Part 14

5.7K 827 247
                                    

Selama dua hari ini Ali tidak bisa fokus bekerja meskipun tanpa gangguan siapa pun. Bahkan, asistennya sendiri dilarang untuk masuk ke ruangannya. Lelaki itu menyandarkan kepala di kursinya sambil memejamkan mata, kemudian membuka laci meja kerjanya menemukan foto hasil usg istrinya.

Benda itu sengaja Ali simpan di kantornya. Tiap meluangkan waktu untuk istirahat dia selalu memandangi calon buah hatinya dan membayangkan malaikat kecilnya itu tumbuh dalam kandungan istrinya. Namun, kali ini tidak lagi, mengingat apa yang terjadi membuat air mata lelaki itu mengalir. Hatinya terpukul lalu bagaimana dengan Prilly? Kenyataan mengenai orang tuanya pasti menghancurkan hati wanitanya itu bertubi-tubi.

"Maafin aku sayang," ucap Ali dengan lirih kemudian mengecup gambar buah hatinya. "Maafin Papa..."

Ali menaruh kembali foto itu di dalam lacinya. Lelaki itu menghapus air matanya mendengar ponselnya berkedip. Terdapat pesan masuk dari ibunya yang selalu menemani Prilly di rumah sakit.

'Prilly sudah diizinkan pulang, dia tidak bilang mau pulang ke mana tapi mama akan membawa dia pulang ke rumah mama.'

'Kapan kamu menemui Prilly? Sejak hari itu kamu nggak datang lagi ke rumah sakit. Kamu nggak mau tahu gimana kondisi istri kamu Ali? Tatapannya selalu kosong, dia tidak mau bicara.'

Ali memejamkan matanya sejenak. Dia takut kehadirannya melukai hati istrinya. Prilly pasti sangat kecewa dengan apa yang sudah dia lakukan. Tangan ini sudah melukainya. Batin lelaki itu sambil memandangi telapak tangannya.

***

Ali melihat gorden kamar itu tertutup rapat membuat suasana kamar cukup gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ali melihat gorden kamar itu tertutup rapat membuat suasana kamar cukup gelap. Prilly tengah duduk di kursi goyang menatap ke arah jendela sambil menekuk lututnya. Ali bisa melihat siluet wajahnya, tanpa ekspresi, luka di bibirnya tampak membengkak akibat tamparannya.

Ali menghela napas berat. Tidak sekarang. Pikirnya. Bagaimana jika Prilly marah melihatnya? Biarkan istrinya itu menenangkan dirinya terlebih dahulu, menikmati kesendiriannya tanpa gangguan siapa pun mengingat apa yang sudah menghancurkan hatinya.

Ali pun tertunduk lesu kemudian merasakan sentuhan seseorang di bahunya. Ibunya mengajaknya pergi dari sana agar Prilly tidak merasa terganggu.

"Mama sudah beberapa kali ajak Prilly bicara, tapi dia hanya diam. Mama takut terjadi sesuatu dengan istri kamu."

"Dokter mengatakan apa sama mama?"

"Prilly mengalami tekanan, kesedihan mendalam yang dia alami membuat kondisi psikisnya terganggu. Bagaimana tidak, Ali? Di hari yang sama setelah kamu menyakitinya, dia mengetahui fakta tentang kedua orang tuanya, ditambah lagi kehilangan bayinya. Mama tidak bisa bayangkan bagaimana sakitnya." Dania tampak menahan air matanya.

"Aku mohon selalu temani dia, Ma."

"Bagaimana dengan kamu? Kamu nggak mau coba bicara dengan Prilly?"

Marry With Boss 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang