BAB 7

9.7K 909 41
                                    

Baca aja, bila berkenan silahkan beri vote dan komentar agar saya lebih bersemangat buat ngetik cerita ini. Namun, saya tidak memaksa para pembaca untuk memvote. Cukup hanya dibaca saja saya sudah senang. Saya ucapkan terimakasih untuk yang sudah membaca cerita ini. Tanpa kalian cerita ini tidaklah berguna. Bila ada kesalahan dalam kepenulisan (typo) tolong beri tahu saya agar bisa segera diperbaiki.

Bila ada kata-kata dan tindakan yang tidak pantas untuk ditiru tolong buang dan bila ada kata-kata dan tindakan yang baik tolong masukan dalam fikiran kalian. Cerita ini hanyalah fiksi belaka, nama tokoh, latar tempat, suasana dan waktu adalah imajinasi penulis.

Jangan lupa masukan ke Reading list kalian dan bantu promosikan cerita ini pada teman-teman kalian.

Dan untuk plagiator TOLONG JAUH-JAUH DARI LAPAK SAYA!

Kata 'lo-gue' akan sering digunakan dan kata 'aku-kamu atau kau-saya dan saya-anda' digunakan saat berkata serius atau sebagai formalitas dengan yang lebih tua. Jadi, itu tergantung situasi yang tercipta dalam alur cerita.

So, selamat membaca.

🦋🦋🦋🦋🦋

Keira duduk di meja kantin dengan wajah yang sembab. Matanya memerah dan sedikit membengkak. Dia sibuk mengaduk-aduk minuman yang ada di hadapannya. Scharlet, Emma, Dina dan Lastri yang melihat itu hanya menghembuskan napas gusar.

"Kei, semua orang memiliki kecantikan masing-masing. Contohnya gue dengan lo, lebih cantikan lo dari gue 'kan?" Scharlet mencoba menjelaskan pada Keira.

"Gue sebenarnya gak masalah. Tapi ... ya gitu gue INSECURE!" katanya dengan pelan dengan penekanan pada kata 'insecure'.

"Keira temanku yang paling bantet. Jangan insecure, terima aja bagaimana adanya diri kita sendiri. Semua orang itu derajatnya sama, baik yang cantik, yang jelek, yang kaya bahkan yang miskin sekalipun. Insecure cuma buat orang yang gak pede aja. Emang lo gak pede dengan wajah lo yang super cantik itu? Gue aja sampe iri," jelas Dina.

Keira menggelengkan kepalanya. Bukan karena dia gak pede, hanya saja dia insecure karena dikehidupan sebelumnya dia masuk ke dalam list wanita tercantik urutan ke-3 di dunia, sedangkan sekarang? Dia terkalahkan oleh anak SMA?

"Bukan gitu! Gue pede, tapi gue gak terima aja gitu ada yang ngalahin gue." Suaranya tidak terdengar jelas karena Keira berbicara dengan kepala yang telungkup ke meja kantin.

"Apa bedanya bambank!" Dina berteriak kesal kepada Keira.

Keira mengangkat kepalanya, dua mengerjap polos. "Ya gue gak tau bedanya apa," balasnya acuh.

Dina, Emma, Scharlet dan Lastri menghembuskan nafas kasar. Jadi gini rasanya punya teman bego bin goblok? Itulah yang ada dipikiran mereka.

Mereka sangat ingin mencakar wajah cantik Keira, tapi sayangnya itu hanya bisa mereka lakukan dalam mimpi. Jika, seandainya mereka benar-benar melakukan hal tersebut maka dapat dipastikan besok mereka tidak akan bisa melihat matahari lagi.

"Kalo gak mau dikalahin ya berusaha lebih giat lagi dong mempercantik diri," Emma yang sedari tadi diam pun angkat bicara. Mencoba memberi saran agar Keira tidak murung.

Keira menatap Emma yang berbicara dengan wajah yang berbinar. "Ya, udah kalau gitu nanti pulang sekolah kalian temenin gue shoping!" serunya dengan bersemangat.

"No, gue banyak kerjaan gak sempat," jawab Scharlet dan diangguki ketiga orang yang lain.

"Gue mau bantuin bunda gue jaga toko kue," ujar Dina.

"Gue ngerjain tugas yang di kasih pak Bimo minggu lalu," alibi Emma.

Keira mendadak murung, matanya berkaca-kaca. Terakhir dia melirik Lastri yang sedari tadi diam.

Lastri yang dilirik menatap datar teman-temannya. "Ya udah, tapi lo yang jemput gue di rumah," ujarnya pasrah.

Keira tersenyum senang, saking senangnya dia naik ke meja kantin dan langsung memeluk Lastri.

"Lastri, thank you so much! Jangankan jemput lo, bayarin semua belanjaan lo gue juga mau!" teriak Keira.

Semua murid yang berada di kantin melirik ke meja mereka. Teman-teman Keira menahan malu oleh kelakuan Keira. Ingin rasanya mereka masuk ke lubang cacing untuk menyembunyikan wajah mereka. Namun, orang yang menjadi penyebab hal tersebut bukannya malu, tapi tersenyum seperti orang yang tidak berdosa.

Di meja paling pojok, tepatnya meja Rey dkk beserta Dera. Mereka juga melihat kejadian tersebut.

"Njir, kok sekarang Keira malu-maluin sih? Bukannya dulu dia itu paling ngejaga image di depan umum ya," ujar Denny.

"Gak taulah, bukan urusan gue," balas Radit acuh.

"Palingan dia cari perhatian," cetus Reno.

"Gak tau dan gak mau tau," ucap Varo.

"Mungkin dia udah berubah," bela Dera kalem.

Denny melirik ke meja Keira dkk. "Gak mungkin orang kayak Keira itu bisa berubah. Lihat aja, temannya aja sejenis dengan dia ulat bulu," ujarnya dengan ketus.

"Yang dikatakan oleh Denny itu benar Dera. Tidak mungkin ulat buku seperti Keira itu berubah." Kini Rey yang sedari tadi diam ikut menimpali.

"Semua orang bisa berubah, termasuk juga dengan Keira," ujar Dera masih membela Keira dengan nada yang lembut.

"Yaudah sih, kenapa kita jadi balas si Keira sih? Lebih baik kita bahas yang lain aja," lerai Radit yang sudah jengkel karena teman-temannya membahas Keira.

-⚜-

"Hy, cantik," daddy menyapa sekretarisnya dengan mengedipkan sebelah matanya.

Bel---sang sekretaris---hanya tersenyum mendengar penuturan bosnya itu. "Ada apa ya, Pak?" tanyanya dengan senyum lembut.

"Udah makan siang?" tanya daddy Kaivan dengan genit.

"Sudah, Pak," jawabnya dengan ramah dan sopan. "Oh, iya, Pak. Coba Bapak balik badan." Bel membalikan badannya dan berjalan keluar dari ruangan.

Daddy Kaivan menaikan sebelah alisnya. Dia bingung mendengar perkataan sekretaris. Daddy membalikan badannya karena penasaran.

Setelah berbalik, daddy Kaivan mendadak diam. Dia mengucek matanya, berharap apa yang dia lihat itu hanyalah ilusi. Di hadapannya mommy Raisa sedang berkacak pinggang dan jangan lupakan wajahnya yang sudah memerah karena emosi.

Daddy Kaivan meneguk salivanya. "Cantik, yah sekretatisnya. Lebih cantik dari mommy?" tanya mommy dengan nada lembut, tapi percayalah di dalam hatinya mommy sudah mencak-mencak dan ingin memukul suaminya itu.

"Iya-eh, enggak cantikan Mommy kok," ucap daddy panik.

Mommy yang mendengar itu tersenyum lebar. "Oh, tadi pas mommy baru datang dari kamar pribadi bukannya Daddy bilang dia cantik yah," kata mommy dengan nada yang dibuat seakan dua bingung.

"Iya dia cantik tap--"

"YAUDAH GAK USAH TIDUR SAMA MOMMY SELAMA SATU BULAN!" teriak mommy Raisa dengan penuh emosi.

Mommy langsung meninggalkan ruangan tersebut setelah mengatakan itu. Daddy panik, dia dengan cepat mengejar mommy untuk membujuknya. Jika tidak, maka dia harus benar-benar berpuasa satu bulan.

Tbc...

Jadwal updatenya udah ditentuin yah, tiga kali dalam seminggu dan satu chapter pernah next;)

The Perfect AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang