l i m a

195 66 207
                                    

Dua hari yang lalu

"Beristirahatlah, Jes. Nanti malam kau akan makan malam bersama keluarga kerajaan yang lain," titah Raja seraya tersenyum.

Wanita bergaun hijau-cokelat itu turut tersenyum. "Baik, Yang Mulia. Terima kasih telah mengajakku berkeliling istana."

"Bagaimana? Kau senang?"

Ratu Jesse tertawa. "Tentu saja aku senang. Semua orang di sini sangat ramah padaku. Kupikir aku akan menerima penolakan dari banyak orang."

Raja mengelus kepala istri keduanya itu. "Tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Jika kau merasa tidak nyaman tentang sesuatu, katakan saja padaku."

Ratu Jesse mengangguk. "Tentu."

"Pastikan Ratu Jesse berisitirahat dengan nyaman di kamarnya sebelum jamuan makan malam nanti," kata Raja pada dua dayang yang berdiri di belakang mereka.

"Baik, Yang Mulia," jawab kedua dayang itu bersamaan.

"Aku pergi." Raja tersenyum untuk kesekian kalinya pada Ratu Jesse, lalu berbalik pergi.

Dua dayang tadi mendorong pintu setinggi dua meter yang ada di depan Ratu Jesse. Seketika pemandangan kamar mewah yang begitu indah menyambut kedatangannya. Sebenarnya, Ratu Jesse belum terbiasa dengan segala kemewahan ini.

"Silakan masuk, Yang Mulia," kata gadis berambut pirang sambil tersenyum ramah.

Ratu Jesse mengangguk dan menampilkan senyum manisnya sambil menatap gadis itu lekat. Dayang tersebut tampak dua tahun lebih muda darinya. Entah sejak kapan gadis itu bekerja sebagai dayang di istana ini.

"Apa Yang Mulia ingin kami pijat?"

Ratu Jesse menggeleng. "Tidak. Kalian boleh pergi. Aku lebih suka sendirian saat beristirahat. Terima kasih atas tawarannya."

"Baik, Yang Mulia. Kami permisi."

Setelah dua dayang itu pergi dan menutup pintu, Ratu Jesse berbalik. Dia mengamati setiap sudut kamar dengan cermat. Ia kembali mengingat saat Raja membawanya berkeliling. Hampir semua benda yang ada di istana dilapisi emas. Selain itu, istana ini memiliki ratusan ruangan dan banyak lorong. Bahkan dia harus bertanya kepada pelayan untuk mengetahui arah ruangan yang ingin dituju.

Ratu Jesse kembali mengamati kamar. Dia ragu-ragu melangkah di atas karpet merah yang menghampar di ruangan itu.

Sayang sekali karpet sebagus ini harus kuinjak dengan high heels, batinnya.

Wanita berambut pirang keperakan itu menengadah. Iris cokelatnya menatap lampu gantung kristal yang cukup besar.

"Aku hanya gadis dari kalangan rakyat biasa. Aku tidak terbiasa dengan segala kemewahan ini."

Ratu Jesse kembali mengedarkan pandangannya. Kamar tidur ini didominasi warna putih di bagian dinding, dekorasi emas pada sofa, dan ornamen-ornamen lain yang membuat kamar ini begitu "wah" untuknya.

Atensinya tertuju pada benda yang ditutup kain putih di atas meja rias. Karena penasaran, Ratu Jesse langsung melangkah dan hendak membuka kain tersebut. Namun, niatnya ia urungkan saat melihat sepucuk surat yang tergeletak di meja rias.

"Ini adalah hadiah dariku. Bukalah saat kau hendak merias diri untuk jamuan makan malam nanti. Ophelia." Netra Ratu Jesse seketika membulat. "Ini dari Yang Mulia Ratu? Woah! Dia baik sekali," pekiknya girang.

"Kapan matahari terbenam? Aku tidak sabar untuk membuka hadiah pemberiannya."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Beauty is ....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang