08

1.7K 288 42
                                    

Kim Minjeong's Family House

Pagi yang indah, seorang wanita paruh baya duduk dengan posisi elegan dengan secangkir oolong tea sembari menikmati alunan musik klasik yang tak pernah berhenti berputar hingga seisi rumah amat bosan dibuatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi yang indah, seorang wanita paruh baya duduk dengan posisi elegan dengan secangkir oolong tea sembari menikmati alunan musik klasik yang tak pernah berhenti berputar hingga seisi rumah amat bosan dibuatnya. Suasana begitu tenang, dirinya bersenandung kecil mengikuti irama musik manis itu.

"Sudah lama aku tidak mendengar kabar mengenai perkembangan belajar Minjeong," ujarnya di sela-sela senandung.

Pelayan pribadi meresponnya, "Ia mendapat nilai ujian tertinggi dalam kelas Ms. Sooyoung, nyonya."

"Benarkah? Apa itu berkat sistem tutor yang dibuat oleh Mrs. Kim?"

"Benar, nyonya. Teman sekamarnya sendiri yang menjadi tutor belajar Minjeong."

Wanita paruh baya terkekeh kecil. Posisi duduknya berubah setelah pelayan mengungkit pasal teman sekamar Minjeong. Ia cukup terkesan dengan orang baru ini sebab kali terakhir ia menerapkan sistem tutor, hal itu tidak berjalan sesuai dengan harapannya.

"Ia pasti sangat pintar hingga berhasil membuat perubahan besar pada nilai Minjeong."

"Benar, nyonya. Ia masuk melalui jalur beasiswa dan meraih angka tertinggi di universitas sebelumnya."

"Menarik."

Perempuan tua mengambil ponselnya, mengetik pesan singkat pada seorang asing. Senyumnya melebar ketika balasan positif datang sekejap. Senangnya tak karuan meski tak tahu juga apa sebabnya.

"Bagaimana menurutmu?" Perempuan itu menunjukkan rancangan dekorasi baru untuk kamar anaknya.

"A-anda ingin merombak kamar Minjeong lagi?"

"Benar sekali! Kali ini lebih bagus dan fresh. Kamu tahu, dekorasi kamar juga mempengaruhi mood belajar."

"Tapi kamar itu baru selesai di rombak beberapa minggu yang lalu, nyonya."

"Lalu kenapa? Anak itu bisa tinggal di rumah ini selama kamarnya dirombak. Tentu saja dengan roommate-nya."

Pelayan itu hanya bisa mengangguk paham. Walaupun idenya ekstrem namun ia percaya kebahagiaan Winter akan terjamin. Wanita paruh baya tertawa besar melihat laporan nilai-nilai anaknya yang meningkat drastis. Tak ada yang berkepala dua, semua nilainya berkepala sembilan.

"Ah, bagaimana aku mengatakan ini? Gadis yang tinggal bersama dengan Minjeong benar-benar menarik perhatianku. Kurasa tak cukup rasanya kalau ia hanya sebatas teman sekamar."

"Maksud anda?"

"Ayolah, Daeshim. Pikirkan ini baik-baik, Minjeong harus menjalin hubungan erat dengan gadis itu agar hidupnya terselamatkan. Sebagai mantan cenayang, aku merasa orang itu bisa mengisi kekosongan yang ada di hati anakku. Bagaimana? Kamu setuju?"

"Benar, nyonya. Saya pikir menjadi sahabat dekat adalah hal yang pal—"

"Pacar! Predikat sahabat belum cukup erat, mereka harus berpacaran agar koneksi yang tersalurkan mudah di terima kedua belah pihak."

My Crazy Roommate (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang