Kim Jisoo akan terus mengingat jelas.
Mengingat dimana ia menghabiskan malam bersama Kim Seokjin.
Mengingat ketika lelaki itu memegang pipinya lalu melumat bibirnya pelan.
Mengingat ketika Kim Seokjin menyentuh pakaiannya dan melepas kancing bajunya satu persatu hingga membuat perasaan gadis itu bagaikan sedang berada di dalam sebuah rollercoaster.
Namun semua itu hanya dibenaknya sekarang, sebab lelaki itu kini sedang bersama tunangannya dan sibuk membantu memilih gaun.
Sudut di hatinya membeku ketika Kim Seokjin berbicara lembut pada tunangannya.
Ketika Kim Seokjin melingkarkan lengannya di pinggang wanita itu. Dan semua itu terjadi di depan matanya.
Dan hal yang paling membuatnya merasakan sakit adalah ketika wanita itu malah memilih gaun favoritenya. Gaun yang Kim Jisoo idam-idamkan untuk di pakainya di hari pernikahan nanti. Meskipun dia sendiri tidak tahu akan mampu membeli atau menyewanya apa tidak. Tapi, Kim Jisoo sudah mengambil satu gaun menjadi gaun favoritenya itu dan selalu ia taruh paling belakang dari gaun lainnya agar tidak dipilih orang lain.
"Yang ini?" Wanita itu beputar di depan Kim Seokjin memakai gaun favoritenya lalu Kim Seokjin mengangguk. Memuji kecantikan wanita itu tepat di depan Kim Jisoo.
"Yang itu saja." Ujar Kim Seokjin.
Kim Jisoo kehilangan kata-katanya saat itu dan merelakan gaun itu dipilih wanita itu untuk di pakai di pernikahannya nanti.
Kim Jisoo, jangan nangis.
Gaun lain masih banyak. Ok. Jangan nangis.Gadis itu berbicara dalam hati menguatkan dirinya sendiri.
Lagi-lagi tatap Kim Seokjin beralih padanya. Tatap yang begitu sulit di jelaskan dengan kata-kata. Tatap dimana ia merasa menjadi gadis pecundang di dunia ini, yang menganggap ia akan baik-baik saja dimana saat itu hatinya ingin sekali menangis.
***
Malam itu hujan turun. Kim Jisoo hendak pulang dan sedang berusaha membuka payung untuk menembus hujan. Entah kenapa malam itu hujan turun dengan derasnya dan membuat gadis itu merasakan semesta sedang berpihak padanya karena ikut merasakan kesedihan."Kenapa sih buka payung aja nggak bisa?" Tanya Jimin seraya mengambil alih payung dari tangan gadis itu.
Jisoo membiarkan Jimin membantunya dan seketika payung itu terbuka.
"Tangan aku basah dan licin." Ujar Jisoo lalu Jimin hanya terkekeh.
"Ayo pulang. Aku nggak bawa motor jadi pakai bus aja."
"Iya."
"Numpang ya payungnya? Aku nggak bawa payung." Ujar Jimin.
"Tapi payungnya kecil?"
"Iya. Aduh aku kebasahan juga deh." Jimin protes dan malah membuat Jisoo tertawa.
Mereka berjalan dibawah payung diantara hujan yang deras. Sesekali Jimin bercerita dan Jisoo hanya mengangguk mendengarkan ocehan lelaki itu yang sedang bersahut-sahutan dengan suara hujan dan suara kendaraan yang lalu lalang. Ia mendengarkan namun sejujurnya pikirannya sedang berada di tempat lain.
"Lebih dekat. Kamu jadi basah." Ujar Jisoo melihat setengah badan Jimin terkena hujan.
"Nggak apa-apa."
"Asal kamu nggak basah. I am fine."
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand
FanfictionBerawal dari tempat Karaoke, pertemuan pertama kali itu terjadi. warning: 18+ mohon untuk bijak dalam memilih cerita.