6. Jemput

6.3K 1.1K 174
                                    

Meja makan malam ini terasa sunyi, setidaknya selama 10 tahun terakhir walaupun hanya terisi dua orang kaum hawa, racau [Name] selalu memecah keheningan rumah.

Tapi tidak untuk malam ini, kejadian siang tadi membuat keduanya tak ada yang memulai topik bicara. Hanya terdengar suara alat makan yang kini beradu.

"Nanti ibu bantu kemasi barang-barang mu, mulai besok kau tinggal dengan nak Satoru." Tutur sang ibu menginterupsi fokus [Name] yang tengah makan.

"Hah?! I-ibu mengusir ku?" Kaget sang gadis menghentikan kunyahan nya.

"Bukan begitu." Elak sang ibu.

"Dan lagi apa maksud sebutan 'nak Satoru' itu? Ibu sudah di guna-guna ya hingga jadi luluh padanya? Padahal tadi siang dia sudah berkata tak sopan pada ibu."

Sang ibu mengerat genggaman tangan, "Kau sebaiknya menikah dengan nya." Ucap nya tanpa mengalihkan fokus pada nasi kari di piring nya.

"Pfft.. hahahah ibu. Ibu bercanda? Hah–"

"Tidak. Kau memang harus menikah dengan nya." Sela sang ibu menyekat tawa [Name]. "Ini demi masa depan dan keselamatan mu." Lanjut sang ibu.

[Name] membisu, menunduk menatap piring nya yang sudah setengah bersih.

"Aku tahu bu, aku tahu aku sudah banyak menyusahkan ibu. Mulai besok aku akan cari kerja part time, aku janji akan masuk universitas favorit dan dapat beasiswa. Jadi ibu tak perlu khawatir soal biaya hidup ku lagi."

"Bukan masa depan yang itu." Sahut sang ibu datar dan dingin. Ia melanjutkan, "Keselamatan mu adalah hal terpenting saat ini."

Antara mau tak mau. Perasaan tak rela, dilema, serta sedikit kalut sudah campur aduk dalam batin sang ibu. Merelakan putri nya di bawa oleh orang lain adalah pilihan berat.

Terlebih pada keluarga Gojo yang ia tahu betul adalah penyihir Jujutsu. Bukan sebab menyimpan dendam, ia hanya tak sanggup kehilangan anggota keluarga untuk kedua kalinya jika terlibat dunia Jujutsu.

Sudah susah payah ia sembunyikan sang putri dari takdir, namun semesta berkata lain. Sang wanita sudah paham betul dengan alur benang merah keluarga Gojo bersama Injou bagai simbiosis mutualisme.

Kini semua telah ia pikirkan matang-matang sejak siang. Pilihan terbaik, demi keselamatan sang putri dan mungkin banyak orang. Walau memperkuat Gojo bukanlah tujuan.

Peringatan sang suami kala anak gadis nya menginjak angka 17 tinggal menghitung hari. Harum seorang penerus Injou bagai jari Sukuna yang menarik para mahkluk kutukan untuk melahap nya.

Hanya satu, demi keselamatan.

Tengah keduanya berhenti bercakap-cakap, keheningan kembali menyambah. Suara bel rumah mengambil alih fokus mereka.

Ting tong!

Ting tong!

"Orang bodoh mana sih yang bertamu di jam-jam makan malam begini." Ketus [Name] memberengut.

Ting tong!

"Iya, tunggu sebentar!"

Ting tong ting tong ting tong!

"Astaga! Tunggu sebentar!"

Ck jangan-jangan bocah tetangga yang bandel itu. Geram sang gadis dalam hati.

Ceklek!

"Konbawa."

Pintu dibuka, menampilkan sosok pria tinggi si topik utama sedang tersenyum lekat. Dengan jaket hitam keunguan seperti biasa, agak nya ini seragam guru sekolah nya.

Jujutsanpo [Gojo X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang