BAB 3

27 6 2
                                    

-11:00 AM-

Di markas tentara kerajaan...

Saat ini seharusnya Rei sudah bisa beristirahat, tetapi sayang sekali jam istirahatnya digantikan duduk di ruang pembukuan berhadapan dengan Chiisa yang melipat tangannya di dada dengan raut wajah kesal. Tidak hanya satu hal yang membuatnya kesal, tapi tingkah Rei yang malah duduk sambil memutar-mutar belatinya membuat Chiisa naik darah; bahkan Rei tak melihat Chiisa yang sedang duduk dengannya.

".........."

*hening

"........"

Chiisa : "Oy..."

Rei : "mm?" masih main belati

Chiisa : sigh "Taruh belatimu"

Rei : "knp"

Chiisa : "Taruh saja apa susahnya sih?!"

Rei : "Langsung saja bilang apa yang ingin kau katakan padaku-"

Chiisa : "HEISH!" berdiri dan langsung merampas belati itu dari tangan Rei lalu duduk kembali meletakkan belati itu diatas meja

Rei : "... kau membuang waktu istirahatku"

Chiisa : "Dengar, begini-- Ini adalah pertama kalinya aku bekerja denganmu. Apa kau selalu seperti itu setiap menangkap tersangka?"

Rei : lihat langit-langit ruangan "Mereka yang melawan balik"

Chiisa : "Iya tau... tapi teman-temanku yang pernah menjadi partnermu berkata kau sering menyerang duluan sebelum menangkap.. kau tidak seharusnya melakukan itu bla bla bla bla"

Chiisa tengah mengoceh dan menasihati Rei dengan baik-baik, tetapi Rei tampak melihat buku biru Chiisa yang terletak di atas meja dan acuh tak acuh pada ocehan Chiisa. Di buku itu tertulis judul, "Porteris Herb"

(buku meramu baru...) pikir Rei.

"Begitu, mengerti? Aku akan memperingatimu jika melakukan hal itu lagi" omelan Chiisa sudah berakhir dan hanya itu yang di dengar telinga Rei setelah pikirannya berpaling pada buku itu. Rei mengambil belatinya kembali,

"Ya" singkat Rei dan langsung beranjak dari tempat duduknya; langsung keluar dari ruangan Chiisa.

"..." (Apa dia selalu seperti ini? Gila... kurasa dia tidak punya teman sama sekali) ucap Chiisa dalam hati. Dia beranjak dari tempat duduknya lalu mengambil bukunya, tapi--

"Eh--?"

Buku biru itu sudah tidak ada di meja; tangan Rei yang sudah mengambilnya dari meja.

"HE?!"

*Panik panik

Saat itu juga Chiisa berlari keluar dan membuka pintu untuk menyusul Rei, tetapi Rei sudah menghilang darisana tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.

"RRRREEEEIII!!!!" Chiisa menjerit nyaring penuh kesal.

*Hentak-hentak kaki + medumel tidak jelas sampe diliatin orang

"#*%^&!!(--!!"

"P-permisi nona-"

"APA?!" sontak Chiisa yang sangat kesal sambil menoleh ke orang yang memanggilnya

"Hhiii...?!" orang itu kaget dan terlihat takut

"Eh.. maaf, ada apa? tugas baru?" ucap Chiisa tenang

"I-iya, dari tuan Roger. Tugas baru pengawasan area pasar juga..." kata orang itu sambil memberikan gulungan kertas yang berisi misi untuk Chiisa.

"...."

Di tempat lain, Rei tengah mencari bahan di hutan untuk membuat ramuan herbal baru dari buku Chiisa yang baru diambilnya. Saat ingin memetik tanaman, burung merpati turun di tangannya dimana kaki burung itu terikat selembar surat. Ada sesuatu yang aneh pada merpati itu, entah kenapa wajahnya juga terlihat kesal dan tidak mau melihat Rei sama sekali.

Rei mengambil surat dari kaki si merpati dan burung itu langsung pergi dari sana. Saat Rei membuka surat itu, didalamnya berisi selembar kertas; di bagian atas berisi tugas dari Chiisa, dan dibawah berisi omelan Chiisa dan ancaman kalau tidak mengembalikan bukunya.

Dia memiliki misi yang sama lagi, yaitu menjaga area pasar pusat Centra tapi kali ini dia harus mengawas sepanjang malam nanti; mengetahui banyak kriminal yang memiliki ras bukan manusia cenderung memakai sihir, Roger mempercayai Rei dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.


bersambung...

terimakasih sudah membaca~ tetap dukung aku ya guys~

Writer : Fendi

You Found MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang