~Introduction Chapter - Bang Chan~

268 27 0
                                    

"Ibu, Chan berangkat kuliah dulu ya. Maaf gak bisa menemani ibu lebih lama," pamit Chan kepada sang ibu yang hanya berbaring di atas kasurnya.

Sang ibu tersenyum manis, dan mengangguk. "Gak usah pikirin Ibu, nak. Ibu bakalan baik baik saja. Fokus pada kuliahmu ya, nak."

Remaja yang diketahui bernama Bang Chan itu, membalas senyuman sang ibu, dan pergi berangkat kuliah.

Sebenarnya, dalam lubuk hati yang paling kecil, Chan tidak tega untuk meninggalkan sang ibu yang keadaannya jauh dari kata baik baik saja. Tapi ia harus melanjutkan kuliahnya demi sang ibu. Ibu yang memintanya untuk tetap kuliah. Ibu Chan tidak ingin Chan berhenti kuliah karena dirinya.

Entah ada apa gerangan, perasaan Chan sangat tidak enak. Bayang bayang tentang sang ibu terus bermunculan di pikirannya. Membuat Chan tidak fokus pada mata kuliahnya.

"Chan, itu dosen manggil lo," ucap Bam Bam, memberitahu Chan.

Chan langsung mengerjap sejenak, dan menoleh ke arah Pak Jaehwan yang sedang memandanginya.

"Eung... Ada apa, Pak?" tanya Chan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ada apa? Mukamu kusut sekali. Bahkan lebih pucat daripada biasanya. Sedang sakit?" tanya Pak Jaehwan khawatir.

Bagaimana Pak Jaehwan tidak khawatir? Chan itu, kan murid kesayangannya. Melihat Chan tak fokus sama sekali dan sering melamun, membuatnya khawatir.

Chan menggeleng pelan. "Saya tidak sakit, Pak. Cuma kebanyakan pikiran," jawab Chan.

Pak Jaehwan hanya mangut mangut, dan kembali mengajar seperti sediakala.

Baru saja Chan hendak fokus pada mata kuliahnya, suara ringtone ponselnya kembali mengganggunya.

Chan berdecak kesal, dan mengeluarkan ponselnya dari tas.

Nama ibunya lah yang terpampang jelas di layar ponsel Chan.

Sebelum mengangkat panggilan mendesak itu, Chan meminta izin terlebih dahulu kepada Pak Jaehwan untuk menjawab panggilan penting itu di luar kelas.

"Halo?"

Sedetik kemudian, ponsel Chan terjun bebas dari tangannya. Bahkan, layarnya menjadi retak sana sini. Namun, Chan tak begitu memperdulikan ponselnya sama sekali.

Remaja bermarga Bang itu menangis sesenggukan di depan kelas.

Pak Jaehwan yang memiliki telinga yang sangat peka, langsung dapat menangkap suara tangisan Chan yang terdengar sedikit tertahan. Merasa khawatir, Pak Jaehwan memutuskan untuk menghampiri murid kebanggaannya itu.

"Chan, kamu kenapa, nak?" tanya Pak Jaehwan kaget saat melihat Chan menangis sambil menyandar di pintu kelas.

Kelas yang tadinya hening layaknya kuburan, kini jadi rusuh. Semuanya langsung keluar kelas untuk melohat keadaan Chan.

Memang, suara Pak Jaehwan itu benar benar keras. Bahkan anak anak di barisan belakang dapat mendengar jelas suara Pak Jaehwan.

"Ibu saya... Meninggal, Pak," jawab Chan sambil menenggelamkan kepalanya di lipatan tangan.

Tak peduli jika orang lain mengatakannya cengeng, tukang nangis, atau cowok lemah. Karena memang, ibunya hanyalah satu satunya keluarga yang ia miliki, jadi wajarlah jika dia menangis.

Dan karena itu juga, Chan resmi memjadi sebatang kara.

Pak Jaehwan tak bisa berbuat banyak. Pria yang sudah berumur muda itu, hanya bisa mengelus punggung Chan dengan lumbut, berusaha untuk menenangkannya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bang Chan (20 Tahun)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bang Chan (20 Tahun)


(A/N):
Khusus introduction chapter, sengaja gak aku bikin panjang, cuma sebatas 400 words - 500 words. Takutnya kalau terlalu panjang, kalian nya pada bosen bacanya. Tapi untuk yang chapter sesungguhnya--bukan introduction chapter--tetep aku bikin semi long chapter.


Go Up [Stray Kids]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang