Part 22

141 15 4
                                    

Selama perjalanan pulang sampai Donghyuk tiba di rumah, yang dilakukannya sekarang hanyalah termenung diam saat mengingat perbedaan tingkah dari sang sahabat semasa di sekolah tadi. Entah apa yang terjadi, namun sampai detik ini atas tindak lakunya yang abnormal berhasil membuat batinnya mengganjil. Belajar pun tak fokus ketika kedua netra menilik paras sang sahabat yang terdapat pada layar ponsel di atas meja nakas.

"Heuh.. siapa yang menghubungimu tadi, Jinanie? Dan, tidak mungkin kan kau sengaja mengubah nada ponselmu menjadi silent." ujarnya seraya menerawang isi pikiran sang teman sejati yang sudah terjalin sejak lama.

"Apa, kau memang sengaja atau - "

Drrtt..

Drrtt..

Drrtt..

Tiba - tiba ponsel yang sedari tadi terdiam berubah bergetar menandakan telephone masuk. Donghyuk yang tengah terlamun seketika terkejut dan langsung menatap layar ponsel untuk mengetahui siapa gerangan yang menghubunginya malam - malam seperti ini. Setelah mengetahui, tanpa ragu ia lekas menggeser tanda hijau dan menempelkan benda pipih itu ke salah satu indera pendengar.

"Jinanie? Ada apa menelphoneku malam - malam seperti ini? Apa ada sesuatu yang terjadi padamu? Apakah kau sudah berada di rumah? Dan keberadaanmu sekarang dimana? Lalu - "

'Hei, hei, pelan - pelan. Aku baik - baik saja. Sekarang aku sedang di kamar'

Lega Donghyuk "Oh syukurlah. Ku kira kau belum sampai di rumah. Kenapa? Apa kau rindu padaku sampai harus menghubungiku malam - malam begini?"

'Eiih.. Kau percaya diri sekali. Pantas saja Yunhyeong-ie kesal saat mendengar tingkahmu yang seperti itu. Eum, maksud dari aku menelphonemu hanya untuk menanyakan rumus matematika yang di ajarkan Kim Saem tadi. Pada bagian empat dan seterusnya aku belum sangat paham akan pembahasannya tadi. Apakah kau bisa membantuku?'

Gurauan dan celotehan yang sudah lama tak terdengar dari pria mungil itu membuat Donghyuk sebentar menahan tawa gemas. Walau hanya sedikit, ternyata mampu mengubah mood hatinya yang tadinya sendu menjadi riang kembali.

"Aigo.. jadi alasanmu menelphoneku hanya untuk itu? Ck, ck, ck. Hei, dengar ya saudara Kim Jinhwan yang terhormat. Apakah kau akan langsung mengerti ketika kujelaskan melalui line telephone? Yunhyeong saja langsung memutuskan sambungan telphonennya ketika aku menjelaskan apalagi dirimu. Sudah, besok saja di sekolah. Aku akan mengajarimu sampai kau benar - benar mengerti. Bagaimana? Lagipula, aku juga sudah mengantuk. Hoam..."

'Heuh... Baiklah. Maafkan, jika aku mengganggu waktumu. Kalau begitu aku tutu-'

"YAK KIM JINHWAN!!! JANGAN DITUTUP DULU TELEPHONENYA. AKU INGIN BERTANYA SESUATU PADAMU. BOLEHKAN?"

Seruan keras yang terdengar lekas membuat Jinhwan menjauhkan ponsel mahalnya dari daun telinga. Namun tak berselang lama, benda pipih itu kembali didekatkan pada salah satu indera pendengar dan bersiap mendengar ajuan pertanyaan dari pria yang dijuluki orang terpintar seantero Hyundai High School ini.

Sebaliknya, Donghyuk mulai meragu untuk bertanya atau tidak pada sahabat mungilnya ini. Namun hasrat tanya pun terbuncah hingga suasana hati berubah kalut pada sang sahabat.
'apa, ku urungkan saja niatku untuk bertanya hal ini padanya? Tapi, aku penasaran? Bagaimana ini?'

'Dongie-ah. Kim Donghyuk. Apa kau sudah tertidur?'

Lantunan suara lembut Jinhwan seketika menghancurkan lamunan Donghyuk yang sedari tadi terdiam. Menginterupsi panggilan sang sahabat, ia pun lekas mengubah mood lesunya menjadi setengah riang agar suara curiga tak terdengar dari seberang line telephone.

Be Side UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang