"Bisa tidak kita ulang masa kecil?
Biar lebih bahagia, dan tidak
tahu apa itu arti luka."
—You, MeSagara menunjuk tumpukan kotak kardus cokelat didekat sofa ruang tengah. Tersenyum kepada sang adik, dan kembi melanjutkan kegiatannya yang tertunda. Yang diacuhkan berdecak malas, walaupun masih dilakukan perintah Sagara. Meletakkan kardus-kardus itu ke gudang rumah.
Tadi, pagi-pagi sekali, mereka sudah memilah baju yang tidak dipakai di almari. Kemudian dimasukkan ke kotak kardus cokelat oleh Sagara. Karena, tempat menyimpan pakaian mereka habis lama-kelamaan. Daripada tidak dipakai tapi masih disimpan, lain kali bisa diberikan ke yang lebih membutuhkan kan?
"Udah, Bang. Vano mau ke kamar ya?"
Sagara mengangguk, mengamati adiknya sampai hilang ke pintu kamar. Dia kembali merapikan kardus-kardus yang tersisa. Ingin cepat-cepat sekali dan mengistirahatkan badannya.
"Huh! Akhirnya selesai juga."
Sagara menutup pintu gudang dan menguncinya. Ia berjalan menuju kamar, langkah kakinya sempat terhenti ketika melewati kamar Ayah Bundanya. Sagara menghela napas pelan dan tersenyum tipis.
Jujur, Sagara rindu mereka. Sudah empat bulan lebih setelah kecelakaan pesawat itu terjadi, jasad orang tua mereka belum ditemukan. Dulu sempat ia dan Devano menaruh harapan, bahwa Ayah Bunda mereka masih ada. Tetapi kenyataan berkehendak lain, kemungkinan semua penumpang pesawat yang dinaiki orang tua mereka tidak selamat.
Badan pesawatnya saja sudah hancur lebur. Tertinggal kepingan-kepingan saja. Tidak lebih sama dengan jasad penumpangnya.
"Ayah Bunda, udah tenang disana," Sagara kembali melanjutkan berjalan ke kamarnya.
Kamar bercat biru itu cukup luas untuk Sagara beristirahat. Nyaman dan tenang rasanya. Dinding-dinding disana tak sepi, ada beberapa figura yang dipajang oleh dirinya. Meja belajarnya juga tak seperti kebanyakan pelajar, diisi buku-buku sehingga seperti perpustakaan, tidak hanya saja milik Sagara bukunya tak sebanyak itu.
Terlebih lagi, dari dulu Sagara suka memajang foto Devano. Banyak foto sang adik disetiap sudut kamar itu. Sagara suka tingkahnya. Sagara suka sifatnya. Sagara suka senyum lebarnya.
Badannya dirubuhkan ke kasur empuk kesayangan. Sagara berniat menutup mata sejenak. Mengatur napas, dan mendudukkan diri setelahnya.
"Kayaknya gue terlalu sayang sama Vano."
KAMU SEDANG MEMBACA
You, Me ✔
Teen Fiction[S E L E S A I] [B R O T H E R S H I P] Gosipnya menyebar, secepat angin yang membawa dedaunan berguguran. Hampir satu sekolahan sudah mengetahui. Bahkan itu belum diberi keterangan dari pihak yang bersangkutan. Mereka langsung percaya begitu saja...