9. Mode dewasa

7.3K 1.1K 101
                                    

"Mohon perhatian Tuan dan Nyonya domo!! Hari ini saya akan mengenalkan pada kalian..." suara drumben menabuh, memeriahkan vokal mode dewasa Gojo yang kini menguasai ruangan kosong.

"Kalian? Tapi kita hanya berdua disini sensei." Ucap pemuda surai merah jambu berpotongan undercut, Itadori Yuuji.

Tak menggubris, Gojo bergeser selangkah ke samping. Menampilkan sosok gadis surai (h/c) dibelakang nya berdiri pasrah. "Tadaa!!! Gojo [Name]-chan!" Pekik nya penuh penekanan.

"Wuaaa..." antusias Yuuji dengan mata berbinar. "Dia siapa sensei?" Lanjutnya menelengkan kepala.

"He?! Sudah ku bilang dia Goj–"

"[Fullname] desu, yoroshiku..." sela [Name] dengan nada malas sambil ber-ojigi.

"Tapi tadi Gojo sensei bilan–"

"Yang punya nama itu aku kan?" Lagi-lagi [Name] menyela dengan malas.

"Maa ii ka. Yuuji, kau belum memperkenalkan diri." Cuap Gojo memberitahu.

"A-sou.. Itadori Yuuji, etto.. suka semangkuk nasi dan mie apa saja.. dan gemar nonton tv."

"Tunggu, Itadori Yuuji? Ka-kau bukan kah yang Gojo, ah maksudku sensei bilang sudah mati?! Kau?!" Heran [Name] terkejut. Ia lalu menoleh pada Gojo, "Kau membohongiku? Bercanda mu itu tidak lucu!"

"Iia, Gojo sensei berkata jujur, aku memang mati kok kemarin." Tunjuk Yuuji pada diri sendiri.

Serasa dua orang di hadapan nya tengah mempermainkan nya, [Name] hanya bisa menatap curiga. Sedang kedua pelaku hanya berdiri memasang wajah dungu.

Clap clap

Gojo menepuk tapak tangan nya dua kali. "Baiklah.. kita mulai pelajaran hari ini anak-anak." Serunya gembira.

Matanya beralih pada sang gadis. Menyentuh kedua bahu dan mendorong [Name] lembut lalu berucap halus, "Nyonya kau duduk disini ya. Diam dan perhatikan, oke?"

[Name] menurut saja, entah apa yang dua orang yang sepertinya bodoh ini akan lakukan. [Name] hanya bisa memperhatikan.

"Yuuji-kun, kita mulai seperti yang kemarin sudah kuberitahu ya.."

***

[Name] POV

Harus nya aku bosan, kursi yang ku duduki sebetulnya sudah menyerah ditempeli bokong ku. Berapa kali pun merubah posisi duduk, aku tetap merasa tak nyaman.

Tapi memperhatikan dua kaum adam ini berkelahi aku justru fokus menahan senyap. Layaknya menonton film laga di bioskop, kurasa ini lebih real dan menarik perhatian.

Beberapa kali meninju, beberapa kali menjatuhkan tendangan. Kurasa jika kaki ku yang kena akan pincang 1 bulan. Atau lebih?

Jujutsu itu sekolah penyihir yang punya banyak misi melawan kutukan. Tentu saja basic bela diri pasti dibutuhkan. Dan lagi, apa yang kulihat ini bukan hanya perkelahian biasa.

Ada cahaya biru yang membara di kepalan anak cepak ini. Kukira hanya perasaan ku saja, atau mataku yang salah lihat. Hingga malam netraku menyorot, inikah yang Gojo bilang adik kelas spesial.

Lalu sesekali aku hampir terhantam hingga harus memundurkan kepala, tapi Gojo selalu menangkis agar tak mengenai ku. Guru dan murid sama-sama cekatan.

Jujutsanpo [Gojo X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang