Kim Seokjin masih penasaran. Iya, penasaran tentang gadis itu yang kini baru saja keluar dari toko dan sepertinya sedang hendak pulang.
Saat itu Kim Seokjin berada di mobil. Menatap gelagat Kim Jisoo yang mungkin gadis itu tidak menyadarinya.
Malam itu, Kim Jisoo pulang sendiri. Biasanya Kim Seokjin melihatnya pulang bersama dengan rekan kerja lelakinya itu yang bermata sipit. Gadis itu terlihat sedang menyusuri jalan, pakaiannya sederhana, dan cuaca dingin itu dibalut dengan sebuah cardigan tebal.
Sebelum bertambah jauh, Kim Seokjin turun dari mobilnya. Lalu pergi menemui gadis itu.
***
Kim Jisoo's PovAku berpamitan pulang dengan Pak Leo supervisorku dan Kim Nayeon yang masih disana. Tadi Jimin sudah pulang duluan sebab ia ingin mengurus sesuatu. Jadi aku menyusuri jalan sendirian menuju halte bus.
Sekarang pukul setengah 7 malam, masih 20 menit lagi, dan aku akan pergi ke restauran untuk melanjutkan pekerjaan paruh waktu ku.
Tidak ada angin atau pun hujan, seseorang berjalan cepat hingga mendahuluiku dan kini ia berdiri tepat di depanku. Kim Seokjin. Ia mengatur nafasnya seperti sedang terengah sambil menaruh dua tangannya di pinggangnya.
Pakaiannya rapih, memakai jas. Seperti pekerja kantoran Seoul pada umumnya.
Dan aku dapat bersumpah bahwa wajahku mungkin terkejut hingga tidak bergerak barang beberapa detik.
Tanpa diduga, ia menarik tanganku.
"Yaaa?" Tubuhku langsung berputar. Ia menarik tanganku dengan kasar hingga aku berjalan mengikuti langkah kakinya yang lebar.
Aku mencoba melepas tanganku namun tenaganya yang besar itu tidak bisa aku lawan.
"Masuk." Ujarnya membuka pintu mobilnya. Dengan terpaksa aku duduk disana.
"Ya Tuan Kim?"
"Apa-apaan ini?"Aku bertanya padanya ketika ia ikut masuk ke dalam mobil. Suara kuncian mobil itu terdengar dan ia tidak banyak bicara hingga selanjutnya malah menyalakan mesin mobil.
"Kim Jisoo." Ia melirihkan namaku sambil melirik dengan gerakan bola matanya. Bibirnya menukik ke atas, membentuk seringai.
"Kau harus melepaskanku."
"Aku ingin pergi bekerja dan akan terlambat."Aku lalu berucap dan ia malah mengunci tubuhku dengan seatbelt. Gerakannya tiba-tiba dan membuatku mematung sejenak. Masalahnya adalah jaraknya hanya selisih beberapa centimeter saja dari wajahku. Hingga aku dapat mencium aroma parfumenya dari lehernya itu.
"Rajin sekali bekerja?"
"Apa hobimu mencari uang? Hmm?"Ia menjawab, entah kenapa aku kesal sekali mendengarnya seolah-olah aku ini wanita mata duitan.
"Kalian orang kaya tidak akan mengerti."
Aku menjawabnya dan malah dibalas dengan kekehan kecil yang terdengar seperti meremeh.Kim Seokjin melajukan mobil. Membawaku entah kemana aku tidak mengerti dan paham.
Hening. Tidak ada yang bicara. Aku menatap jalanan dengan tegang, dan kerongkonganku terasa kering sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand
FanfictionBerawal dari tempat Karaoke, pertemuan pertama kali itu terjadi. warning: 18+ mohon untuk bijak dalam memilih cerita.