BAB 1 [REVISI]

14.5K 1.3K 90
                                    

Versi Revisi
Bab yang sudah direvisi benar-benar berbeda dengan sebelum direvisi.




Keira menatap kedua ciptaan Tuhan berjenis kelamin laki-laki yang sangat tampan dihadapannya itu dengan wajah yang berseri-seri. Rasanya ingin sekali dirinya memeluk keduanya dengan sangat erat dan berteriak, ‘EMAK LELA ANAKMU MENDAPATKAN CALON MENANTU YANG SANGAT TAMPAN!’. Namun, sayangnya hal tersebut hanya diteriakannya dalam hati.

Sudah setengah jam ketiganya saling menatap tanpa ada percakapan. Keira menatap keduanya dengan pandangan yang berbinar, sedangkan keduanya menatap Keira dengan jijik.

"Gue kira lo bakalan mati," ujar pria berkaos putih pedas.

"Kenapa gak mati aja sih lo?" tanya pria yang memakai kemeja biru kotak-kotak.

Keira yang mendengarkan perkataan keduanya mendadak mendatarkan wajahnya. Tangannya terkepal kuat, bibir bagian dalamnya dia gigit menahan gelojak emosi yang ingin di lampiaskan nya. Keira (Naura) adalah orang yang bertempramen buruk, emosinya mudah meledak-ledak, untungnya dia masih bisa menahan emosi tersebut.

"Kenapa enggak kamu saja yang mati?!" sarkas nya dengan nada tanpa emosi---datar.

Keduanya bergeming, ekspresi terkejut terlihat jelas diwajahnya. Namun dengan cepat pula keduanya mengubah mimik wajahnya menjadi datar.

"Mau caper lo? Sok dingin gitu sama kita. Lo pikir kita peduli!" Keira semakin mendatarkan wajahnya. Menghela napas, dia tanpa berbicara menunjuk pintu kamar yang terbuka lebar.

Kedua pria tersebut menatap telunjuk Keira bingung. Mereka tidak mengerti dengan maksud dari jari telunjuk Keira.

"Apa sih?!"

"Ke.lu.ar!" seru Keira penuh penekanan.

"Sayang, kamu gak kenapa-napa 'kan? Ada yang sakit, kalo ada bilang ke mommy," kata mommy Raisa dengan khawatir.

Keira hanya tersenyum kecil mendapat kekhawatiran dari mommy Raisa. Kenapa gak dari kemarin-kemarin? Apa Keira harus sakit terus baru diperhatikan? batin Keira berteriak. Ingin rasanya dia menangis, rasanya sangat sesak, perasaan Keira yang asli terasa jelas.

"I'm okay, Mom," jawab Keira menyungingkan senyum.

"Syukurlah, mommy khawatir banget sama kamu, Sayang. Kamu jangan ngelakuin hal bodoh seperti itu lagi ya!" Mommy Raisa menggenggam tangan Keira dengan penuh kasih sayang.

"I promise, Mom."

Mommy Raisa tersenyum senang dan langsung memeluk tubuh Keira yang terbaring di kasur dengan sangat erat. Tidak henti-hentinya mommy Raisa mengucap syukur atas keselamatan Keira.

"Daddy ngerasa jadi patung di sini," celetuk daddy Kaivan yang sedari tadi diabaikan keduanya.

Mommy dan Keira yang mendengar celetukan daddy tertawa lepas. Tanpa berkata-kata pula Keira merentangkan kedua tangannya ke arah daddy Kaivan, daddy tersenyum dan dengan segera juga ikut berpelukan dengan istri beserta anaknya.

"I love you, Mom, Dad," kata Keira di sela-sela pelukan ketiganya.

"I love you too, Dear," balas keduanya.




"Permisi, Pak, Buk." Ketiganya melepas pelukan dan menoleh ke asal suara.

Terlihatlah seorang dokter tampan yang terlihat masih sangat muda. Keira memperkirakan umur dokter tersebut adalah 23 tahun. Andaikan infusnya sudah dilepas, Keira pasti akan berlari dan memeluk dokter muda tersebut.

"Saya hendak memeriksa kondisi pasien," lanjutnya dengan sangat sopan.

Kedua orang tua Keira mengangguk dan mempersilahkan dokter tersebut memeriksa anaknya. Dokter bernama tag Andreas Wijaya tersebut dengan telaten memeriksa keadaan Keira. Sedangkan Keira menatap dokter muda tersebut dengan lapar, terkesan seperti pedofil, hanya saja sekarang terbalik, seorang gadis remaja menyukai seorang dokter muda.

"Pak, udah punya pacar?" tanya Keira blak-blakan.

Kedua orang tua Keira yang mendengar pertanyaan blak-blakan Keira melotot kaget. Kenapa anaknya seperti ini, blak-blakan dan tidak tahu malu?! Sesibuk apa mereka sehingga mereka tidak mengetahui sifat anak mereka yang seperti itu?

"Saya nggak punya pacar. Tapi ...."

"Kalo gitu jadi pacar saya aja. Saya jomblo kok, Pak," kata Keira tidak tahu malu memotong perkataan dokter Andre.

Kedua orang tuanya semakin melotot mendengar perkataan Keira. Hampir saja mereka pingsan di tempat.

Dokter Andre tersenyum kecil. "Saya sudah punya istri. Gak mau nambah lagi, satu aja repotnya astafirullah," jawab dokter Andre dengan kekehan.

Keira mendesah kecewa. "Yah, coba aja belum punya istri. Bapak terlalu tampan, saya aja terpesona," ungkap Keira lagi.

Dokter Andre tertawa kecil, sembari melepas infus ditangan Keira. "Bisa aja kamu."

"Saya serius lho, Pak," Keira meyakinkan.

Dokter Andre hanya tersenyum kecil.

"Keadaan Nona Keira sudah baik, tapi dia belum bisa terlalu banyak gerak dan memakan makanan yang berlemak. Saya permisi kembali ke rumah sakit, masih banyak pasien yang harus saya tangani."

Setelah kepergian dokter Andre, kedua orang tua Keira mendekat ke kasur anaknya. Mommy Raisa yang duduk di dekat Keira dengan tidak berdosanya menjitak jidat Keira.

"Sakit, Mom," rengek Keira seperti anak kecil. Bibirnya mengerucut lucu, pipinya menggembung, matanya menyipit, benar-benar persis seperti anak kecil.

"Siapa yang ngajarin kamu bertindak seperti itu," omel mommy berkacak pinggang.

Keira mengelus jidatnya. "Spontan, Mom. Keira cuma bilang apa yang ada dipikiran Kei lah," balasnya.

"Eh, tapi memang dih ya dokter Andre itu ganteng banget."

"Iya dong. Kalo enggak ganteng Keira juga gak bakalan mau," kata Keira.

"Gantengan mana sama daddy?"

"Gantengan dokter Andre," jawab mommy dan Keira berbarengan.

⚜⚜⚜

Gimana versi revisinya? Dapat gak feel-nya?



Kaivandra Damitri said:
-Kalian jahat!-

The Perfect AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang