8. Bertemu

23 8 0
                                    

Kita bertemu untuk berpisah, tak bisa pula lari menghindari, dan pada akhirnya waktu yang menghampiri, meskipun semuanya harus terima pahit.

***

Kini Aruna tengah berdiri didepan pos satpam menanti seseorang, dengan tangan yang menggenggam jaket berwarna abu sangat erat.

Aruna sedari tadi menepuk-nepuk pipi tembamnya yang merah, sebab tadi siang tugas Prakarya mengharuskan para murid untuk keluar kelas dan berlama-lama dibawah panasnya sinar matahari.

Ia berdecak pelan, sudah bosan menunggu sang empunya jaket abu tak kunjung keluar dari kelas. Ya, Aruna menunggu seorang laki-laki hitam manis bernama Tegar.

"Anjrit ada gajah"ucap seseorang pelan, membuat Aruna yang sedang menunduk menatap sepatunya langsung menoleh ke arah suara.

"Eh noleh gajahnya, HAHAHA"tawa seorang laki-laki yang melintas dihadapannya itu terasa memukul dada Aruna. Meskipun sudah biasa, tapi tetap saja, ia sakit hati.

Aruna tak membalas apa-apa dan kembali menunduk, bukan tak ingin melawan namun ia tengah meredam rasa kesal yang amat sangat.

Kita tidak tahu hati seseorang seperti apa, sedang apa, mungkin sedih, atau senang. Lebih baik jaga mulut agar tidak membunuh.

Aruna memejamkan mata sejenak, lalu mendongak melihat sekitar kembali dan menyaksikan orang tadi masih dengan tawanya pergi dari hadapan Aruna.

Tiba-tiba saja Tegar muncul dihadapan Aruna, membuatnya terlonjak kaget.

"Makasih ya, Gar"ucap Aruna cepat memberikan jaket abu itu ketangan Tegar, baru saja Tegar akan membuka mulut untuk membalas, Aruna dengan segera langsung pergi.


Puk!


"Lu dideketin cewek itu?"tanya teman Tegar tak lupa dengan tepukan dipundak Tegar.

"Hah? Kagak"jawab Tegar memasukkan jaketnya kedalam tas.

"Oh yaudah, jangan ya Gar, masih banyak cewek cakep nan bohay diluaran sana, jangan ama yang kek tadi ye, berat HEHEHE"kata laki-laki itu cengengesan.

"Gak boleh gitu lu, goblok!"Tegar memukul punggung temannya, kencang.

Sementara itu Aruna berjalan cepat menuju tempat FotoCopy yang berada tepat disamping SMA Cygnus. Dengan mulut yang tak henti-hentinya bergumam dengan raut muka kesal.

Ia heran, mengapa orang disekitarnya senang sekali untuk berbicara, iya, berbicara untuk mempermalukan orang lain. Mungkin hobinya, atau keharusan dalam hidup.

Memang, standar kecantikan setiap orang itu berbeda, apa hanya Aruna yang memandang menjadi orang berisi pun sangat cantik, apa karena disekitarnya yang mungkin bertubuh langsing dan cantik, sehingga semua orang terobsesi untuk menjadi cantik dimata orang lain.

Banyak diantara mereka, yang tidak peduli jika seseorang itu menjadi perundung atau apapun asalkan cantik ia akan dihargai.

Ya, hampir seluruhnya, di SMA Cygnus.

Yang hanya diam saja, tetapi paras wajah dan tubuh tidak sesuai dengan standar sekitar, akan ditolak.

EventideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang