Tawa renyah wanita cantik dengan dress berwarna cream itu memenuhi seisi ruang. Dia sedang menertawakan jokes yang dia ucapkan sendiri, tangannya hampir menutup mulutnya kala tertawa, mata sipitnya terbentuk indah dan rambutnya bergoyang ketika kepalanya bergerak.
Jimin diam-diam memperhatikan wanita di depannya. Dia tadi ikut tertawa juga, namun perlahan tawanya lenyap. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya semenjak dia membaca buku milik Kim Jisoo.
Ada hal dimana sudut hatinya merasa sedih.
Park Jimin selalu bertanya-tanya, apakah Kim Jisoo mencintainya?
Apakah ketika Kim Jisoo memanggilnya sayang wanita itu benar-benar menyayanginya?
Apakah Kim Jisoo masih mencintai laki-laki lain? Laki-laki yang dulu pernah mampir di hidupnya itu?Pertanyaan itu membuat dadanya kian sesak.
Apakah ini yang dinamakan memilik raga tapi tidak memiliki jiwanya dan juga hatinya?
Namun, hidupnya kini sudah sangat cukup. Dia sudah memiliki wanita ini. Mengisi jiwanya yang kosong dan menempati setiap sudut hatinya hingga harinya berwarna. Hingga di dunia ini, ada juga hal membahagiakan yang pernah dia pertanyakan pada Tuhan.
"Jim?"
"Jimin?""Eh iya...."
"Kok melamun?"
"Tidak apa-apa."
"Kayaknya itu suara Hae Ra terbangun, sayang?""Oh iya, kayaknya tawa aku keras banget ya? Aku cek dulu ke kamar ya?"
"Iya..."
Jimin lalu mengangguk, dan memperhatikan tubuh ramping istrinya yang berjalan ke arah kamar tidur mereka.
Beberapa saat kemudian, Kim Jisoo menghampiri Jimin kembali dengan menggendong putri cantik mereka.
"Halo Appa, Hae Ra sudah bangun nih..."
Jimin kemudian tersenyum. Sekali lagi, dia sudah menyayangi dua wanita itu di dunia ini. Dan tidak pernah membayangkan, bagaimana jadinya jika hidupnya tanpa mereka berdua. Pasti sangat sepi dan juga tidak membahagiakan.
"Kim Jisoo?"
"Iyaaa?"
"Mau berjanji sama aku?"
"Apa?"
"Berjanji, kamu tidak akan kemana-mana, dan akan bersama dengan aku selamanya?"
***
Tentu saja, Kim Seokjin tidak akan tinggal diam mengetahui fakta yang benar-benar mengejutkan dihidupnya ini.
Fakta bahwa dia memiliki seorang putri membuat jiwanya seperti bangkit kembali. Seperti ada gelora dan semangat hidup yang membuat harinya terasa berarti.
Dia adalah seorang Ayah.
Ayah dari putri kecil yang sempat dia lihat beberapa hari lalu.
Dan sekarang, dia ingin sekali bertemu dengan Kim Jisoo kembali. Hari ini, dia mengikuti Kim Jisoo setelah melihat wanita itu keluar dari rumahnya. Rupanya, Kim Jisoo hendak pergi ke Supermarket, bersama dengan putri kecil yang berada di dalam gendongannya itu.
"Aku tidak tahu, kalau kau suka greentea." Ucap Kim Seokjin ketika sampai tepat di depan troli milik Kim Jisoo.
Wanita itu agak terkejut. Yang pertama dia kaget dengan kehadiran Kim Seokjin yang secara tiba-tiba, kedua karena kaget dengan isi komentar lelaki itu.
Kim Seokjin membuat gesture dengan kepalanya, menunjuk beberapa jajanan dengan mayoritas varian greentea yang berada di dalam troli.
"Kau mengagetkanku Kim Seokjin."
Pandang mata Kim Seokjin langsung beralih pada Hae Ra. Lelaki itu tidak berkedip barang beberapa detik,
"Halo?"
"Oh iya." Kim Seokjin lalu mengerjap.
"hmm?"
"Kau mengikutiku?" Tanya Kim Jisoo to the point. "Kenapa kau ada disini?"
"Benar. Aku mengikutimu."
Gurauan yang Kim Jisoo asal ucapkan itu langsung membuatnya terdiam ketika Kim Seokjin mengakuinya. Ada apa ini?
"Bercanda."
"Tidak."
Kim Jisoo langsung diam.
Kikuk. Dan canggung.Sorot mata Kim Seokjin terlihat tidak biasa hingga membuat wanita itu bergumam.
"Aku perlu melanjutkan belanjaku dengan cepat, Jimin menungguku." Ujar Kim Jisoo mendorong kembali trolinya yang kala itu sedang berusaha di ambil alih oleh Kim Seokjin.
Kim Seokjin diam sejenak. Dia merasa marah serta tidak suka ketika mendengar kata "Jimin."
Mereka berjalan bersama melewati rak yang berisi biskuit-biskuit. Tadinya, wanita itu berusaha mengambil kembali trolinya, namun gerakan Kim Seokjin yang kuat dan cekatan tidak bisa terkalahkan hingga dia berusaha ikhlas trolinya di jalankan lelaki itu.
Selama beberapa saat mereka saling diam kembali dan tidak ada pembicaraan.
"Aigoo terimakasih." Ucap seorang nenek-nenek ketika Kim Seokjin membantu mengambilkan susu kotak yang berada di atas rak.
Seokjin memberikan kotak susu itu lalu dia tersenyum simpul dengan pesona ketampanannya.
"Ya ampun, kau tampan sekali." Ucap Nenek itu kembali dengan menepuk lengan Kim Seokjin,
Kim Jisoo kemudian menoleh kebelakang.
"Oh ini istri dan putrimu? Ya ampun, cantik sekali dua-duanya.
Kim Seokjin kembali tersenyum, namun berbeda halnya dengan Kim Jisoo yang dahinya sedang berkerut.
"Saya permisi dulu, Nek."
"Ya, terimakasih Nak."
"Sama-sama."
Kim Seokjin dan Kim Jisoo sudah kembali berjalan sejajar. Wanita diam lagi dan memilih untuk menaruh beberapa keperluan kembali ke dalam troli dan gerakannya hanya diperhatikan oleh Kim Seokjin tanpa suara.
Hingga kala itu, Kim Seokjin membuka mulutnya.
"Namanya siapa?"
"Hae Ra."
"Park Hae Ra."Kim Seokjin lantas tertawa.
Tawa itu membuat Kim Jisoo berdelik tidak mengerti dan keheranan.
"Kembalikan troliku Kim Seokjin. Ini sungguh aneh kau tiba-tiba datang dan menganggu acara belanjaku. Seharusnya ku pikir setelah Jimin kembali pulang ke rumah tidak ada lagi yang harus kau urus perihal kecelakaan dan mengadakan temu seperti ini."
"Kenapa kau tertawa?""Lucu saja."
"Apa yang lucu?"
"Namanya."
"Namanya Hae Ra?"
"Ya. Seharusnya Marganya Kim."
"Seharusnya namanya Kim Hae Ra, Kim Jisoo bukan Park Hae Ra."***
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand
FanfictionBerawal dari tempat Karaoke, pertemuan pertama kali itu terjadi. warning: 18+ mohon untuk bijak dalam memilih cerita.