Hari itu adalah hari yang paling membahagiakan. Bagaimana tidak, setelah lama menginap di rumah sakit dan menjalani serangkaian pengobatan, pada akhirnya, laki-laki bermata sipit dengan rambut hitam yang agak panjang itu menginjakkan kembali kakinya dirumah kecilnya, yang berada di pinggir Seoul.
Lelaki itu tampak sumringah, dia mengambil nafas dalam-dalam seolah ingin memasukkan seluruh oksigen di dalam ruangan itu, lalu dihembuskannya perlahan dan kemudian tersenyum sambil memandang istrinya yang sedang berdiri didepannya sambil menggendong bayi kecil nan cantik yang sama juga tersenyum.
"Jim, kamu bisa? perlu aku bantu?" Tanya Jisoo ketika Jimin berjalan dengan agak payah menggunakan kruk.
Jimin tersenyum tipis, sambil menggeleng. "Bisa sayang."
"Oh, oke... selamat datang kembali ke rumah!!"
"Aku dan Hae Ra, rindu kamu."Jimin hanya terkekeh, dia sungguh luar biasa bahagia. Lelaki itu lantas duduk di atas sofa lalu menggoda Hae Ra yang tengah berjalan kesana kemari dengan lincah. "Eh sayang, sini sama Appa."
"Uuuh, kangen ya?" Tanya Jimin.Hae Ra seperti mengerti, dia lalu melangkah ke arah Jimin sambil tertawa. Kemudian menghempas tubuhnya membentuk sebuah pelukan, ya, putri kecil itu memeluk kaki Jimin dengan tangan mungilnya.
"Aku sangat bersyukur, kamu dan Hae Ra sehat serta baik-baik saja."
"Terimakasih, kamu sudah disisi aku ketika aku sakit." Ucap Jimin sambil mengelus puncak kepala Kim Jisoo.Wanita itu menggenggam tangan Jimin, lalu mengangguk. Ada rahasia dalam kecelakaan ini yang tak perlu Jimin tahu. Kim Jisoo merasa buruk menyembunyikan ini, tapi mau bagaimana lagi. Ini lebih baik daripada lelaki itu tahu.
Yang pertama adalah, pelaku penabrakan.
Yang kedua adalah, orang yang membayar tagihan rumah sakit serta orang yang mengurus perihal kecelakaan ini."Omong-omong, kamu agak kurusan sayang. Kamu lelah ya?" Jimin melihat pergelangan tangan Kim Jisoo yang kecil sekali dimatanya. Lebih kecil dari ingatannya terakhir.
"Perasaan kamu aja Jim. Aku baik kok."
"Ya ampun... Aku merasa sangat payah buat kamu sulit beberapa waktu terakhir." Ucap Jimin lemah melihat wajah istrinya yang cantik dengan sorot mata agak layu itu, tampak Kim Jisoo pasti lelah fisik dan juga batin.
"Jangan bicara seperti itu, sudah kewajiban aku Jim. Yang terpenting kamu bisa pulih lagi."
"Ya? janji?"Jimin terkekeh, ada rasa senang di sudut hatinya melihat Jisoo khawatir akan keadaannya ini. "Ya sayang. Aku janji akan pulih dengan cepat."
"Ayo kita makan malam." Ajak Kim Jisoo sambil berdiri.
"Ayo, aku sudah benar-benar lapar."
***
Lelaki dengan wajah tampan itu tampak tidak biasa. Dahinya berkerut dan wajahnya menegang. Tampak moodnya sedang tidak baik.Dia menatap langit-langit kamar di atas ranjang tempat tidur empuknya. Memakai piyama halus mengkilap berwarna silver dan sejak tadi gelisah dari posisi tidurnya.
Seharian, dia disibukkan dengan urusan kantor. Sebenarnya tidak masalah. Yang membuat pikirannya menggelayut adalah fakta bahwa suami Kim Jisoo sudah kembali ke rumah.
Kim Jisoo sudah berkumpul lagi dengan keluarga kecilnya. Hidup rukun dan bahagia.
Sedangkan dia, hidup sendirian di rumah megah nan mewah ini. Hanya ada suara detak jam di dinding yang semakin membuat malam itu terasa kian sepi dan sunyi.
Kim Seokjin lantas turun dari ranjang dengan gerakan kasar dan cepat. Dia menghembuskan nafas berkali-kali lalu mengeluh. Kemudian berjalan keluar kamar, demi mengambil segelas air karena tenggorokannya terasa sangat kering.
"Oh ya ampun, Tuan Kim." Ucap salah seorang pelayan terkejut melihat Kim Seokjin di tengah ruangan gelap.
"Ada apa ahjumma? Apa yang kau lakukan pukul 11 malam ini?"
"Ah... ini.. uhm.. saya tadi menemukan kotak di ruangan tidak terpakai. Sepertinya punya Nyonya, Tuan."
Mata lelaki itu memicing. Dia lalu melangkah dan mendekat ke arah Ahjumma yang meletakkan kotak di atas meja pantry.
"Kotaknya terkunci."
"Apa saya buang saja Tuan?""Jangan, biarkan saja."
"Dan cepat kembali ke kamar.""Baik."
Usai melegakan rasa dahaganya, Kim Seokjin membawa kotak itu ke atas kamar tidurnya.
Kotak itu tampak usang. Seperti berbulan-bulan tidak pernah dibuka.
Kotak kayu dengan kunci gembok yang kokoh. Lelaki itu tidak bisa membukanya dengan tangan kosong. Hingga perlu ke bawah dan mencari martil atau perkakas lainnya yang bisa merusak gembok tersebut.
Dan malam itu, ada suatu hal yang Kim Seokjin baru ketahui.
***
Park Jimin tengah sendirian, ketika siang itu Kim Jisoo tengah keluar untuk membeli kebutuhan rumah tangga mereka. Lelaki itu belum bisa beraktivitas normal, dia masih kesulitan untuk berjalan dan sejak tadi dia sedang berada di kamar tidurnya. Sedang duduk di kursi kerja dan menatap laptop. Menatap foto-foto keluarga kecil mereka yang sungguh banyak. Dia kangen. Hingga ingin melihat kembali momen bahagia mereka yang lalu.Suara dering telefon dari ponselnya berbunyi. Sebuah panggilan dimana saat itu dia perlu menulis rangkaian nomor rekening penting di atas kertas. Tangannya terasa kaku karena sudah lama tidak menulis hingga pulpen itu terjatuh.
"Ah sial." Umpatnya dalam hati.
Pulpen yang menggelinding itu masuk ke bawah ranjang. Matanya sigap menangkap pulpen itu, namun kala itu pandangannya terpaut pada sebuah buku kecil. Buku berdebu yang ditaruh paling pojok seolah tidak ingin seseorang mengetahuinya ataupun membacanya.
Dia mengambil itu dengan susah payah, lalu meniup debu yang menyelimuti di atasnya.
KJS
Judul buku diary itu, dan tak salah lagi. Itu adalah buku rahasia milik istrinya.
***
tbc
(maaf bgt baru up) 🙏🏻
aku usahain lanjut lagi. maaf ya sudah slow update karena sedang disibukkan dunia rl.sorry kalo ada typo, plis let me know ya🙃
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand
FanfictionBerawal dari tempat Karaoke, pertemuan pertama kali itu terjadi. warning: 18+ mohon untuk bijak dalam memilih cerita.