5. Marga

6.9K 1.2K 213
                                    

You will always be inside my heart~

Itsumo anata dake no basho ga aru kara~

I hope that I have a place in your heart too~

Now and forever you are still the one~

Ima wa mada kanashii love song~

Atarashii uta utaeru made~ 🎶

.

Entah sudah seberapa jauh aku dibawa dengan mobil aroma apel ini, perut ku sedikit mual. Ditambah om-om aneh yang sibuk mengoceh hal tak penting memberatkan mata ku.

Lagu yang tak aku kenal terus saja ia putar tanpa henti. Belum lagi melihat kekonyolan nya, ekspektasi seorang guru yang kupikir akan jadi suami idaman dibuat jatuh tersungkur. Tidak, mungkin dikubur dalam-dalam sampai ke inti bumi.

"Heh Gojo, bisa kau matikan lagu nya?"

"Mulut mu itu jahat pada orang yang lebih tua ya?"

"Setidaknya kau tidak pura-pura tuli jika dipanggil begitu kan?" Tapi, lagi-lagi dia hanya mengacuhkan kata-kata ku.

Jika diperhatikan memang wajah nya tampan, mata biru nya jika ku tatap lebih dalam wajar akan membuai. Warna nya cerah, membuat candu.

Hanya saja kelakuan yang seperti anak SD itu sedikit mengganggu ku. Ah bukan sedikit, banyak. Apa dia berlaku begitu agar terlihat lebih muda? Tapi bila diamati dia memang tak terlalu tua juga.

Kira-kira berapa umur nya? 35? Bukan, 30? Atau 27? Postur nya bagus, tinggi namun tak terlihat kurus, sepertinya dada nya tadi benar-benar bidang. Tanpa sadar aku jadi menatap nya begitu lama.

"Ada apa sayang?"

Ah, memasang wajah konyol itu lagi. Tapi lama-lama lucu juga, terlihat selalu tersenyum dengan bibir nya yang agak tipis. Sudut bibir nya itu selalu naik, manis juga. Apa karna aku mulai terbiasa?

"Kau mengajar dimana?"

"Uwah wahhh kau mulai penasaran dengan ku ya.. etto.. Jujutsu, Tokyo! Kau tahu?"

Perkataan nya sedikit mengejutkan ku. Perjalanan Tokyo dan Sendai itu bukan nya dekat, apa dia melakukan teleportasi seperti waktu itu untuk pulang pergi. Semakin bertanya aku justru dibuat makin penasaran padanya.

"Kau itu aneh, wajar jika aku penasaran kan? Mata pelajaran apa? Fisika? Kimia? Tunggu, biar ku tebak. Olahraga?"

Ku naikkan kedua kaki ku dan bersila, kutopang dagu menatap padanya. Entah lah, seperti nya pembahasan ini mulai membuat ku tertarik.

"Tetot!! Semua salah. Eh? Kau betul-betul tak tahu sekolah Jujutsu?"

"Kau pikir?"

"Itu lho, sekolah khusus untuk para penyihir Jujutsu."

"Penyihir?"

Jika diingat lagi, aku tak habis pikir. Kesan pertama yang benar-benar aneh saat bertemu dengan nya. Tapi juga unik, kala kejadian saat mengantarku ke sekolah serasa diluar nalar.

Gojo, pria berpenutup mata dengan nada bicara yang tak pernah serius. Pernah sih, walau sekali. Dia tampan namun pembawaan nya seperti pelawak amatir. Untuk apa tiba-tiba muncul dalam hidupku.

Tapi untuk sekarang, apa semua kata-katanya bisa ku percaya?

"Kau waktu itu menyamar ya?" Tanyaku ingin tahu.

"Maksudmu?"

"Penutup mata yang kau pakai tadi dan waktu itu, untuk menyamar bukan? Atau..." tahan ku meminta Gojo mengucap balasan.

"Aaa tidak kok, hanya silau saja." Ucap nya riang.

Silau katanya. Apa penglihatan nya sensitif? Apa karena dia albino? Kulit nya pun pasti akan sedikit ringkih jika dibandingkan orang normal. Sebaiknya tak perlu ku tanya lebih jauh lagi jika ini menyangkut fisik.

"Masa depan ku dengan mu itu terang sekali aku jadi silau! ahahahah."

Itu dia! Ekspresi ingin ku tinju dia tunjukkan lagi. Tertawa hingga kepalanya mendongak. Sudah ku anggap dengan serius, namun kalimat selanjutnya yang ia keluarkan selalu menjengkelkan.

Menyesal, omongan kocak nya tak bisa ku tebak. Entah akan serius atau tidak, dia masih orang aneh dan misterius untuk ku.

"[Name], apa ibu mu pernah menyinggung soal marga asli ayah mu?"

"Apa maksudmu?"

***

Kembali pada rumah sederhana bercat putih dengan pagar rendah. Beragam tanaman bunga menghiasi halaman depan nya, terawat dengan apik sebab sang empu nya rumah adalah wanita.

Mobil berhenti, telah di nanti seorang wanita di teras yang melipat tangan di depan dada. Wajah nya sudah kesal tertahan pada sang pria yang berjaya menculik putri nya dan hanya meninggalkan notes di atas meja.

"[Name] masuk!!" Kasar sang wanita pada anak nya, setia dengan wajah intimidasi yang ia tujukan pada Gojo.

Kini hanya tinggal mereka berdua di teras, nyonya [Surname] yang naik pitam dan pria surai putih yang menyimpulkan senyum.

"Ku peringatkan pada mu, jangan pernah libatkan putri ku dalam hal terkutuk kalian itu! Cukup suamiku yang mati, sebaiknya kau jangan lagi ganggu keluarga ku!" Ketus sang ibu seraya membuka pintu untuk masuk.

Langkah nya tertahan kala Gojo berucap sambil memasukkan tangan ke saku celana. "Ku dengar ekonomi mu sedang sulit. Jika [Name] menikah dengan ku, beban mu akan berkurang kan?"

"Mulut klan Gojo itu memang selalu tidak sopan ya? Atau hanya kau saja?" Geram sang wanita.

"Ini untuk kebaikan nya juga. Umur nya sudah hampir 17 lho.. Apa kau bisa melindungi nya dari kutukan yang mulai mengincarnya, ibu mertua?" Tutur Gojo dengan senyuman, membuat sang wanita tak bergeming.

Mematung dan memutar kejadian yang telah ia lewati bertahun-tahun lalu dengan sang suami. Penyihir Jujutsu namun tak memiliki energi kutukan yang di takdirkan berdampingan dengan klan Gojo.

Dua kesatuan turun temurun bak mata rantai, klan ayah [Name] semacam penopang bagi klan Gojo. Menunggu berpuluh tahun untuk kelahiran seorang putri yang langka nan mustahil.

Klan Injou, tak pernah melahirkan seorang anak perempuan walau melewati beberapa generasi. Merupakan 1 : 2 juta kemungkinan, kelahiran nya sebuah kunci penyempurna ketidakterbatasan kekuatan klan Gojo.

Kekuatan six eye yang kini Gojo Satoru miliki, mempunyai celah yang hanya bisa di lengkapi dengan perjanjian pernikahan keturunan Klan Injou. Perjanjian darah yang sempat terputus, dapat dikembalikan dengan kelahiran [Name].

Marga Injou yang ditutup rapat-rapat oleh ibu nya, semata demi keselamatan dan menjauhi keterlibatan dunia sihir maupun kutukan dari putri nya. Kini mulai terkuak kala penerus klan Gojo menagih takdir yang sudah tergurat.

"Biarkan dia tinggal dengan ku. Kekuatanku lebih dari sangat cukup untuk menjaganya. Biaya hidup nya juga akan terjamin. Ini janji hidup ku." Lanjut Gojo pada sang wanita.

"Aku pastikan ibu mertua juga aman disini, jadi biarkan aku menikahi nya. Ya ya ya!" Terang Gojo dengan antusias dan berbinar.

"Apa jaminan aku bisa mempercayai mu?" Tanya sang wanita datar.

"Apa wajah ku ini seperti laki-laki tak bertanggung jawab?" Gojo balik bertanya dengan tampang konyol nya.

Sangat. Batin sang wanita sweatdrop.

"Semua keputusan ada di tangan nya. Jika dia tak mau kau tak boleh memaksa. Dan jika dia mau, berjanjilah untuk terus membahagiakan nya." Sang wanita berlalu masuk ke dalam rumah, meninggalkan Gojo yang tersenyum cerah.

"SAYANG BESOK KU JEMPUT YA!!" Teriak Gojo dari luar tertuju pada sang gadis yang menguping pembicaraan mereka sejak tadi.

🤞🤞🤞

Jujutsanpo [Gojo X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang