"Emang, yang dari dulu udah nempel mulu susah dipisahin."
—XavierKring!
Semua siswa berlarian beradu cepat menuju kantin. Setelah bel berbunyi, semua kelas langsung kosong dalam hitungan detik saja. Menuju tujuan yang sama untuk mengisi perut. Tentu dengan Devano, Xavier dan Rion juga.
Tetapi, arah larian sebagian siswa malah berlawanan dengan mereka. Wajah terlihat panik dan bisik-bisik ada dimana-mana. Apa yang terjadi sebenarnya? Pengumpulan siswa-siswi mendadak, atau ada sesuatu yang lain.
Rion penasaran, tangannya mencekal salah satu siswi perempuan yang kebetulan berlari lewat. "Ada apaan sih?" tanyanya penasaran.
"Berantem. Ada yang berantem di lapangan luar."
Ketiganya saling bersitatap. Sama-sama penasaran sebenarnya, tapi perut mereka sudah meronta-ronta untuk diisi. Lagipula untuk apa juga menonton orang berkelahi. Nanti juga akhirnya dibubarkan guru Bimbingan Konseling.
"Nggak penting."
Setelah Rion berujar seperti itu, mereka kembali melanjutkan langkah ke kantin. Sebelum suara seseorang mengintrupsikan mereka untuk berhenti berjalan.
"KALIAN?!"
Mereka menoleh, Farel berlari mendekat dengan napas yang tak beraturan. Wajahnya terlihat panik dan memerah. Entah apa yang sebelumnya terjadi, tak ada yang tahu.
"Kak Farel kenapa?" Devano bertanya.
"Sagara huh Abang lo berantem di lapangan luar. Ayo kesana!"
Awalnya mereka diam, Devano menatap takut Farel yang menunjukkan wajah cemas. Saat tangan Farel menariknya, kesadarannya kembali lagi. Dengan langkah cepat ia mengikuti Farel ke lapangan luar. Disusul Rion dan Xavier dibelakang mereka. Tentu saja mereka tak mau Devano ikut kenapa-napa.
Devano takut. Devano takut mengetahui memang kakaknya yang berkelahi. Devano takut kakaknya akan kenapa-napa. Ia memang sudah sering mengobati kakaknya yang berkelahi. Sampai saking seringnya, Devano takut sang kakak tak bisa mengendalikan diri jika terus seperti ini.
Lautan manusia terpampang jelas didepan matanya sekarang. Bahkan ia tak melihat siapa yang berada ditengah orang-orang itu. Sontak kakinya memelan mendekati kerumunan, ingin menerobos rasanya. Sebelum rasa takutnya selama ini datang tiba-tiba.
"Hah!"
Devano secepat kilat berjongkok, menutup mata dengan kedua telapak tangan. Farel yang dibelakangnya kaget, dia refleks mendekati adik temannya. Menarik badan yang mulai bergetar itu menjauh dari kerumunan. Sekarang ia yang bingung harus bagaimana, sembari mengusap lembut punggung Devano dan membantunya untuk tenang, Farel meminta Rion dan Xavier membawa Devano ke UKS.
"Bawa Vano ke UKS, gue pisahin Gara dulu! Jangan pernah balik kesini, apalagi bawa Vano!" ucap Farel dan pergi membelah lautan manusia yang masih saling menyoraki.
KAMU SEDANG MEMBACA
You, Me ✔
Teen Fiction[S E L E S A I] [B R O T H E R S H I P] Gosipnya menyebar, secepat angin yang membawa dedaunan berguguran. Hampir satu sekolahan sudah mengetahui. Bahkan itu belum diberi keterangan dari pihak yang bersangkutan. Mereka langsung percaya begitu saja...