-siap dulu kalo gitu ya maaf nggak bisa bantu beresin."
"Gapapa, Nyonya. Jangan lupa Nyonya, kata Tuan jangan sendirian keluar rumah. Pakai supir yang udah disiapin sama Tuan."
"Makasih udah diingetin ya, Mbak."
"Sama-sama, Nyonya."
Prilly pergi ke kamarnya mengganti pakaian dengan penampilan terbaiknya. Dress selutut berwarna merah muda dilapisi dengan jaket. Setelah siap dia pun pergi menuju hotel yang dimaksud dalam surat itu.
Sesampainya di sana Prilly langsung menuju kamar pesanan Ali. Pintu itu tidak terkunci saat dia mencoba masuk. Di atas tempat tidur terlihat seseorang yang sedang berbaring ditutupi selimut dan hanya sebagian rambutnya yang terlihat. Prilly tidak tahu kalau Ali sudah tiba lebih dulu.
"Istrinya dateng malah ditinggal tidur." Prilly naik ke atas tempat tidur kemudian memeluk suaminya dari belakang. "Sayang aku udah dateng nih masa kamu bobo? Tumben banget mau nginap di hotel? Aku pikir kamu rencanain kejutan buat aku."
Prilly terdiam sejenak merasa ada yang janggal. Dia mengenali bentuk perut suaminya termasuk parfumnya. Perlahan dia melepaskan pelukannya sambil bergeser menjauh.
"Aku emang rencanain kejutan buat kamu."
Suara itu.
Prilly terkejut saat lelaki itu berbalik seraya menyingkap selimutnya.
"Daffa?"
Prilly tidak sempat bangun. Daffa memeluknya bahkan lelaki itu menindihnya.
"Daf?! Apa-apaan ini! Lepasin!" Prilly berseru panik.
"Aku udah bilang sama kamu kalo aku nggak bisa lupain kamu gitu aja. Kamu di pesta itu cantik banget tau nggak."
"Lepasin!!!"
Daffa hendak menciumnya tetapi Prilly langsung menamparnya. Prilly menendang lelaki itu hingga berhasil meninggalkan tempat tidur.
"Aku nggak nyangka kamu bisa bertindak kurang ajar kaya gitu ya Daf!! Apa kamu lupa aku ini udah punya suami!! Dan meskipun aku belum menikah kamu nggak berhak melakukan itu karena kamu bukan siapa-siapa!!"
"Ssshh jangan teriak seperti itu, baby." Daffa beranjak bangun membuat Prilly melangkah mundur. Lelaki itu bergerak cepat mengunci pintu kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry With Boss 3
Fanfiction[AliPrilly Fanfiction] Segala hal dalam cerita ini adalah fiksi, tidak ada hubungannya dengan kehidupan nyata nama tokoh yang digunakan. Harap menjadi pembaca yang bijak! Nggak pake sinopsis biar penasaran :p Jangan lupa tambahkan ke library/reading...