"Gue sama Rio gak ikut balapan dulu sekarang. Pas tawuran kemarin orangtuanya Rio marah-marah, kalau misal sekarang gue sama dia ikut balapan dan akhirnya ditertibkan sama polisi, bisa gawat. Dahlah, ya ... kalau Lo mau balapan, sama Kak Rama aja, gue sama Rio absen dulu ...."
"...."
"Gak gitu, Kak! Lo sama Kak Rama enak, meskipun ketangkap polisi atau baku hantam sama sekolah lain, orangtua kalian biasa aja, sementara keluarga gue sama Rio kan gak kayak gitu! Lo masih enak banget sekarang bisa nempatin rumah Lo yang mewah itu, Kak Rama juga masih dikasih apartemen sama fasilitas yang lengkap. Lah, gue sama Rio harus patungan nge-kost! Udahlah, ya ... buat sekarang gue mau cari aman dulu. Kalau kami berdua didepak dari kosan, gimana?!"
"...."
"Vian ikut? Mendingan jangan suruh dia ikutan balapan, deh ... jadi penonton pinggir lapangan aja. Kasian, nanti masuk angin ...."
"...."
"Hmm ... ya ya ya, terserah Lo. Bye, gue mau nyari makan dulu ...."
Yudha memutuskan panggilan sepihaknya dengan Johan. Bukannya tidak mau ikut balapan, apalagi taruhan yang akan mereka dapatkan nanti adalah uang, yang bisa dipakai untuk membeli alkohol agar mereka bisa mabuk-mabukan.
Posisi Yudha masih terancam, ia tidak bisa leluasa untuk ikut balapan liar atau tawuran lagi. Tapi, ia masih bisa pergi diam-diam kemudian memakai topeng sedemikian rupa agar tidak ketahuan. Tapi, serius ... untuk sekarang sebaiknya keinginannya untuk berbuat kenakalan harus ditunda dulu.
"Uhhh ... Vian ...."
Yudha mematung saat ia mendengar suara geraman yang menyebutkan nama Vian. Lelaki itu diam sejenak untuk memfokuskan pendengarannya, darimana asal suara itu?
"Uhh ... Vi-Vian ... Argghh ...."
Yudha melotot tajam, ia segera berlari menuju toilet kamar kosnya bersama Rio. Ia yakin bila suara geraman itu berasal dari dalam sana.
"Arghh ... Vian sayang ... gue mau keluar ...."
Jantung Yudha berdegup sangat kencang, telinganya ia tempelkan pada pintu toilet, untuk mendengar lebih jelas.
"Rio anjing, coli kok pake sebut nama kak Vian segala, sih?!!"
***
"Malam ini biar gue aja yang turun buat balapan, ngeganti yang waktu itu pas gue gak ikutan tawuran, gimana?"
Vian memberikan penawaran yang spontan langsung ditolak oleh Johan. Yang lebih pendek kemudian mengernyitkan dahinya tanda tidak paham.
"Kan biasanya gitu, Kak ... kalau kemarinnya gak ikut tawuran, ya pas balapan dia yang turun ...."
"Malam ini biar gue sama Rama yang turun, Lo nonton aja. Lo bilang bentar lagi Ayah Lo mau nikah, kan? Kalau gak sengaja ada kecelakaan, bisa berabe ...."
Vian mendengkus keras-keras saat dirinya mendengar penolakan dari Johan. Lelaki itu segera duduk di sebuah kursi yang juga diduduki oleh Rama.
"Kak, Lo yang nonton ... gue yang balapan, ya ...."
Vian menatap Rama dengan tatapan memelas, Rama terkekeh kemudian menggelengkan kepalanya perlahan.
"Enggak, jangan ... saingannya musuh bebuyutan kita. Kalau mereka sampai nekat, Lo yang celaka ...."
"Oyy, katanya jantan ... tapi pas balapan cuman duduk doang, ayo cepetan!"
Rama menggertakkan giginya, kesal. Lelaki itu kemudian berdiri dan mengikuti orang yang menghampirinya dengan Vian tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CUTE (BAD) BOY || BxB || SOON
Novela JuvenilRizky dan Alvian adalah musuh bebuyutan selama di sekolah. Keduanya tidak pernah akur karena sejak dulu terus saja memperebutkan perempuan yang sama. Namun, Bundanya Rizky dan Ayahnya Alvian pada akhirnya menikah, menjadikan keduanya sebagai saudar...