1. Hitomebore

15.4K 1.8K 430
                                    

Dua kaki gadis yang langsing nan sedikit sekal melangkah bergantian. Berkawan dengan tas selempang hitam pekat yang bertaut di bahu kiri, agak terguncang kala langkah nya menambah kecepatan.

Menelusuri barisan ruko dan kedai Sendai, retina nya fokus pada jam tangan lalu trotoar ramai di hadapan nya. Mencari celah dari banyak nya manusia yang menghalangi langkah tergesa nya menuju sekolah.

Rok hitam setengah paha yang tersangkut pagar pembatas jalan membuat kaki nya terhenti. Ketakutan untuk terlambat masuk sekolah menjadi sebab kepanikan nya. Untuk melepas tautan pagar dari rok itu serasa butuh usaha extra.

"Ya Tuhan.. kenapa harus disaat-saat seperti ini?" Racaunya. Usaha menarik akan membuat rok nya koyak, benang jahitan terpintal rumit pada ujung atas pagar. Sungguh sulit untuk di lepas. Jika jari nya cukup besar untuk memutus beberapa benang mungkin sedikit memudahkan.

Agak kalap dan gelagapan, manik (e/c) nya menangkap asal orang lain yang mungkin bisa dipintai bantuan. Pria tinggi dengan penutup mata seakan membuat penglihatan nya terfokus.

"Mungkin pria itu bisa membantu ku." Ia bergumam kecil. "Ah tidak, aku bisa sendiri. Meminta bantuan orang lain soal begini? Memalukan. Terlebih laki-laki, aku bisa saja justru dilecehkan nanti."

Tangan nya masih setia bergulat dengan benang, hingga serasa ada kibasan hitam seketika melewati sebelah pipi kanan nya. Hembusan nya pun terasa di kulit.

Tanpa memperhatikan tautan rok yang ternyata sudah terlepas. Agak membuat nya terkejut, namun langkah nya segera berlari kembali.

"Oi nona tunggu!" Tertangkap indera pendengaran nya, suara pria yang kemungkinan tak tua-tak muda. Jika dikata paruh baya pun sedikit tak sopan.

Entah berkata pada siapa, langkah nya terus berlari tak peduli. Jika terlambat, hukuman membersihkan koridor bisa jadi sarapan nya hari ini.

Bruk!

Kedua kali langkah nya terhenti, namun kali ini tak disengaja. Dahi disentuh lembut sendiri, tak ada benjolan-tanda benturan tadi tak begitu keras. Sakit nya yang tak seberapa hanya sekejap.

Kepala terdongak, menangkap keberadaan seseorang tengah berdiri di hadapan nya. Di perhatikan dari dada ke atas hingga kepala. Baju keunguan macam jaket kulit, dengan penutup mata dan rambut yang jabrik. Ini pria tadi yang sempat ia lihat.

Mimik datar andalan dengan dahi mengernyit, sebagai balasan pria yang berdiri tanpa ada niat untuk menyingkir. Gangguan apa lagi, pikirnya geram.

"Setidaknya kau harus berterima kasih dulu lhoo..." tutur si pria asing berpenutup mata dengan sedikit diayun.

"Maaf, tapi sepertinya anda salah orang. Saya permisi." balas sang gadis irit, lalu bergegas pergi dari tempat nya.

Dirasa pundak nya tertimpa sesuatu, reflek tubuh nya menoleh dan mundur. Pria itu merangkul nya sembarang, lalu merespon dengan kepala yang dimiringkan-tanda heran. Harusnya yang dibuat bingung adalah pihak sang gadis disini.

"Aaa.. tidak sopan.. padahal aku sudah membantu mu." Pernyataan pria itu membuat sang gadis kembali mengernyit.

Diganggu orang asing yang nampak hanya ingin menggoda seorang gadis belia, membuat urat kepalanya muncul. "Bisa jangan mengganggu saya? Masih banyak gadis cantik yang bisa digoda. Lagi pula anda lebih cocok dengan wanita yang lebih tua dari saya. Permisi." tukas sang gadis sedikit geram.

Kembali berjalan dengan tergesa, sang pria setia menguntit di samping nya terlihat santai. Langkah nya berbeda, sebab kaki panjang si pria mampu mengimbangi kaki mungil nya.

"Kau mau ke sekolah kan? Sudah hampir telat ya?" Tanya sang pria seraya menyimpan kedua tangan nya disaku celana. Tak digubris, si gadis tetap fokus pada jalan di depan nya.

Jujutsanpo [Gojo X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang