4. Reveal

7.5K 1.3K 312
                                    

Berdua dalam keheningan, disuguhi aroma pengharum mobil yang tak terlalu kuat juga suara mesin kendaraan. Melewati beberapa rumah di pinggiran kota, menambah laju kala aspal sedikit menanjak menaiki bukit.

"Dua hari ini aku sibuk mengurus murid baru ku, setidaknya sambutlah aku dengan cinta muuu~." Ucap Gojo tetap fokus pada kemudi, namun nada nya tetap menyebalkan.

Sang gadis menyangga wajah pada sisi dalam pintu mobil. Mengamati aspal yang sedikit basah sebab diguyur hujan semalam, membuat retina nya bergulir ke kanan kiri. Tak lantas terhanyut terbawa arus perasaan, ia campakkan kata goda sang pria.

"Cih. Dramatis." Decak nya ringan.

Mencerna kata Gojo ulang, otak nya seakan kaset yang di rewind. "Tunggu. Murid? Kau seorang guru?!" kejut nya menatap sang pria.

Profesi pria idaman bagi seorang [Name] yang notabene siswi berprestasi di sekolah, mencintai lelaki matang dengan label pengajar menjadi sebuah passion nya. Dewasa, cerdas, tampan, mapan dan pengertian.

Tak lupa dengan setia. Menjadi 6 syarat mutlak yang tertanam pada list kriteria suami impian. Baru menginjak kelas dua, kepala nya sudah terbang menyawang masa depan soal tipe pendamping hidup hari demi hari.

Sang pria memijak rem perlahan dan berhenti di sisi jalan besar nan sepi. Nyata sebuah landscape kota dari sudut ini, membiarkan pandangan di sejukkan oleh guratan semesta.

"Kenapa? Aku pria idaman ya? Hm hm?"

Gojo menembak hampa dengan jari, alis yang berjejer dibuat naik turun. Menyimpul wajah konyol andalan untuk sang gadis.

Harapan sang gadis seakan dibuat retak lalu pecah. 'Pria konyol tak masuk dalam daftar', menambah pedoman kriteria suami idaman [Name] menjadi 7 baris.

[Name] dibuat menatap kesal, kelopak mata malas terlihat turun, satu sisi bibir atas ia naikkan.

"Sulit dipercaya orang sepertimu itu seorang guru. Kau mencoreng nama profesi mulia, apa murid mu tak malu melihat kekonyolan mu?" Cetus nya pedas lagi terkekeh sarkas.

Gojo mengusap tengkuk nya, tersenyum sipu malu-malu, "Yaa, murid-murid ku memang sering memanggilku bodoh sih.."

"Itu bukan pujian, untuk apa wajah malu-malu mu itu?" Ucap [Name] ogah dan menatap datar.

"Ne Gojo-san."

Sang gadis sudah pasti disambut keheningan, berbalas dikacangi ia sudah paham. Sekejap lintasan jahil melewati pemikiran, jika ingin anti mainstream sekalian saja. Pula agak menjijikan untuk memanggil sang pria dengan imbuhan -chan.

"Sensei."

Seruan sang gadis berjaya menolehkan kepala si surai putih. Bibir nya agak terbuka, menatap ganjil panggilan yang baru saja masuk telinga.

"Ku panggil sensei saja ya?" Lanjutnya.

Sang pria mengerjap beberapa kali, sejenak me-loading data dan tersenyum hambar. Ia menggaruk pipi dengan telunjuk. "Iy-yaaa benar sih aku seorang guru.. tapi.."

"Terserah terima atau tidak. Lebih baik kan daripada ku panggil om-om?" Sela sang gadis.

Gojo menghela nafas panjang, menengadahkan kedua tangan di samping bahu. "Yahh kau ternyata keras kepala juga ya. Sepertinya aku salah menjatuhkan hati."

"Apa maksud mu?"

"Wuaaa lihat, ada badak terbang ..." Tunjuk Gojo riang pada kaca mobil di belakang [Name] mengalihkan topik.

Peluh heran menyambah kening sang gadis, "kau pikir aku itu anak kec–"

BUAK!! Crat!!

Jujutsanpo [Gojo X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang