***
Mata saling pandang, menyiratkan suatu pertanyaan dan jawaban. Bersama jari yang terus mengetuk meja menanti keinginan, dan otak terus berputar memikirkan meskipun stuck pada satu kalimat.
"Bentar, Mari Kita Berpikir"ucap Haikal terus mengulang kalimat tersebut.
"Iya, ini gua dari tadi udah mikir, Kal"sahut Raja berpikir sambil mengunyah bakwan gorengnya.
Aruna melirik kanan dan kiri, bingung. Ia tak ikut berpikir, tapi ikut pusing melihat beberapa insan yang terlihat serius dengan pikiran masing-masing.
"Yaudah sih, huruf pertama kita disatuin"usul Nita melipatkan kedua tangannya didepan dada.
"Gak ah, terlalu jamet"respon Asep menidurkan kepalanya dimeja kantin.
"Lah bukannya lu emang jamet ya, Sep?"tanya Haikal.
Asep membalas dengan memukul punggung Haikal pelan, energinya telah terkuras karena kejar-kejar an dengan Haikal tadi pagi, ditambah harus pel kelas perintah Nita.
"Apa ya, cepet dong ini udah mau bel istirahat kedua"kata Nita heboh.
"Bentar nying, apa yaaa"
Asep menunjuk seseorang yang sedang berjalan ke arah mereka, "wah gengs dah ada si mak lampir"
Seketika langsung menoleh pada orang yang Asep maksud.
"Lagi ngapain?"tanya seorang perempuan membawa beberapa kertas ditangannya.
"Nyemilin ulet bulu"balas Asep. "Bentar ye, pasti lu mau nanya diantara kita ada yang mau ikut pensi atau enggak, kita ikutan semua sih"
Perempuan itu mengangguk seraya menaruh kertas dan pulpen dihadapan Asep. "Isi"
Asep menoleh dengan raut bertanya pada Haikal, yang langsung diangguki setuju.
"Namanye apa ini?"tanya Asep.
"BMKB"jawab Haikal.
"Hah? Naon eta teh?"
"Bentar, Mari Kita Berpikir"
"Geus rek mikir deui si anying?!"sahut Nita protes.
"Lain, goblok. Maksudna BMKB teh Bentar, Mari Kita Berpikir"
"Oooh bebeja titatadi atuh, gelo ide na teh"
Aruna hanya mengangguk-ngangguk saja tanpa protes ataupun pendapat. Ia ikut apa yang teman-temannya mau.
"Nah, selese, nih"final Asep memberi selembar kertas yang baru saja ia tulis ke perempuan tadi. "Dah, indit maneh. Ini area privacy BMKB"
"Idih"
Setelah kepergian si Ketua Kelas, Asep langsung ribut sendiri karena uang disakunya tiba-tiba hilang. "Eh--bener loh tadi duit aing aya didieu"
"Lah, ilang dimana anjrit?"tanya Raja.
"YA KALAU GUA TAU ILANGNYA DIMANA UDA KETEMU SEKARANG JUGA, SAT"Asep ngegas.
"Ilangnya berapa?"tanya Aruna mulai bersuara.
"Lima milieur"
"Tadi kan Asep beli basreng"kata Aruna sontak membuat semua mata tertuju pada Asep.
"LAH IYA YA!"Asep langsung menggaruk lehernya yang tak gatal. Dilanjut Nita memberikan tampolan khas ke tangan Asep, pelan tapi seperti ditampol jari jemari emak. Sakit wak.
"Akibat gak rela duit abis, gini nih"ucap Haikal menunjuk Asep.
"Ya maap---ngomong ngomong duit abis, ada yang udah pr basund?"tanya Asep.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eventide
Teen FictionKisah tentang hati dan lisan yang berusaha membunuh, serta tetap diam dikala sekitar penuh canda tawa. Ini semua perihal datang, bertahan, dan kecewa. Terasa singkat, namun belenggu sakit hati mencoba Sang Senja agar berhenti, begitu dirasakan, wakt...