Seketika suasana menjadi hening. Semua orang memasang wajah tegang, kecuali Eliza. Gadis Euphemia itu melengos malas, lalu beralih menatap Ratu Ophelia tanpa rasa takut.
Dasar cerewet. Menyebalkan! batinnya.
Ratu Ophelia berbalik dan menghilang dari pandangan mereka. Semua sudah menebak kalau sang Ratu akan turun. Eliza melirik kakaknya yang tertegun. Tangan gadis di depannya itu gemetaran.
"Jangan sampai mengompol," ejek Eliza.
Sontak Arabella menatapnya dengan sorot penuh amarah. "Ini bukan waktunya bercanda! Kau tidak lihat Ratu akan turun? Bisa saja dia menghukum kita. Sudah kubilang jangan ke istana!"
Eliza menaikkan sebelah alisnya. "Oh, ya? Terus kenapa kau ikut ke sini? Sepertinya kau akan kena masalah juga, tuh."
Arabella yang hendak menyahut langsung mengurungkan niatnya kala semua orang menunduk hormat. Keduanya kembali menatap lurus ke depan. Rupanya Ratu Ophelia diiringi beberapa pelayan wanita sudah berada di depan mereka. Eliza dan Arabella buru-buru menunduk hormat.
"Hormat kami, Yang Mulia Ratu Ophelia," ucap semua orang bersamaan. Setelahnya, mereka kembali menegakkan badan.
Ratu Ophelia menatap tajam ke arah Eliza.
"Tundukkan kepalamu, bodoh!" desis Arabella saat menyadari adiknya malah menatap balik sang Ratu.
Eliza tidak langsung menurut. Ia langsung menunduk saat Arabella diam-diam mencubit pinggangnya sambil berbisik, "Kubilang tunduk!"
"Peraturan sudah dibuat dan kau malah melanggarnya?" Tanpa basa-basi, Ratu Ophelia langsung menyerang Eliza.
"Maafkan saya, Yang Mulia. Ini kesalahan saya." Levi langsung maju beberapa langkah dan berdiri di samping Eliza. "Saya—"
"Siapa yang mengizinkanmu berbicara?"
Kata-kata Ratu membuat Levi bungkam seketika. Suasana menjadi semakin tegang. Di ujung sana, Sein sudah mengusap wajahnya frustrasi. Sedangkan Zavier semakin khawatir, dia tak ingin pencarian Raja dan Ratu Jesse tertunda karena masalah ini.
"Seseorang yang membawa kesialan tak pernah diizinkan untuk menginjak wilayah istana. Siapa kau berani-beraninya melanggar aturan? Hanya karena kau anak panglima, bukan berarti kau bisa bertindak seenaknya!"
Eliza menghela napas kasar dan mengangkat kepalanya. Tindakannya barusan membuat orang-orang di sekitarnya menganga tak percaya.
"Saya datang dengan niat baik. Saya hanya ingin membantu pencarian ini karena Ibu saya juga menghilang. Apa salahnya dengan itu?" sahut Eliza.
Ratu Ophelia berdecih. "Tak heran kau begitu kurang ajar. Gadis pembawa sial sepertimu pasti tidak mengikuti kelas tata krama."
"Yang Mulia sudah pasti mengikuti kelas tata krama khusus, tapi kenapa perkataan Anda tidak ada tata kramanya sama sekali? Saya tidak ada niat buruk. Saya hanya ingin mencari Ibu saya. Kenapa harus berdebat?"
"Eliza!" geram Ayah.
"Atas perbuatanmu ini, kau pantas untuk diasingkan!" bentak Ratu Ophelia.
"Oh astaga." Eliza melengos malas. "Apa salahnya aku mencoba menjadi anak berbakti? Suami Anda hilang, tapi kenapa Anda malah sibuk dengan gadis sepertiku? Anda punya banyak waktu, ya. Sepertinya Anda tidak khawatir."
Perkataan Eliza membuat Ratu Ophelia naik pitam. Ia mengangkat tangannya di udara dan melayangkannya ke arah Eliza. Semuanya langsung terperangah. Namun, Ratu Ophelia malah menampar udara. Eliza menunduk saat tangan Ratu mendekati pipinya. Pada akhirnya, Ratu Ophelia hanya bisa menahan malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty is ....
FantasyKecantikan melambangkan keindahan dan kemenarikan yang tak terbantahkan. Dia membawa harapan dan keberuntungan bagi yang mendapatkannya. Namun itu tidak berlaku untuk Shotenive Kingdom. Kesalahan akan kecantikan membuat kerajaan ini berada diambang...