13. Sukaria (end)

331 33 6
                                    


Sumpah aku mau marah banget.

Mungkin aku orang terbodoh di tahun ini yang tidak menyadari perasaan Gara, aku dengan naifnya selalu bimbang dengan seluruh perlakuan yang selama ini Gara berikan kepadaku.

Bahkan malam itu aku sampai dikatain habis-habisan oleh Nina karena aku selama ini menyangka kalau Nina dan Gara saling memiliki perasaan.

Kalian tau apa? Rasanya aku mau jadi kijang saja dan bergabung dengan kawanan kijang yang berada di istana bogor. Malu banget!

Setelah mendengar seluruh penuturan dari Nina, kami berdua memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Walau aku masih memiliki jatah libur selama 5 hari, Ibu tetap mengizinkan aku untuk kembali kosan.

Setelah kembali lagi ke Jakarta, Nina memaksaku untuk langsung menemui Gara.

Nina bilang Gara seperti orang yang tidak memiliki tujuan hidup selama aku pulang ke Bogor. Sebenarnya aku tidak ingin percaya, tapi setelah mendengar semua cerita dari Nina, sepertinya aku harus mulai mempercayai hal yang selama ini selalu aku tampik.

Jujur aku tidak siap untuk bertemu Gara. Apa yang harus aku lakukan? apa yang akan aku katakan kepadanya? Memikirkannya saja aku tidak menemukan jawaban.

Namun Nina tetaplah Nina, dia selalu memaksa dan berakhir dengan aku yang selalu menuruti ucapan dia.

Dan akhirnya disinilah aku, menunggu Gara selesai manggung di kafe milik bang Dion. Jujur aku terlalu gugup saat ini, aku tidak tahu harus apa sampai akhirnya aku memutuskan untuk menunggu di samping motor Gara hingga si empunya kembali.

Tak lama, aku melihat Gara yang sudah berdiri diam di depan pintu parkiran.

Aku yang masih diliputi rasa gugup hanya mampu tersenyum sembari melambaikan tangan ke arah Gara.

Lihat itu. Sepertinya aku juga merindukan Gara. Padahal dia hanya menggunakan jaket denim serta celana jeans kesayangannya, tapi hal itu dapat membuat jantungku menggila.

Namun aku dibuat bingung melihat Gara yang masih terdiam sampai sekarang, bahkan dia hanya menatapku tanpa ekspresi dan tanpa berkeinginan untuk bergerak menghampiri aku dan juga motornya.

Melihat itu, aku memberanikan diri untuk menghampirinya lebih dulu.

"hai." sapa ku sambil kembali melambaikan tangan sedikit.

Gara mengerjapkan matanya, "lo udah balik? dari kapan?" tanya Gara yang kesadarannya sudah kembali.

"Tadi siang baru sampai kosan." jawabku.

Gara mengganggukan kepalanya canggung. Kenapa ini? aku tidak pernah melihat Gara secanggung ini.

"Cil."

"ya?"

"boleh peluk?" tanya Gara

Aku tidak bisa menyembunyikan senyumku. Kenapa Gara harus bertanya itu sih.

Aku menganggukan sambil menahan senyum. Tak lama Gara menarik pinggangku, membawa tubuhku ke dalam dekapannya.

Aku tidak tahu bahwa harum tubuh Gara semenenangkan ini, bahkan dari semua lilin aromaterapi yang pernah aku gunakan, tidak ada aroma yang semenenangkan ini. Aroma ini sepertinya akan menjadi aroma favorit baru untukku.

Aku merasakan usapan lembut tangan Gara di rambutku turun hingga punggung, dia mengelus dengan begitu lembut sampai aku terlena dan tanpa sadar ikut melingkarkan tanganku ke pinggang Gara, membalas pelukannya.

Satu lagi yang baru aku tahu, ternyata berada di pelukan Gara terasa sangat nyaman.

"i miss you." bisik Gara.

KANIGARA | Hendery✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang