6

5 0 0
                                    

Seorang gadis duduk di balkon rumah lantai dua menatap langit senja yang memerah.

"Hidup ngga cuman perlu direnungin, tapi juga harus diimbangin."

Gadis itu tak menoleh. Menghela napas panjang sembari memejamkan matanya sejenak.

"Jangan nyerah, banyak orang diluar sana yang lebih retak daripada kita." Kiki ikut duduk bersila dengan handuk yang masih menggantung di lehernya.

"Dingin, masuk yuk."

"Trus? Kenapa?" Sela buka bicara dengan tatapan mata yang masih kosong.

"Kenapa apanya?"

"Kenapa lo peduli?" Sela akhirnya menatap Kiki pandangan datar.

Kiki tersenyum samar.

"Karena hidup bukan hanya tentang diri sendiri, Sel."

Untuk beberapa saat Sela tergelak. "Udah gerimis, yuk."

•••

Ray menepikan mobilnya. Ia mencoba mencerna apa yang dijelaskan oleh Fatih.

"Lo siapa gue sih?"

Fatih mendekatkan wajahnya tepat di depan Ray, "Kan gue kan pacar lo." Ia lanjutkan dengan kekehan receh.

Ray mendaratkan telapak tangannya di wajah Ray dan mendorongnya jauh-jauh. "Gila."

"Gue emang udah gila kali bang."

Kring

"Sisi?"

Fatih membuka satu pesan masuk. Dan benar, lebih dari satu paragraf muncul di layar ponselnya. "Iye ini si ekor, ternyata ada yang lebih gila dari gue, bangga sekali sih rasanya! Hahaa..."

Tak ada respon. Hening.

Fatih mengalihkan pandangannya dari ponsel ke arah Ray. Dan ia mengikuti kemana mata Ray tertuju.

"Itu bukannya cewe yang lo tabrak kemaren, Ray?"

Ray bergegas keluar mobil. Fatih hanya mengekor, padahal hujan masih mengguyur.

"Boleh ikut neduh ngga?"

Inung memperhatikan dua orang yang lebih tinggi darinya ini. Tidak asing. Ia seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi dimana?

"Oh, boleh mas."

Inung sedikit merasa takut, pasalnya di cuaca seperti ini ia berdiri dengan dua cowo yang tak ia kenal.

"Lo, bukannya cewe yang ketabrak mobil waktu itu ya?" Fatih angkat bicara ketika suasana mulai canggung.

Inung berusaha mengingatnya. "Oh, yang waktu masnya ini nabr..."

"Plester." Ray tiba-tiba menyahut.

Fatih spontan menoleh Ray yang hanya menyilangkan tangan sembari melihat hujan.

"Nah iya!" Inung berteriak dengan semangat.

Kedua cowo ini terkejut seketika menatap Inung dengan heran.

RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang