Lebih dari 30 kali dewi malam menemani petang sang gadis di Maktab barunya. Untuk pertama kalinya kantung mata beredar setengah lingkaran di bawah mata.
Mewanti-wanti Gojo yang semalaman memulai aksi konyol nya di kamar, lagi. Bahkan belati [Name] genggam kuat mencegah majunya sang surai putih. Memaksimalkan jarak berhati-hati.
Hingga terbit fajar jangankan bunga tidur bertamu, kelopak mata konsisten menutup saja ia sudah bersyukur. Takut-takut sang pria konyol masuk kamar tanpa permisi sebab duplikat kunci setia di saku celana nya.
Namun sejak pertengahan malam hingga senja berotasi, Gojo tak memunculkan batang hidung nya barang seujung kuku. [Name] yang terbiasa keluar ruangan hanya dengan Gojo agak nya dibuat jemu.
Ruangan hari ini bahkan untuk pertama kali nya tak terkunci. Ralat, tak berat ataupun serasa macet saat dibuka.
Sebuah kesempatan emas bagi burung betina ini lepas dari sangkar dan bebas. Setidaknya jalan sore mengelilingi Jujutsu jadi tujuan nya. Sebab keluar daerah Jujutsu, Gojo bilang terlalu ngeri untuk si mungil.
Retina mengedar pandang kanan-kiri, hanya ada lantai kayu kosong dari ujung ke ujung. Bahkan halaman melompong dari tanda-tanda kehidupan.
Meniti tapak nya menyisir sudut-sudut bangunan. Beberapa vokal dwi gender tertangkap pendengaran kala sang gadis mendekati lapangan olahraga.
Menelisik dari kejauhan, retina memberi informasi pada otak nya. Ada dua orang wanita dan tiga pria. Bukan, dua wanita dan dua pria, sedang satunya lagi—
"Panda?!" Ceplos [Name] berbinar. Binatang yang sama dengan boneka kesayangan pemberian mendiang ayah nya nampak bergabung dengan sekelompok manusia. Dengan ukuran yang jauh lebih besar dari si boneka, dan juga—
"Siapa disana?!" Ucap sang Panda memasang kuda-kuda bertarung, diikuti rekan-rekan nya.
"Pa-panda nya bisa bicara??!" Tunjuk sang gadis.
Diberi tatapan ancaman oleh sekelompok orang yang berpakaian warna senada dengan seragam nya, pikiran sang gadis bertanya-tanya. Nyatanya mereka adalah murid-murid Jujutsu Tokyo tahun pertama dan kedua yang belum pernah ia temui sebelumnya.
"Okaka?!" Ucap pemuda dengan surai mangkuk yang siap membuka resleting jaket nya.
Pakaian khas Jujutsu yang juga [Name] kenakan, membuat perempuan berkacamata menatap dalam, wajah dipasang tanpa ekspresi namun mata terkesan sinis. "Mata-mata dari Kyoto kah?" Tebak nya.
Pertanyaan nya itu berhasil menyulut satu gadis lain nya. Si surai pendek, yang senantiasa berdiri bak orang menantang, sedang tegap berkacak pinggang.
"Tch, tidak sportif. Oi! Bicaralah sebelum ku hajar habis-habisan!" Titah nya tak memekik, namun terkesan lantang.
"Apa?! Hajar?! Tunggu, aku bisa jelaskan!" Sahut [Name] kalang kabut.
"Kurasa dia bukan mata-mata." Jelas lelaki surai hitam mengendurkan niat bertarung. Ia mendekati [Name] perlahan, jauh atau pun dekat surai nya itu jabrik 11-12 macam si sensei konyol, pikir [Name].
"Kau yang waktu itu bersama sensei kan?" Tanya nya dihadapan sang gadis.
Hanya ada seorang kandidat dalam pikiran sang gadis, "maksudmu Gojo?" [Name] balik bertanya.
"Oi Fushiguro! Jangan malah menggoda nya! Jika dia petarung jarak dekat dan membunuh mu, aku tak mau gotong mayat mu!"
"Ck. Diamlah Kugisaki!"
Sebuah nama yang pernah sang gadis dengar sebelum nya. Pernyataan singkat sang pemuda semakin membuat otak [Name] menimbul tanya. Siapa gerangan para pemuda pemudi dihadapan nya sore ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jujutsanpo [Gojo X Reader]
Fanfiction❝ Jangan gunakan Ryoiki Tenkai hanya untuk menyatakan cinta padaku Sensei! ❞ -[Name] Kalian tahu kenapa Gojo jarang ada di Sekolah? Iya, sesuai judulnya. Jalan-jalan Jujutsu. Anggap saja ini OVA Jujutsu yang sering kalian lihat di akhir anime. Tapi...