s a t u

443 103 532
                                    

"Bangun, Pemalas!"

Benda empuk berisi bulu unggas ditarik paksa dari kepala gadis berambut cokelat, membuat sang pemilik benda mengamuk seketika.

"Kalau kau bukan kakakku, kujamin kau sudah merasakan bogemanku!"

Gadis berambut pirang di depannya hanya memutar bola mata malas. "Oh, ya? Kalau begitu lakukan. Setelahnya akan kugigit hidung pesekmu."

"Aku tidak pesek! Apa kau tak melihat seberapa tinggi tulang hidungku ini?"

"Hm. Setinggi tingkat kebodohanmu."

"Sialan!"

"Kita tidak punya banyak waktu, Eliza! Pernikahan Raja Ralphie akan berlangsung satu jam lagi. Cepat mandi dan pakai gaunmu! Atau Ayah akan membunuhku."

"Kau memperlakukanku seolah akulah mempelai wanitanya," omel Eliza yang enggan beranjak dari tempat tidurnya.

"Cepatlah!"

Eliza berdecak kesal. "Aku tidak mau pergi, Bella. Orang-orang akan mempermasalahkan warna rambutku."

Arabella menatap adiknya lekat lalu melengos. Sudah sembilan belas tahun Eliza hidup, dan adiknya itu tak pernah luput dari hinaan. Di Shotenive Kingdom, warna rambut cokelat dilambangkan sebagai kekuatan atau kesialan. Itu semua tergantung gender. Jika laki-laki maka itu melambangkan kekuatan, dan jika perempuan maka melambangkan kesialan.

Kenapa melambangkan kesialan? Puluhan tahun lalu, Shotenive Kingdom pernah dipimpin ratu berambut cokelat selama beberapa kali. Ratu berambut cokelat selalu jatuh sakit dan akhirnya wafat. Hal itu berdampak pada keadaan ekonomi kerajaan yang merosot turun.

Sekarang, semua wanita di kerajaan ini memiliki rambut pirang yang melambangkan kecantikan. Hanya Eliza satu-satunya perempuan berambut cokelat. Tentu saja itu membuatnya terlihat sangat mencolok dan dianggap ... tidak cantik. Sangat-tidak-cantik.

"Kuncir rambutmu dan pakailah jubah bertopi. Ayah ingin kita hadir di sana. Kau tahu, kan Ayah itu panglima kerajaan kesayangan? Jika namanya tercoreng bisa-bisa dia menggantung kita di pohon tomat," ujar Arabella cepat dan menarik paksa selimut adiknya.

Eliza menahan diri agar tidak mengeluarkan kata mutiara, emas, berlian, dan intannya di depan sang kakak. Ia beranjak pergi dengan tenang, padahal dalam hati tengah mengeluarkan makian.

 Ia beranjak pergi dengan tenang, padahal dalam hati tengah mengeluarkan makian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pusat kerajaan sangat ramai. Derap kaki kuda terdengar di mana-mana. Suara itu berasal dari kereta kuda yang berlalu lalang membawa para bangsawan terhormat di dalamnya. Rakyat jelata juga tak mau kalah, mereka mengenakan gaun dan setelan terbaik yang mereka punya, lalu berjalan menuju satu arah, yaitu istana.

Eliza dan Arabella berjalan beriringan di tengah keramaian. Arabella memakai gaun berwarna gradasi putih dan biru cerah. Rambut pirang panjangnya dikepang ala headband. Sedangkan Eliza memakai gaun navy yang berpadu dengan putih. Rambut cokelatnya ditutupi dengan topi jubah.

Beauty is ....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang