1. Kanigara

827 47 10
                                    

Namanya Kanigara Arsa, anak-anak lebih sering memanggil dia dengan nama Gara. Bukan lelaki most wanted kampus, bukan lelaki yang memiliki jabatan penting di kampus bahkan bukan pula mahasiswa yang memiliki segudang prestasi akademik.

Gara itu hanya lelaki yang senang berlama-lama singgah di pikiranku. Iya, aku gak bohong, bahkan kadang kala aku nggak tahu bagaimana cara mengusir Gara dari pikiranku. Dia itu sangat suka keluar masuk pikiran aku dengan semena-mena. Benar-benar nggak sopan pokoknya.

Pertama kali aku menyadari keberadaan Gara itu ketika masa Ospek. Saat itu Gara masih berkepala plontos, memakai kemeja putih yang dipadukan oleh celana bahan berwarna hitam serta memakai sepatu berwarna senada, pakaian khas mahasiwa baru.

Saat itu hari terakhir ospek, tanpa pemberitahuan sebelumnya, angkatan aku disuruh menampilkan sesuatu. Sebuah pertunjukkan terakhir di masa kegiatan ospek. Tentu tidak ada yang mau maju dan menampilkan sesuatu, kita semua masih pemalu untuk menunjukkan gigi.

Namun Gara dengan percaya dirinya mengajukan diri untuk menampilkan sebuah pertunjukkan. Akustik.

Pertunjukkan paling sederhana, ia memilih bernyanyi dan meminta teman-teman yang lain untuk bermain gitar dan sebuah cajon. Pertunjukan akustik yang menyelamatkan kita semua dari pulang telat. Mungkin kalau Gara tidak mengajukan diri, kakak-kakak senior itu akan tega menahan kita pulang sampai ada yang mengajukan diri untuk pertunjukan terakhir ospek.

Suara petikan gitar dan ketukan cajon dipadukan dengan suara lembut husky Gara benar-benar sangat serasi. Penampilan Gara kala itu langsung menyihir puluhan mata, seketika semua orang langsung dibuat terhanyut oleh alunan merdu Gara. Termasuk aku.

Sejak saat itu, tidak ada 1 anak pun di angkatan aku yang tidak mengenal siapa itu Gara. Ditambah dengan kepribadiannya yang baik dan menyenangkan, reputasi Gara pun semakin melejit. Bahkan ibaratnya tidak ada yang tidak pernah berinteraksi dengan Gara.

Karena kepribadaian Gara yang benar-benar humble, kadang aku suka terkecoh dengan dia. Beberapa kali aku sempat mengira Gara sedang memiliki hubungan spesial dengan wanita. Namun ternyata tidak, ia memang baik ke semua orang termasuk kepada wanita. Mungkin itu yang membuat wanita-wanita itu menambakan hatinya kepada Gara.

Dan sperti yang aku bilang tadi, tidak ada yang tidak pernah berinteraksi dengan Gara. Walaupun aku bukan siapa-siapa di kampus ini —hanya mahasiswa tingkat 3 yang sedang mengejar ip diatas 3.5— aku pun pernah berinteraksi dengan Gara.

Ketika itu aku baru memasuki semester 3, saat anak-anak yang lain sedang mencari teman baru di kelas yang baru, aku langsung mendudukan diri di bangku paling depan. Aku tidak terlalu memperdulikan tentang teman-teman. Toh ketika aku lulus dan cari kerja juga akan tetap sendirian. Bagi aku, terlalu mengikuti alur pertemanan sangat merepotkan, lebih baik aku tetap memperhatikan diri aku seperti sekarang.

Namun hari itu entah hari keberuntungan atau kesialan bagi diriku. Tak lama setelah aku mendudukan diri, seseorang turut masuk ke dalam kelas ini. Iya, itu Gara. Dari sekian banyak mata kuliah yang sudah aku ambil sejak semester 1, tidak ada satu pun aku dapat kelas yang sama dengan Gara. Dan ini pertama kalinya aku berada di dalam 1 kelas dengan Gara.

Gara terlihat celangak-celinguk mencari tempat duduk yang paling strategis untuk ia duduki. Tebakan ku salah saat mengira ia akan mengambil tempat duduk di belakang. Ternyata dia memilih untuk duduk di samping aku!

"ini kosong kan?" tanya nya sambil menunjuk kursi yang berada persis di samping kanan ku.

Lidahku terlalu kaku untuk menjawab pertanyaan singkat Gara. Hanya anggukan kepala yang sanggup aku lakukan untuk saat ini.

"oke berarti gue duduk disini ya." ucapnya seakan ia baru diberi izin untuk duduk di samping ku.

"Gar disini aja Gar!" teriak seseorang yang aku yakini itu adalah teman Gara.

Aku melihat Gara memutar tubuhnya menghadap belakang sambil menjawab, "nggak ah, gue mau pinter nggak kaya lo!"

"bangsat lo Gar!"

Gara terlihat cekikikan sesaat setelah mengatakan itu.

Mendapati Gara yang berada di sampingku saat ini, tentu saja itu hal yang sangat mengganggu. Bukan Gara-nya tapi jantungku. Sejak Gara memasuki kelas ini, Jantung aku gaduh sekali di dalam sana, semakin aku menegur dia untuk biasa saja, dia semakin menggila. Tidak beres.

Aku melihat dari ujung mata bahwa Gara tengah memperhatikan aku dari samping, dan benar saja tak lama ia kembali bersuara, "Gara." Ucapnya sambil mengulurkan tangan.

Merasa bahwa aku yang sedang diajak bicara, aku menatap balik Gara, "Kayshilla." Jawabku.

"kita nggak pernah sekelas ya? gue jarang ngeliat lo kayaknya."

"emang nggak pernah, ini pertama kalinya kita berdua sekelas."

"mungkin." Hanya 1 kata itu yang akhirnya keluar dari mulut aku.

Gara terlihat mengangguk-anggukan kepalanya, "gue boleh pinjem pulpen nggak?" tanya Gara.

Aku hanya menatap Gara bingung, ini pertama kalinya kami berinteraksi, namun dilihat dari intonasi dia berbicara, gestur yang ia keluarkan sampai bagaimana cara dia menatap aku, sekan kita sudah lama mengenal. Gara terlihat begitu tenang dibanding aku yang berusaha keras terlibat biasa saja di depan dirinya.

"gue lupa belum beli pulpen." Ucapnya sembari memamerkan deretan giginya yang rapih.

(lagi-lagi) tanpa bersuara aku memberikan pulpen berwarna kuning terang dengan wajah mike wazowski di ujung pulpennya. Sebenarnya aku membeli pulpen itu hanya untuk kesenangan pribadi, karena lucu. Namun karena hanya ada pulpen itu di tempat pensil ku, akhirnya pulpen itu yang aku pinjamkan ke Gara.

 Namun karena hanya ada pulpen itu di tempat pensil ku, akhirnya pulpen itu yang aku pinjamkan ke Gara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gara terlihat menahan senyum saat melihat pulpen yang aku berikan, "gemes banget. gue pinjem dulu ya Cil."

Cil??

Tidak ada yang pernah memanggil aku dengan nama lain selain "Kayshilla." Memang benar nama aku lumayan panjang untuk dipanggil, namun biasanya orang-orang tetap memanggil aku dengan nama asliku "Kayshilla." Atau biasanya keluarga dan teman terdekatku memanggil dengan nama "Kay"

Dan lagi-lagi Gara memporak-porandakan perasaan aku. Bisa-bisanya dia menciptakan nama baru untuk diriku. Apa dia tahu dengan begitu aku merasa menjadi wanita yang spesial?

 Apa dia tahu dengan begitu aku merasa menjadi wanita yang spesial?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-






Huwaaa aku iseng bangettt wkwkwk
Aku nulis ini karna gabut jadi kayaknya gak bakal serius serius banget. (Mungkin bakal pendek juga ceritanya) gak tau deh wkwk

KANIGARA | Hendery✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang