Kim Jisoo merasa kesal bukan main ketika datang ke kantor polisi tetapi tidak ada tindakan yang berarti. Laporannya sudah di tulis, namun menjelang dua hari rasanya polisi tidak benar-benar mencari keberadaan Park Jimin—suaminya dimana.
Sekarang sudah terhitung 4 hari Jimin tidak pulang.
Ponsel Jimin tidak aktif, dia sangat takut sekali jika terjadi apa-apa seperti dulu, ketika mendengar kabar bahwa Jimin tidak berdaya dirumah sakit.
Suara pintu diketuk berbunyi, Kim Jisoo membuka pintu dengan cepat. Berharap bahwa Park Jimin pulang. Namun ternyata bukan seperti yang dia harap, disana berdiri Kim Seokjin membawa goodie bag makan siang.
"Halo, aku mampir untuk memberikanmu makan siang. Aku ingat Hae Ra." Ujarnya dengan senyuman miring yang mungkin bagi sebagian populasi wanita adalah senyum terindah.
Namun Kim Jisoo hanya diam saja, dia tidak bisa tersenyum sedikitpun dan merasa sangat lesu tidak berdaya.
"Hey, kau kenapa?"
"Ada masalah?"
"Boleh aku hm masuk?" Ucap Kim Seokjin dengan tidak sopannya.Kim Jisoo tidak menutup pintu, walaupun Jisoo belum mengatakan iya. Tidak adanya penolakan bagi Kim Seokjin adalah sebuah jawaban, "Iya."
"Jimin belum pulang." Ujar Jisoo dengan suara rendah hinggak terdengar seperti lirihan.
"Hah?"
"Maksudmu?""Jimin sudah tidak pulang selama 4 hari."
Jisoo lalu menunduk dan tiba-tiba tangisnya pecah. Ini membuat Kim Seokjin mendadak bingunh, tidak mengerti.
"Aku– nggak tahu Jimin dimana. Aku takut."
"Sudah lapor polisi?"
"Sudah tapi tidak ada kabar baik sejak kemarin."
"Kita tunggu saja, mungkin masih dalam pencarian." Seokjin menaruh goodie bag nya di atas meja kayu, kemudian bergerak duduk disamping Kim Jisoo. Wanita itu masih menangis dan membuat Kim Seokjin merasa tidak tega. Saat itu, Tangannya bergerak, namun ketika dia ingin mengusap punggung Kim Jisoo, seperti tertahan. Ah ya, ini sudah terlalu melewati batas.
Saat itu Hae Ra berjalan masuk dengan langkah lucu, dia terlihat agak kotor dengan rambut yang lengket.
"Anakku, belum mandi dan ganti baju?" Tanya Seokjin seraya menggapai Hae Ra ke dalam pelukannya.
Kim Jisoo hanya menggeleng lemah.
"Jisoo, Kasian Hae Ra."
"Aku bawa dia ke salon dulu."
"Apa ada salon? Ah biar aku cari."
"Kau disini dulu dan makan siang ok, aku akan kembali."***
Terhitung seminggu Park Jimin tidak pulang ke rumah. Lelaki itu menghilang tanpa jejak. Pergi tanpa ada kabar sama sekali membuat Kim Jisoo benar-benar khawatir."Jisoo aku tahu Jimin belum pulang, tapi setidaknya tolong makan." Ujar Seokjin sambil meletakkan makan siang di atas meja makan kayu dengan rasa khawatir. Sesungguhnya ada sedikit rasa senang di dalam hati Kim Seokjin mengetahui kabar Jimin tidak pulang, tapi dia merasa sedih juga ketika melihat keadaan Kim Jisoo seperti itu, yang terlihat tidak berdaya.
"Aku sedih karena Jimin."
"Dia begitu baik padaku. Dia lelaki baik. Huhuhu." Ujar Kim Jisoo tersedu kemudian menangis."Kasihan Jimin. Aku selalu berdoa dia dapat bahagia... tetapi sekarang, dia menghilang. Aku takut dia kenapa-napa." Ujar Kim Jisoo menutup wajahnya dengan tangan sambil menunduk.
Ucapan Jisoo membuat sedikit rasa sakit timbul di hati Kim Seokjin. Dia merasa cemburu, sangat.
"Boleh aku duduk di sampingmu dan menyetel televisi?" Tanya Kim Seokjin, Kim Seokjin sedang menggendong Hae Ra yang sedang tertidur pulas.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand
FanfictionBerawal dari tempat Karaoke, pertemuan pertama kali itu terjadi. warning: 18+ mohon untuk bijak dalam memilih cerita.