14

7.8K 741 52
                                    

"Eh, lo bukannya cewek gila yang dikejar preman itu ya?"

Keira berkedip. Dia menatap cowok yang wajahnya sangat asing dan baru kali ini dia lihat. Cowok blasteran Indo-Cina itu terlihat tampan dan cantik sekaligus dengan alis mata yang tertata rapi, bibir tipisnya bewarna pink alami, hidungnya yang mancung dan matanya yang sipit.

"Siapa? Kita pernah ketemu?" tanya Keira dengan ringgisan kecil diakhir.

Cowok itu balas menatap Keira dengan ekspresi tidak percaya. Bibirnya yang terbuka membentuk huruf 'o' tanpa suara membuat pipinya yang sedikit chubby itu bergetar dan membuatnya tampak sangat menggemaskan.

"Lo enggak ingat gue? Gue orang yang nolongin lo waktu dikejar preman komplek itu lho!" jawabnya misuh-misuh sendiri di kursi yang dia tempati. Bahkan dia sampai berdiri dan menunjuk-nunjuk wajah Keira.

Keira mengangkat sebelah alisnya. Dia mencoba mengingat kejadian pada hari dirinya dikejar preman. Ah, sekarang pipi Keira memerah karena malu. Dia sekarang ingat!

Keira menunduk menyembunyikan semburat merah yang ada di pipinya. "Ngaco deh! Kapan coba gue dikejar preman," elaknya.

Cowok itu berjalan menuju meja Keira dkk yang tepat berada di samping meja mereka. Dia berhenti tepat di hadapan Keira.

"Heh, Pura-pura bego yah lo," ucapnya sembari berkacak pinggang.

Keira melotot. Bagaimana dia bisa tau? Batin Keira berteriak.

Keira bangkit dari duduknya dia menatap tajam pada cowok yang SKSD padanya itu. "Sok tau ya lo! Gue aja make masker sama helm. Gimana lo bisa tau itu gue!" cerocos Keira yang tanpa sadar membuka aibnya sendiri.

Cowok itu tersenyum penuh kemenangan. "JUJUR JUGA LO! HAHAHA!" serunya dengan tertawa terbahak.

Keira terbelalak, dia memukul bibirnya yang asal ceplas-ceplos saja. Lantas murid-murid yang berada di sekitar meja mereka menatap mereka. Keira menggeram kesal, menutup pipinya yang sudah memerah dengan kedua tangannya.

"AWAS LO!!" Keira berteriak tidak tidak terima.

Lantas Karna---cowok tersebut---menghentikan tawanya dan berlari tergopoh-gopoh menghindari Keira.

🌺🌺🌺

Rey dan Dera memang sudah bersama dengan sahabatnya yang lain. Hal tersebut pun terjadi karena mereka tidak tega terhadap Dera yang memohon kepada mereka agar memaafkan Rey.

Rey dkk beserta teman-teman Keira hanya memandang Keira dan Karna yang sedang berlarian di kantin.

"AWAS LO KAMPRETTT! BIBIR GUE YANG LUKA PERIH NIH GARA-GARA NERIAKIN ELO!!"

"MUKA LO MERAH! BAPER YAH SAMA GUE? PADAHAL BELUM GUE GOMBALIN!"

"KAMPRETT! KAMPRETT!"

"HAHAHA!"

Suara teriakan Keira dan Karna menggema di seluruh kantin. Murid-murid yang sedang berada di sana hanya duduk diam menonton aksi kejar-kejaran tersebut. Bahkan ada yang sampai tertawa, senyum-senyum sendiri seperti orang gila ketika ada adegan yang terlihat sangat intim bagi mereka.

"Keira bahagia banget ya, Bang," guman Varo yang terdengar oleh Radit. Radit yang sedari tadi juga memperhatikan Keira pun menoleh. "Hati gue senang banget liat dia bisa ketawa. Gue ngerasain apa yang dia rasain, waktu dia ketawa gue juga pengen ketawa, waktu dia kesel gue juga ikut kesel, waktu dia sedih gue juga ngerasain. Memang yah, ikatan batin anak kembar itu terhubung kuat. Waktu gue buat dia terluka, jujur gue benar-benar merasa bersalah dan gue ngerasa sedih banget. Entah itu perasaan dia atau gue," ungkapnya dengan mata yang terus memperhatikan Keira.

Radit menatap Varo dengan pandangan yang sulit diartikan. Matanya memancarkan banyak sesuatu yang hanya dia ketahui dan cukup dirinya yang mengetahuinya.

"Dia gak sebaik itu buat memaafkan. So, jangan berharap maaf dari orang sepertinya," kata Radit datar.

Varo tidak terkejut mendengar jawaban dari abangnya itu. Dia sudah terlalu sering mendengar hal tersebut dikatakan oleh Radit ketika berbicara tentang Keira. Hal itu membuat Varo sedikit curiga kepada Radit. Kenapa sepertinya Radit tidak membiarkan siapapun bersama Keira?

"Kenapa? Belum mencoba, pastinya hasilnya juga tidak kita ketahuikan?"

🌺🌺🌺

"Tuan muda Adrian, tuan Aska memanggil anda." Seorang pria dengan jas kantoran itu membungkukan tubuhnya di hadapan cowok remaja yang masih memakai seragam sekolah.

"Untuk apa Ayah memanggilku?" tanyanya tanpa melihat orang yang berbicara kepadanya.

"Saya tidak tau Tuan. Tuan Aska sudah menunggu di ruang kerjanya," balasnya dengan penuh kesopanan.

"En. Aku akan segera menemuinya."

Adrian berjalan menuju ruang kerja 'ayah angkatnya' itu. Sesampainya di depan ruang kerja, cowok remaja itu mengetuk pintu, lalu masuk dan duduk di sofa.

"Bagaimana perkembangannya Adrian?"

"Baik, rencana kita berjalan dengan baik." Adrian menyeruput kopi dalam gelas yang tersedia di meja. "Anak itu sudah datang," jawabnya tenang.

"Bagus. Pastikan pelacur rendahan itu tidak membuka mulutnya. Dan jangan biarkan dia mengetahui rencana yang kita buat."

"Baik, Ayah."

TBC...

Ada pesan untuk Kei?

The Perfect AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang