18

688 140 3
                                    

Soeun jalan ngelewatin koridor yang masih sepi. Setelah seminggu dia dirawat dirumah sakit, akhirnya hari ini dia bisa mulai sekolah lagi.

"Soeunnnnn!"

Jiyoon teriak sambil lari ke arah Soeun. Disusul Monday yang ikutan lari dibelakangnya.

Tepat didepan pintu kelas ipa 1, Jiyoon berhambur memeluk Soeun.

"Gue kangen banget anjirt" ucap Jiyoon sedih.

Soeun ketawa. "Gue udah baikan kok, udah bisa sekolah."

Monday ikut meluk Soeun. "Lo udah sembuh kan? Jangan sampe lo belom sembuh tapi udah nekat masuk."

"Gue udah sembuh Monday" ucap Soeun tulus. Dia juga kangen 2 sahabatnya ini.

Soeun noleh ke dalem kelas ipa 1, nggak ada orang yang dia cari ternyata. "Ayo ke kelas."

***

Soeun terbaring lemah diatas kasur pasien, lengkap dengan alat alat medis.

Berkali kali Serim menghela napas gelisah. Mondar mandir didepan ruang perawatan Soeun.

Memorinya terus berputar, menampilkan bayangan Soeun dengan kepalanya yang penuh dengan darah, juga wajah mamanya yang mengerikan.

Cowok itu yang ngebawa Soeun sendirian ke rumah sakit dengan susah payah.

Saat sampai di rumah sakit, Soeun langsung dapat perawatan. Serim bilang ke dokternya buat ngasih penanganan yang terbaik buat Soeun.

"Jihoon, lo kemana?" Gumam Serim gelisah. Udah satu jam lamanya setelah Soeun dapat perawatan dan Jihoon sama sekali belum dateng.

"SERIM!" 

Jihoon berlari ke arah Serim dengan tergesa gesa. Ada satu cowok yang nyusul dibelakang Jihoon.

"Soeun mana?!" Tanya Jihoon terengah engah. Mengatur napasnya.

Serim menenangkan Jihoon. "Ada didalem, tapi belom boleh ada yang masuk."

Cowok yang ada dibelakang Jihoon nggak ngehirauin ucapan Serim. Dia tetep masuk ke ruang perawatan Soeun.

"Heh lo-"  ucapan Serim terpotong karena Jihoon justru ikut masuk kedalam.

Ah Serim nggak ngerti sama jalan pikir dua cowok itu.

Jake berdiri disamping Soeun. Matanya kembali memerah. Tangannya mengepal dengan kuat.

Berbeda dengan Jihoon, cowok itu berlutut sambil menggenggam tangan Soeun. Menangis dalam diam.

Mata Soeun masih terpejam. Kepalanya penuh dengan perban, begitu juga dengan pipinya. Hari itu Jake bener bener liat sosok Soeun yang beda.

"Ekhem, tolong pihak keluarga untuk keluar dari ruangan. Pasien masih butuh perawatan dan istirahat"  ucap dokter yang baru saja masuk bersama suster.

Jake hanya mengangguk. Mengelus tangan Soeun pelan, lalu mengajak Jihoon pergi keluar.

"Gue mau disini" ucap Jihoon menggenggam tangan Soeun. Hatinya dua kali lebih hancur dari masalah di masa lalunya.

[4] Hurt Road Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang