SERIES"Kanker Hati?" Sherra mengangguk.
Keduanya sedang terduduk di kursi samping pintu IGD. Gadis 18 tahun itu tak henti hentinya mengusap air mata saat menceritakan kondisi sang mama. Sedangkan speechless. Tak bisa berkata kata mendengar kabar ini.
Dalam dirinya ingin membantu. Namun ia tak tau bagaimana meringankan beban Sherra selain mensupport langkah sahabatnya.
"Terus sekarang kamu mau gimana? Kamu akan tetap melanjutkan pengobatan ini?" Sherra mencengkram roknya kuat. Menggelengkan kepalanya.
"Aku gatau" Kai menghela nafas pasrah.
"Aku pingin mama sembuh. Tapi kalau terus dirawat disini, tabungan aku dan mama bisa habis Kai" balas Sherra. Kai menatap Sherra kasihan. Lelaki itu kemudian mengeluarkan sesuatu dari jaketnya.
"Kayaknya aku akan ambil rawat jalan dirumah. Dan tebus obat Mama besok pagi" Ujar Sherra menyelipkan rambutnya. Kai tiba tiba menyerahkan sesuatu ke depan Sherra.
"Eh Kai? Ini apaan?" Kai menyodorkan sisa uang hasil balapannya tadi malam.
"Ambil, buat nebus obat Mama Dinda" Sherra menggelengkan kepala. Menolak.
"Kai aku masih punya uang tabungan untuk tebus obat Mama" Kai semakin keras kepala dan melipat uang itu untuk di pegang oleh Sherra.
"Kai, jangan kaya gini. Aku masih mampu!"
"Ambil! Pake itu untuk tebus obat! Uang tabungan kamu simpen buat kebutuhan lain, jangan sampai abis hari ini. Kehidupan kamu masih panjang" balas Kai. Sherra hendak membantah namun Kai dengan cepat meletakkan jarinya pada bibir gadis itu
"Tapi Kai, ini terlalu banyak. Aku gak bisa ngembaliinnya---"
"Aku ikhlas Sher" sahut Kai cepat.
"Anggap ini rezeki kamu sama Mama Dinda. Karena dulu juga kalian pernah rawat aku. Sebelum akhirnya aku dibawa pergi sama Papa"
Mama Dinda memang selalu memperlakukan Kai layaknya putranya sendiri. Kai masih ingat saat wanita paruh baya itu nekat mengurus dirinya yang berusia 14 tahun walaupun keadaan ekonomi keluarga mereka tak begitu baik. Namun Mama Dinda tak pernah mengeluh. Ia merawat Kai dengan tulus.
Dan kini, saatnya Kai membalas semua kebaikan wanita itu.
"Tapi Kai---"
"Shht, jangan di bahas lagi oke? Yang terpenting sekarang adalah gimana caranya kita cari uang lebih untuk kesembuhan Mama Dinda" Tutur lelaki itu berhasil menenangkan Sherra.
"Pokoknya kamu jangan khawatir, aku akan selalu bantu kamu" Sherra tersenyum kecil lalu menganggukkan kepalanya. Gadis itu kembali memeluk Kai erat. Begitupun Kai, yang selalu menerima setiap pelukan hangat dari tubuh rapuh sahabatnya.
"Kai, terimakasih"
_________
"Eh sekarang ada kuis coy! Buruan bikin contekan!"
Terdengar riuh riuh dari para murid yang tak siap dengan kuis hari ini. Terutama kelas Sherra, walaupun menjadi kelas terbuang yang berarti berisi para manusia dengan otak kurang dari 2 GB. Namun kelas Sherra juga tak pernah absen di beri kuis mingguan oleh guru matematika mereka. pa Bejo.
Bahkan Mona, murid yang absen kehadirannya hanya 3 hari dari seminggu saja,setiap pelajaran pa Bejo pasti masuk kelas. Gadis itu tak mau mengikuti susulan karena pastinya tak mendapat contekan.
Sherra juga tak jauh dari Mona. Gadis itu tak bisa hidup tanpa contekan karena memang otaknya agak tertinggal daripada yang lainnya. Namun hari ini Sherra terlihat berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC SERIES
Teen Fiction"I think I'm addicted to your body"-Jeffranz Altair- Sherra menyesali keputusannya malam itu. Malam dimana ia menyerahkan tubuhnya pada cinta pertamanya---Jeffranz Altair si Perisai PASBARA yang terkenal dingin dan kasar. Sherra menyesal. Karena set...