Brukkk
"Aww..." Seorang gadis tersungkur dari sepeda kayuh yang terlihat berkarat di beberapa bagian.
Seseorang yang menjadi penyebabnya, turun dari kendaraan beroda empat.
"Mba engga apa-apa kan? Ayo aku bantu" Nampak uluran tangan meraih gadis itu dan kemudian membenarkan sepeda yang tergeletak disampingnya.
Lututnya berdarah dan gadis itu mencoba menghilangkan sisa-sisa tanah yang menempel di beberapa bagian tubuhnya, "Duh.. Makasih banyak ya Lin"
Bukan. Salah besar. Pemilik mobil itu sama sekali tak membantunya. Ia hanya berdiri disamping pintu mobil. Tak beranjak sedikitpun, melihat yang ia tabrak terluka.
"Maaf mas, mbok ya lain kali hati-hati... bukannya bantu, malah masih disitu!" Perempuan yang dipanggil "Lin" tadi tampak kesal.
"Fatih, ambil kunci mobil gue. Jemput Sela. Gue ada urusan" Pemilik mobil itu melemparkan kunci kepada seseorang yang ada disamping kemudi lalu berjalan ke arah korban itu berada.
"Sakit?" Tanya lelaki itu. Tanpa ekspresi.
"Ya jelas sakit to mas! Orang lutut sama tangannya berdarah begini kok, masnya gimana to?" Lin semakin geram. Ia tak habis pikir, bukannya tanggung jawab, malah berlagak seolah tak terjadi apapun. Padahal, jika dilihat kendaraan itu tak nampak kerusakan atau lecet sedikitpun.
"Ehm, ndak sakit kok, cuman perih sedikit saja. Lagian yang salah saya, bukan masnya ini, tadi saya bawa sepedanya agak engga konsen, maaf ya mas tad..." Ucapan gadis itu terpotong.
"Tapi tetap saja, masnya harus minta maaf sama kamu mba, dia juga salah. Orang aku lihat tadi masnya ngebut juga!" Sahut Lin.
"Ya sudah mba, Lin takut telat masuk sekolah, mba Nung hati-hati ya," Tambah Lin dan segera berlalu.
Gadis itu tersenyum dan mengangguk. "Makasih Lin, kamu hati-hati juga"
"Siap mba Nung"
Gadis itu bernama Inung. Inung Wulandari, lengkapnya. Dia mempunyai postur yang tak begitu tinggi. Kulit sawo matang. Memiliki rambut sebahu, dan terbiarkan terurai. Kerap memakai sweeter dan celana kaos selutut.
Lelaki yang berada di hadapannya itu mengambil sesuatu dari kantung jaket hoodie nya, "Ambil" Diberikannya sebuah plester bermotif kepada gadis itu.
Wajah gadis itu berkerut.
"Eh ndak usah mas, ini cuman lecet kok, nanti juga cepet kering" Ucap gadis itu sembari meraih sepeda dan menaikkan tumpuannya.
"Raynand" Satu kata lagi keluar dari mulut lelaki itu.
Wajah gadis itu nampak berkerut lagi ditambah mulut yang sedikit menganga.
"Gue Raynand, lo?" Ucap lelaki yang cukup tinggi itu dan menaruh plester di keranjang sepedanya karena tak segera diambil oleh Inung. Dan ia kembali memasukkan tangan kanan ke tempat persembunyiannya, kantung jaket.
"Ooh, saya Inung mas, emm.. maaf ya mas, tadi saya buru-buru, kejadiannya malah kayak gini. Ini salah saya mas. Kalau begitu, saya permisi dulu, mari" Jawab gadis itu mulai berjalan menuntun sepedanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
General FictionRA | IN Dikala hujan datang, dua hal yang akan mengobati beberapa pelik yang menghampiri kehidupan mereka. Menyerukan perbedaan, dan membasuh luka di ingatan. Happy Reading !