"Kamu itu istimewa,
tapi letak istimewanya beda dari yang lain."
—DevanoBahasa Indonesia, mata pelajaran utama yang diwajibkan diseluruh sekolah. Materinya sebenarnya mudah saja, jika dipelajari sungguh-sungguh. Apalagi kelas Sagara dan Farel mendapat guru yang tidak killer. Saat menjelaskan tidak membuat mengantuk, dan kalau memberi tugas tidak selalu berlebihan. Bisa dibilang guru yang diimpikan semua kelas, guru favorit Bahasa Indonesia disekolah ini. Pak Agus, namanya.
Tetapi, Sagara tetaplah Sagara. Mau dibilang diajar guru favorit, mata pelajarannya mudah, dirinya tetap tidak mempunyai niat untuk melirik Pak Agus yang sedang menjelaskan didepan. Lapangan luar lebih menarik perhatiannya. Iya benar, matanya melihat kearah sana, tapi pikirannya kemana-mana. Sampai Farel, yang satu bangku dengannya, berbicara pun tak sadar.
"Gar, jangan bengong, ketahuan Pak Agus tau rasa lo!"
Sagara tersadar, menoleh kearah Farel sebentar, dan kembali menatap luar.
"Diem, gue lagi males sama Bahasa Indonesia," ucapnya pelan.
"Hhh...gue lupa, lo kan emang selalu males. PR aja kalau nggak buat hari besok, nggak bakal ngerjain."
"Jangan buka aib."
Temannya masih menatap Sagara, menghembuskan napas kasar, "Ngelamunin apaan sih? Lo ada masalah? Devano lagi?" tanyanya.
Dan yang ditanya hanya diam. Sungguh, wajah yang dipasang Sagara saat ini membuat temannya itu memijit kepala. Bisa gawat kalau ketahuan guru mereka.
"Sagara."
"Nah kan! Mampus lo Gar!"
"Sagara Tinta Dilandre."
Suara besar itu seperti mengintrupsikan seluruh warga kelas menatap yang dipanggil. Sagara terhenyak dari lamunannya dan mencoba memahami keadaan sekitar. Netranya bertemu dengan yang didepan, sorot tak suka memancar.
"A-ah, maaf Pak—"
"Maju kedepan."
KAMU SEDANG MEMBACA
You, Me ✔
Teen Fiction[S E L E S A I] [B R O T H E R S H I P] Gosipnya menyebar, secepat angin yang membawa dedaunan berguguran. Hampir satu sekolahan sudah mengetahui. Bahkan itu belum diberi keterangan dari pihak yang bersangkutan. Mereka langsung percaya begitu saja...