"Apapun kebahagiaanmu, jika bisa mengukir lengkung indah itu menjadi separuh bahagiaku juga."
—Bang Gara"Bang Gara pulang!"
"Eh—kalian berdua siapa?"
Sagara menatap dua orang asing dihadapannya. Sebenarnya bingung, pasalnta dua orang itu tak memakai atasan alias telanjang dada. Posisi naik diatas sofa, seperti dugaan Sagara sedang bertengkar.
Yang ditatapnya hanya tersenyum canggung, memakai kembali seragam mereka. Merubah posisi menjadi duduk rapi disofa. "Maaf Kak." ucap salah satunya.
"Ngapain tadi nggak pake baju? Untung nggak ada cewek yang lihat, mana pintu kebuka lagi."
"Tadi niatnya mau ganti seragam Kak, tapi lupa nanya letak kamar mandi sama Devano. Ya... udah ganti disini sekalian aja hehe," cowok berkulit putih bersuara.
"Maaf Kak, tapi tadi si Rion nggak mau diajak nyari, katanya takut kesasar disini." sahut cowok berjakun disebelahnya.
Prokk Prokk Prokk
"Wah..."
Temannya tertawa dan bertepuk tangan. Ia menatap malas yang dipanggilnya Rion tadi. Dia tertawa saat sedang terciduk tidak indah seperti ini. Dasar tidak tahu diri!
"Kakak tau? Tadi kalimat Vier terpanjang selama hidupnya."
"Biasanya emang gimana?" Sagara menanggapi.
"Cuman hm kalau nggak ya pake bahasa isyarat."
Sagara terkekeh sejenak, menggelengkan kepala lantas duduk dihadapan dua orang itu. "Temennya Vano ya? Kerkom disini?" tanyanya.
"Iya Kak."
"Panggil Bang Gara aja, jangan Kakak. Nama kalian?"
Cowok berkulit putih mengulurkan tangannya dan disambut Sagara. "Rion Aldiraza, panggilnya Rion aja." ucapnya sambil tersenyum.
"Yang satunya?" lanjut Sagara.
"Xavier Dellano."
Sekarang berganti Vier yang menjabat tangan Sagara. Dari cara berbicara dan ekspresi wajah saja, Sagara tahu teman adiknya ini cukup dingin. Berbeda dengan Rion yang mungkin lebih mudah menebar senyum.
"Xavier? Kayak pernah denger tapi Abang lupa," Sagara menatap Xavier, "Ah mungkin sama aja kali' ya."
Tetapi ada satu orang yang tak ia lihat sedari tadi. Devano, adiknya tak menampakkan diri. Apa mungkin sedang pergi, Sagara mengecek ponselnya tak mendapat pesan apapun. Tadi mereka pulang sekolah sendiri-sendiri, katanya Devano masih ingin berdiskusi dengan temannya. Bahkan sekarang teman Devano itu sudah sampai dirumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You, Me ✔
Teen Fiction[S E L E S A I] [B R O T H E R S H I P] Gosipnya menyebar, secepat angin yang membawa dedaunan berguguran. Hampir satu sekolahan sudah mengetahui. Bahkan itu belum diberi keterangan dari pihak yang bersangkutan. Mereka langsung percaya begitu saja...