🍂 29 🍂

248 45 127
                                    

(recommended song: See You Again - Wiz Khalifa ft. Charlie Puth (piano cover))

*kalo bisa piano cover yang pure instrument ya gais*

Kematian, mendengarnya saja sudah mampu membuat orang-orang bergidik ngeri. Satu hal yang tidak bisa dihindari, kedatangannya pun mendadak. Dia tidak pandang bulu, tua-muda, besar-kecil, pria-wanita, dia tidak peduli mangsanya.

Siapa yang menyangka Seo Chang Bin akan berpulang di usia yang begitu muda, 19 tahun? Karena penyebab konyol pula, didorong teman satu sekolahnya di tengah perkelahian. Sepertinya dewa maut sedang melucu ketika menulis skenario kematiannya.

Derai air mata mengiringi perjalanan menuju tempat peristirahatan terakhirnya. Ibunya yang entah sudah berapa kali pingsan selama upacara sampai pengantaran jenazah, ayahnya yang berusaha tetap tegar di depan semua orang, kakaknya yang menangis dengan kencang meratapi kepergian adiknya.

Tidak banyak teman yang hadir untuk pemakamannya. Sifatnya yang semakin tertutup membuatnya hanya memiliki sedikit teman. Hanya Chan, Seung Min, Jeong In dan Felix yang hadir. Sisanya sanak saudara keluarga besar mereka yang hadir.

Di antara keempat remaja itu, tangis Felix yang paling kencang mengingat dia adalah orang terdekat Chang Bin.

"Hyung, bangunlah ... jangan bercanda, masih ada kesempatan untuk bangun sebelum kau ditimbun tanah," gumam Felix di tengah isakannya.

Chan menepuk Felix beberapa kali di pundaknya sebagai bentuk penguatan. Chan tidak seberapa dekat dengan Chang Bin, tapi rasanya sudah cukup berat kehilangan salah satu temannya di usia yang belia.

"Rest in Peace, mate. Mimpi indah di atas sana." Chan mengusap air matanya yang mengalir semakin deras tanpa permisi.

"Baik-baik di atas sana, jangan buat repot panitia surga." Seung Min mengencangkan rahangnya, menahan bendungan air mata yang semakin banyak.

"Walaupun kita baru kenal, aku tahu Hyung orang baik, istirahat yang damai." Jeong In menatap nanar ke arah peti Chang Bin yang kini telah berada beberapa meter di bawah mereka.

Tanah mulai ditumpahkan ke liang kubur, menutupi petinya sedikit demi sedikit.

"Selamat jalan, anak nakalku, istirahat yang damai," pada akhirnya Eun Kwang tidak lagi mampu menahan bendungan air matanya, dia menangis ketika melihat peti putranya yang semakin hilang tenggelam oleh tanah.

Chang Bin memang telah pergi untuk selamanya, tapi kenangan yang ditinggalkannya pada orang-orang tercinta akan selalu hidup dalam benak mereka. Dia tetap hidup di dalam ingatan setiap orang, hanya saja dia tidak bisa hadir secara nyata.

Sehelai bulu putih jatuh tepat di hadapan keempat pemuda berseragam itu, ditatapnya bulu putih itu dengan penuh tanda tanya. Bulu itu sangat kecil dan samar, teksturnya mirip bulu burung.

"Apa itu?" Jeong In mendekatkan wajahnya pada bulu kecil itu.

Chan menangkapnya, mereka kemudian memandangi helai bulu misterius itu dengan penuh tanda tanya.

"Apakah ini bulu burung?" Seung Min mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Kalian tahu apa yang dulu pernah dibilang ibuku? Katanya, ini adalah sayap malaikat yang rontok dan meninggalkan jejak dari sayapnya yang indah." Chan tersenyum simpul.

"Apa ini artinya Chang Bin Hyung dijemput malaikat menuju surga?" Jeong In bertanya dengan wajah polosnya, mengundang tawa kecil dari Felix, Seung Min, dan Chan. Jeong In terkadang terlalu polos untuk disebut siswa kelas 10.

"Ya, kurasa dia baru saja dijemput." Chan mendongak menatap langit yang berawan, secercah cahaya menembus melewati gumpalan awan mendung di atas sana, seolah membuat jalan menuju surga.

Phobia {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang