10. Nyatanya

218 29 0
                                    


"KAAYYYY!" teriak Nina sambil memelukku di teras depan rumah.

Sontak aku membeku mendapati Nina yang tiba-tiba sudah ada di rumahku saat ini. Bukan karna ia sampai rumahku secara tiba-tiba pada sore hari ini, namun juga karena Nina datang bersama dengan lelaki lain sekarang.

Kalau aku tidak salah dia adalah Deni, salah satu personil Roseband yang kuingat memegang sebagai basis di band itu. Namun yang membuat aku semakin bertanya-tanya, sedang apa dia di rumahku? bersama dengan Nina pula.

Deni kini terlihat melambaikan tangannya kepadaku tanda menyapa. Aku pun balas melambaikan tangan sambil tersenyum.

"anggggg kangen bangetttt." ucap Nina dengan pelukan yang masih terasa sangat erat.

"ehhh ada siapa nih?" ucap ibu yang tiba-tiba datang dari dalam rumah.

"eh tantee, akhirnya kita ketemu juga yaa. Apa kabar Tan?" ucap Nina yang kemudian membawa punggung tangan ibu ke jidatnya.

"Deni tante." ucap Deni yang akhirnya bersuara.

"Alhamdulillah baik baik, ayo masuk. Adek! kamu ini.. temennya dateng bukan disuruh masuk dulu!" tegur ibu yang masih melihatku mematung.

"terima kasih tante, tapi aku kayaknya mau langsung aja nih." ucap Deni ramah

"loh nggak mau masuk dulu? istirahat dulu sebentar, kan baru dateng."

"Deni ada acara keluarga Tan, tapi dia emang maksa banget buat nganter aku dulu. Jadi buru-buru gini deh jadinya." jawab Nina.

"haduuu, mau mastiin pacarnya sampai dengan aman ke rumah Kay ya? hahaha, eh tapi ini pacar kamu kan Nin?"

Dengan senyum malu-malu Nina menjawab, "iya tan hehehe. Kalo gitu aku anterin Deni sampe mobil dulu ya Tan." ucap Nina sambil menaruh tas besarnya diatas kursi.

"mari tante. Gue duluan ya Kay." ucap Deni sebelum akhirnya ia menghilang dari balik pagar rumahku.

"eh iya hati-hati." ucapku yang akhirnya bersuara.

Aku kembali terdiam mencerna semua ini.

Nina sudah punya pacar dan orangnya itu Deni, bukan Gara.

Apa-apaan ini? mengapa aku tidak mengerti semua ini? Aku yakin tempo hari itu aku melihat Gara dan Nina sedang jalan berdua di pusat perbelanjaan, bergandengan tangan pula.

Mengapa sekarang Nina membawa sekaligus menyebut Deni sebagai pacarnya?

Otakku berputar dengan cepat sampai akhirnya aku tersadar oleh tepukan Nina di pundakku.

"KAY!"

"eh iya?" ucapku yang akhirnya tersadar.

"Lo nggak mau ngajak gue masuk?" tanya Nina yang mulai keberatan dengan tas yang dia sampirkan di bahu kanannya.

Melihat tas itu, sepertinya firasatku benar. Saat aku mengiyakan Nina untuk menginap dirumahku pasti dia akan menginap dirumahku lebih dari semalam. Terbukti dari besarnya tas yang ia bawa.

sumpah deh, dia bawa apa saja sih kerumahku?



-



"kok lo bisa sama Deni? sejak kapan? kapan kalian jadiannya?" todongku saat kami berdua sudah di kamar.

Nina terlihat hanya senyum-senyum, "akhirnya temen gue bisa perhatian juga."

"makanya jangan nyuekin gue! ketinggalan info kan lo." lanjutnya.

"yaudah gimana?"

"sebenernya kita gak terlalu lama sih pdktnya, dari pas awal semester. Pokoknya dia sempet kayak tarik-ulur gue gitu Kay! terus gue gertak aja, eh nggak lama dari situ baru deh dia nembak gue."

KANIGARA | Hendery✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang