***
Pensi atau singkatan dari Pentas Seni alias ajang yang paling ditunggu-tunggu oleh kalangan murid disuatu sekolah. Mereka bisa mengekspresikan diri, menunjukan bakat yang mereka bisa, dan hiburan dikala pusingnya menghadapi mata pelajaran.
Biasanya, Pensi yang diadakan di SMAN Cygnus itu setelah pelaksanaan Penilaian Akhir Semester, disaat semuanya sudah bebas dan menunggu hasilnya nanti di pembagian raport.
Untuk mempersiapkan semuanya, butuh dari jauh-jauh hari, seperti sekarang.
Baru saja guru memasuki kelas Aruna, memberitahukan perihal Pensi yang akan datang satu bulan lagi sambil memberikan formulir jika ada yang akan daftar untuk mengisi acara.
"Kalau ada yang mau ikutan, ambil kertasnya dimeja guru ya! Terus tulis nama kalian atau nama kelompok sama ketuanya di papan tulis! Jangan ada yang nanya lagi, awas aje!"
Si ketua kelas mengintrupsi dikala berisiknya murid di kelas XI-IPS3 yang sedang membicarakan acara Pensi. Semuanya membalas dengan anggukan.
"Ikut gak?"
"Gak ah, males"
"Halah, bilang aje kagak punya bakat"
"Nah itu tau"
Percakapan yang banyaknya menolak, hanya beberapa saja yang mengiyakan. Aruna sedari tadi diam menyimak orang lain berbicara, tak ada niatan dirinya untuk mendaftar, kemungkinan besar ia tidak ikut.
Tiba-tiba, bel istirahat berbunyi. Sontak suara riuh langsung terdengar, semua murid di SMAN Cygnus heboh keluar kelas. Murid IPS3 pun beberapa ada yang menuju kantin atau nongki manis didepan lapang. Sedangkan Aruna memilih untuk berdiam diri dibangkunya.
"Na,"
Aruna menoleh kesamping, teman sebangkunya yang diketahui bernama Nita memanggilnya.
"Gak ada bakat ya?"tanya Nita.
Aruna mengerjapkan mata beberapa kali lalu mengangguk, "iya"
"Oh, yaudah, sama"
Mereka pun kemudian sama-sama saling diam dan fokus pada apa yang mereka lakukan. Aruna sibuk menggambar asal dibuku tulisnya paling belakang, Nita pun sibuk melihati Aruna yang sedang menggambar.
"Waw, gambar kambing"
"Anjrit eh anjrit"
Nita cengengesan, "waw, ternyata seorang Aruna berbicara kasar"katanya. "Eh, kamu itu ikut atuh daftar, kamu punya bakat gambar kambing"lanjut Nita menunjuk gambar kambing yang ia maksud dibuku tulis Aruna.
"Gak ada ajang menggambar ih, ini juga aku mah gambar kucing bukan kambing"jawab Aruna.
"O-oh kucing ya, oke"
Entahlah, pikiran apa yang terlintas di otak Nita sehingga melihat gambaran kucing malah disebut kambing.
"Liat, mereka ngobrol kayak orang goblok"kata seseorang dipinggir Nita yang memandang mereka berdua aneh.
"Apasih lu"Nita sewot.
"Sep! Kadieu sia buru! Jeung si Raja juga ajak"seseorang tersebut melambaikan tangannya ke sudut ruangan yang terdapat dua remaja laki-laki disana.
"Asep sia koplok, kas can dibayarnya tilu bulan!"kata Nita ngegas kala Asep menghampirinya.
"Heeh, nke atuh santui sis"jawab Asep menarik kursi yang ada didepan Nita dan duduk disana.
"Sssutttt!"Laki-laki yang diketahui bernama Haikal itu menaruh jari telunjuk didepan bibirnya. "Btw, Aruna sini deketan"lanjutnya.
Aruna pun menurut, dan memajukan kursinya lebih dekat dengan Haikal dan Nita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eventide
Teen FictionKisah tentang hati dan lisan yang berusaha membunuh, serta tetap diam dikala sekitar penuh canda tawa. Ini semua perihal datang, bertahan, dan kecewa. Terasa singkat, namun belenggu sakit hati mencoba Sang Senja agar berhenti, begitu dirasakan, wakt...