Seorang penjaga membuka pintu gerbang yang menjulang. Sebuah mobil melesat masuk ke garasi rumah yang cukup megah.
Dari dalam mobil, keluarlah seorang pria berdasi yang memasang raut masam.
"Pak, tuan Brisam belum pulang, saya sudah coba telfon, tapi ndak diangkat juga." Ucap seorang pembantu yang berdiri di teras, menyambut pemilik rumah.
Pria itu memberikan tas yang ia bawa kepada pembantunya. "Jam berapa dia pergi?" Seru pria itu, dia terlihat sangat marah.
"Sejak bapak pergi ke kantor tadi pagi, tuan langsung pergi dari rumah, sampai sekarang belum pulang. Non Sela juga tidak ada." Jawab pembantu itu.
Pria itu segera masuk ke rumah tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.
•••
"Nanda, gue boleh ya nginep di rumah lo?" Pinta lawan bicaranya yang kini sedang membujuknya.
Dia terus merengek, dan memegang tangan temannya.
"Pulang Sela!" Bentak laki-laki yang sedang menunggunya di depan sebuah rumah milik teman adiknya.
"Engga! Sela mau disini! Sela engga mau pulang sama abang!" Sahut gadis yang bernama Sela itu.
"Kamu pulang aja Sel, lagian kamu besok sekolah, papa kamu juga pasti khawatir." Bisik Nanda, temannya.
"Woy! Buruan pulang napa Sel ! Bang Fatih laper nih, dasar engga peka lo!" Seseorang yang sedari tadi bersandar di kap mobil mulai tak tenang.
Nanda berbisik lagi. "Udah sana La, abang kamu udah nyeremin banget, untung ganteng ehe."
"Engga Nda, gue engga mau. Gue engga betah di rumah yang mencekam itu!" Sela balas membisik.
Raynand menarik lengan adiknya, lalu membawanya masuk ke dalam mobil. Dihempaskannya di belakang kemudi, dan menutup mobil dengan keras.
"Bang, sakit tauk! Jangan kasar gini napa sih" Gerutu Sela yang pasrah melihat tingkah kakaknya.
"Kalo engga gini, lo engga bakal mau pulang" Ucap Fatih, sahabat Raynand, sembari menutup pintu mobil depan. "Yuk Ray, jalan!"
Sela tak henti-hentinya menggerutu sambil menyilangkan tangan di dadanya.
Ya, Sela Anastasya. Adik dari Abrisam Raynand. Putra dari Fandi Bramanto. Pemilik perusahaan ternama yang ada di Jogja.
"Abang jahat, engga ada bedanya sama papa!" Sela berteriak sekencang mungkin, di dalam mobil yang cukup dingin itu. Bukan karena AC, tetapi sikap sang pengemudi yang lebih dari acuh.
Di sepanjang perjalanan, Sela tak henti-hentinya berdecak sebal. Dia sangat benci mengikuti segala aturan keluarga yang sangat mengekang.
Wajar bila saat ini...
Ku iri pada kalian...
Yang hidup bahagia berkat suasana, indah dalam rumah....Suara lagu Last Child - Diari Depresi mengalun, menghanyutkan suasana di dalam mobil ditambah malam yang semakin larut. Butuh sekitar dua jam untuk sampai rumah. Raynand melajukan mobilnya sedang, sedangkan Fatih tertidur pulas. Padahal sebelumnya ia cukup kelaparan karena energinya habis untuk membantu membujuk adik sahabatnya itu.
Fatih Alvahri, sahabat Raynand semenjak dia mengikuti eskul basket di sekolah menengah pertamanya. Entah kenapa Ray mau di dekati oleh Fatih. Mungkin karena receh, konyol, dan agak lemot.
Awalnya Fatih penasaran dengan kepribadian Raynand, yang hidupnya dipenuhi dengan bangun datar. Ya, datar. Cuek, dingin, dan ketus. Tapi Fatih malah ingin sekali berteman dengan orang semacam dia. Padahal seluruh penjuru dunia enggan mendekatinya. Karena sikap dingin yang ia miliki. Menurutnya, Ray itu unik karena jarang bicara. Jadi tanpa kesepakatan apapun, tanpa sadar mereka sudah menjadi teman dekat. Bahkan duduk di bangku kuliahan, mereka seringkali masih terlihat bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
General FictionRA | IN Dikala hujan datang, dua hal yang akan mengobati beberapa pelik yang menghampiri kehidupan mereka. Menyerukan perbedaan, dan membasuh luka di ingatan. Happy Reading !