"Yang baik tuh kalo pergi dari rumah orang, minimal pamit gitu kek."
Ray hanya fokus menyetir. Tak menggubris apapun yang dikatakan Fatih.
"Ray, gue jadi nyesel banget kita pergi lebih awal."
"Lo tadi dari mana sih?"
"Sela baik-baik aja kan?"
"Lo tau ngga? Ternyata adeknya Inung tuh punya trauma sama orang asing. Ada alasan kenapa dia takut dan ngga mau deket sama kita." Terang Fatih.
"Diem ngga lo!"
Mata Ray seperti akan keluar dari tempatnya.
Fatih langsung terdiam. Ia menyerah.
Hanya butuh waktu sekitar setengah jam untuk sampai di tempat Kiki. Sepanjang perjalanan disuguhkan pepohonan rimbun dan sesekali persawahan yang membentang luas.
"Eh, itu bukannya si cupu ya?" Fatih menegakkan tubuhnya.
Ray mengikuti pandangan Fatih.
"Keknya gue ngga salah liat deh, bener kan?" Fatih menunjuk ke kiri jalan tak jauh didepannya.
"Coba berhen.."
Sebelum Fatih memberi aba-aba, Ray sudah menginjak rem dengan kuat.
"Tau aja sih ayang" Fatih tersenyum sembari membuka kaca mobil.
"Izam?"
Izam yang masih fokus menunggu panggilanmya terjawab, seketika menoleh saat Fatih memanggil namanya.
"Kak Fatih?"
Fatih segera membuka pintu mobil, sedangkan Ray masih ditempatnya, "Eh bener, si izam cupu rupanya."
"Ngapain lo disini?"
Izam menyimpan ponselnya di saku. "Gue lagi nyariin Sela kak, dia dimana sekarang?"
Fatih menoleh ke arah Ray sebentar. "Eh, itu..."
"Eh itu Kak Ray, kan?" Izam langsung menghampiri Ray di kaca samping kemudi.
"Kak Ray, Sela dimana? Gue khawatir kak!"
"Papa nyuruh lo kan?" Tanya Ray tanpa basa-basi.
Izam kaget dengan apa yang diucapkan Ray, "Maksud Kaka apa? Gue nyariin Sela karena inisiatif gue sendiri, kak."
"Mending lo balik, kalo lo kesini karena papa!" Sahut Ray ketus.
Izam mulai gila. "Kak!"
"Ray, dia cuman pengen tau keadaan Sela, lo setega itu sama anak cupu ini?" Fatih ikut bicara.
"Lo tau kan kak, berapa lama gue kenal dia."
Ray masih terdiam.
"Lo juga tau, gue pernah nyembunyiin dia saat kak Ray bertengkar hebat sama Pak Fandi."
Ray menghela napasnya. Mencoba mengingat kembali kejadian beberapa tahun silam.
"Kak Ray pasti ngerti apa yang gue maksud. Gue peduli sama dia, sedangkan kalian selalu abaikan apapun yang Sel..."
"Ray..."
"Cukup!" Bentak Ray.
Fatih menutup kedua telinganya, "Ah Ray, bisa ngga sih kalo mau teriak bilang-bilang dulu?"
Lirikan tajam Ray keluar. Fatih langsung bungkam.
"Gue mau, lo jujur sama gue dulu." Ray memejamkan matanya dalam.
"Apa kak?"
Ia membuka matanya kembali. "Papa nyuruh lo atau ngga?"
Izam terjebak. Ia harus mengatakan yang sebenarnya atau tidak. Ia cukup bingung, sedangkan keduanya sama-sama mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Ficção GeralRA | IN Dikala hujan datang, dua hal yang akan mengobati beberapa pelik yang menghampiri kehidupan mereka. Menyerukan perbedaan, dan membasuh luka di ingatan. Happy Reading !