"Setiap kali ku genggam tanganmu, aku selalu merasakan kehangatan."
—Bang GaraSagara merasakan suhu tubuhnya semakin hangat saja. Dirinya masih asik berjalan mengelilingi kamar tanpa tujuan apa-apa. Semakin lama matanya semakin berat dan panas rasanya, kakinya juga tiba-tiba menjadi lemas. Sagara masih berpikir positif, mungkin ia akhir-akhir ini terlalu memikirkan adiknya berlebihan.
Kepalanya menoleh menatap jarum jam yang menunjuk angka sebelas, sudah sangat malam ternyata. Ia ingin mengambil minum, tapi kakinya malah bergerak kearah tempat tidur. Ia menjatuhkan tubuhnya, sudah seperti tak ada tenaga lagi. Kenapa badannya terasa sakit, dan entah sejak kapan Sagara mulai menggigil dan kelopaknya terpejam.
Kaki kecilnya terus berjalan keluar masuk pintu kamar Sagara. Berpikir bingung, ia sedang kalut saat ini. Niat hati ingin mengusir kehausan malah berakhir panik dengan keadaan sang kakak.
Saat Devano masuk kekamar itu, Sagara sudah menggigil hebat. Sibuk menggigau tak jelas maksudnya. Hingga Devano datang dan sekarang mengkompresnya dengan air hangat.
Sebenarnya dirinya sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Setiap Sagara atau Devano sakit, pasti Bunda yang merawat mereka. Yang hanya Devano ingat, sang Bunda selalu mengkompresnya jika demam menggunakan air. Tak tahu itu hangat, panas, atau malah dingin, Devano tak pernah kepikiran.
"Vano...Vano...Vano..."
"Bang Gara jangan sakit," ucap Devano membereskan kompresannya, meletakkan dimeja dan mencoba menenangkan sang kakak yang mulai menggigau.
Entah nanti kompresan barusan bisa membuat Sagara turun demamnya atau tidak, Devano hanya bisa berdoa semoga sang kakak cepat sembuh. Dirinya mengganti dengan bye-bye fever yang ditempel di dahi Sagara.
"Bang Gara kenapa bisa demam?"
"Tunggi banget 39,5°C lagi, Abang nggak kasian sama Vano yang bingung mau gimana. Biasanya Bunda yang rawat kita kalau demam," omelnya pelan ke diri sendiri.
"Eughh."
Kelopak mata itu perlahan terbuka. Sagara masih mencoba menyesuaikan cahaya, dan seluruh tubuh yang tiba-tiba sakit secara bersamaan. Ternyata bangunnya disambut pelukan dari sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
You, Me ✔
Teen Fiction[S E L E S A I] [B R O T H E R S H I P] Gosipnya menyebar, secepat angin yang membawa dedaunan berguguran. Hampir satu sekolahan sudah mengetahui. Bahkan itu belum diberi keterangan dari pihak yang bersangkutan. Mereka langsung percaya begitu saja...