Sepanjang hari ini, Yoo Jin terus mengikuti Min Ho kemanapun ia pergi — kecuali ke kamar mandi tentunya — aktivitas ini tidak hanya mengganggu Min Ho tentunya tapi juga Hyun Jin dan Ji Sung. Yoo Jin tidak terlalu paham dengan topik pembicaraan para laki - laki ini, alhasil ia hanya berdiam diri sambil terus menatap Min Ho.
Setelah mendengar cerita soal Yoo Jin semalam dari ibunya dan semua kebaikkan Yoo Jin untuknya, Min Ho jadi tidak enak hati bila terus menerus berlaku kasar padanya. Pilihan untuk saat ini adalah membiarkan Yoo Jin berbuat semaunya selagi tidak melewati batas.
"Hyung, hari ini kau akan melaksanakan seleksi olimpiade kan? Semangat!" Hyun Jin menyemangati Min Ho. "Terima kasih." Min Ho membalas singkat dengan senyuman di wajahnya. Ji Sung juga menyemangatinya, hanya Yoo Jin yang tidak berucap sepatah katapun.
"Tidakkah kau ingin mengulang?" Min Ho bertanya tanpa memalingkah wajahnya dari kertas, Yoo Jin menggeleng kecil, "Aku sudah mengulang semalam, terlalu banya mengulang hanya akan membuatku pusing. Jika ada yang kau tidak mengerti, jangan sungkan untuk bertanya padaku."
Hyun Jin dan Ji Sung saling melempar tatap, hubungan mereka dengan Yoo Jin masih terasa aneh. Yoo Jin yang tidak mencoba berbaur dengan mereka seolah menganggap kedua manusia tersebut tidak ada.
"Noona? Apakah kau benar seorang penyihir?" Ji Sung bertanya dengan wajah polosnya. Hyun Jin yang terkejut memukul punggung Ji Sung.
"Apa?" omel Ji Sung. Hyun Jin berbicara dengan ekspresi muka dan bahasa isyarat yang tidak bisa dimengerti Ji Sung, "Apa yang sedang kau bicarakan? Dasar aneh." Hyun Jin menepuk dahinya, mungkin ia sedang merutuki Ji Sung dalam hati.
Yoo Jin tertawa kecil melihat tingkah kedua adik kelasnya, ia tidak mengira mereka bisa menjadi begitu menggemaskan. "Han Ji Sung, kamu ingin aku menjawab jujur atau sejujurnya?"
Ji Sung menelan ludah dengan susah payah sebelum menjawab pertanyaan Yoo Jin, "Lebih baik jika aku jawab yang mana, noona?" Yoo Jin memiringkan kepalanya, "Aku yang bertanya padamu. Kenapa kamu bertanya balik?"
Ji Sung dapat merasakan semua rambut di tubuhnya mulai meremang, ia menyembunyikan dirinya di balik tubuh Hyun Jin. "Aku tidak akan memakanmu, jawab saja kamu mau tahu yang jujur atau sejujurnya?"
"S - se - sejujurnya."
Hyun Jin mendorong Ji Sung menjauh dari tubuhnya, "Jangan berlebihan, minimal jika kamu dikirim santet atau hilang tanpa jejak. Setidaknya kita sudah punya pegangan terhadap tersangka utama." Hyun Jin menakut - nakuti Ji Sung.
"Hwang Hyun Jin, kau sungguh ingin aku hilang tanpa jejak atau muntah paku? Teman macam apa kau ini?" Hyun Jin terbahak melihat Ji Sung yang panik.
"Sejujurnya ... aku juga manusia biasa, bodoh."
Ji Sung dan Hyun Jin menatap Yoo Jin tidak percaya, seolah dia benar - benar seorang penyihir dari negeri dongeng.
"Kukira selama ini kau memang ahli sihir. Membuat kami takut saja." Hyun Jin menenggak minumnya santai, "Tapi semua yang kukatan biasanya akan terjadi."
Hyun Jin yang terkejut menyemburkan air dari dalam mulutnya ke wajah Ji Sung, "Hwang Hyun Jin sialan! Kenapa malah menyemburku? Kau pikir aku sedang diguna - guna?"
Min Ho yang sedari tadi diam tidak mampu menahan tawanya, ia tertawa terbahak - bahak melihat kejadian barusan. Seisi meja terkejut melihat Min Ho yang tersenyum lebar, mereka tidak pernah melihatnya benar - benar tertawa lepas — kecuali Ji Sung.
"Itu adalah hal terlucu yang pernah kulihat. Kalian terlihat sangat konyol tadi." Min Ho masih tertawa. Hyun Jin, Ji Sung dan Yoo Jin saling melempar tatap sebelum ikut tertawa bersama Min Ho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phobia {SUDAH TERBIT}
Fiksi Penggemar{COMPLETED} "Maukah kamu menyelamatkanku dari jurang rasa takut ini?" -Lee Min Ho • "Aku benci perempuan ...." Begitu kata Minho sesaat setelah Yoojin menyentuh pundaknya. Menceritakan lika-liku kisah cinta pertama Minho yang rumit karena trauma yan...