01

4.9K 422 76
                                    

Dengungan tawa khas penambul ujung lorong menggelegar di seluruh kawasan pasar malam, komedi klise tahu betul formula menjadi seorang lugu untuk memanjakan mata pengamat liar. Anehnya itu masih menghibur meskipun leluconnya sudah termasuk jadul bagi jiwa muda di zaman sekarang. Angin malam sudah seperti satpam Gangnam yang memburu kaki-kaki pejalan setapak di sekitar pasar malam. Bungeoppang, kimbap, dan tteokbokki menyita seluruh perhatian kaum papa yang tak punya apa-apa—primadona pasar memang selalu menarik mata pejalan kaki. Dua sejoli malam yang rutin berkencan untuk menunjukkan eksistensi bisa dilihat di seluruh penjuru jalan. Pria menggandeng wanita, makanan di kedua tangan, tawa riang entah karena apa, semua melakukan hal yang sama.

Sementara ada satu jiwa asing yang kelihatannya buta arah di kota metropolitan ini. Maklum, turun dari bandara dua jam sebelum gelap tiba, dirinya tersesat di tengah pasar malam walaupun tujuan utamanya gedung asrama. Sesekali menengok setiap ada perempatan jalan kosong yang entah mengarah kemana, pupuslah harapannya bersekolah di kota besar Seoul. Kalau begini saja sudah tersesat kedepannya pasti lebih parah, pikirnya.

"Dimana sih gedung asramanya?" Gumamnya yang lebih menyerupai gerutuan.

Pusing sekali melihat nama-nama jalan di kota ini. Banyak jalan pintas tapi tak ada satupun yang berhasil membawanya pulang, belum lagi tentengan koper ukuran mega yang sekarang serasa menjadi separuh hidupnya. Tak sedikit pasang mata menjatuhkan tatapan bingung.

Apa yang gadis itu lakukan?

Ia terlihat konyol dengan bawaan sebanyak itu.

Cantik tapi gila. Kasihan, ya.

Kira-kira seperti itu cemooh pengamat liar di sekitar jiwa tersesat. Tiap langkah yang ia lakukan membuat dirinya semakin jauh dari tujuannya. Dua kali melewati lorong yang sama, seolah-olah dirinya hanya berputar di kawasan pasar malam.

"Nona pendatang baru?"

Dari belakang seorang wanita paruh baya menepuk pundaknya seraya memberi senyuman hangat baginya. Pakaian wanita ini begitu mewah, wajahnya juga terkesan berwibawa dan kuat. Jiwa tersesat mengangguk.

"Ahjumma tahu asrama Kyunghee di sekitar sini?"

"Kamu mahasiswi baru?"

"Aku mahasiswi pindahan," balas jiwa tersesat.

"Namamu?"

"Ahjumma bisa panggil aku Karina."

Wanita paruh baya mengangguk paham. Ia menunjukkan jalur tercepat untuk sampai di asrama tujuan Karina si jiwa tersesat. Karina mencatat seluruh rute di buku pegangannya meskipun dirinya belum terlalu familiar dengan nama-nama jalan yang wanita itu sebutkan.

"Nak Karina sopan sekali, sepertinya kamu anak baik," celetuk wanita itu.

Siapa yang tidak kaget tiba-tiba mendapat pujian seperti itu? Karina tertawa malu setelah ia menyadari pujian itu bukanlah basa-basi orang tua.

"Terima kasih, ahjumma."

"Panggil saja Mrs. Kim," ralatnya.

Wanita paruh baya itu pergi dengan senyum lebar di bibirnya. Yah, hari pertama di Seoul tidak terlalu buruk, meskipun Karina tersesat, ia beruntung bisa bertemu Mrs. Kim yang membantunya mengarahkan jalan.

"Yah, semoga teman kamar gue sama baiknya dengan Mrs. Kim," ujar Karina dalam hati.

⳾*⑅*❀⑅*❀⑅*❀⑅*❀⑅*❀⑅*⳾

BRAK!

BRAK!

BRAK!

My Crazy Roommate (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang