Part 6

199 28 2
                                    

Malam yang sunyi dengan sejuta bintang gemerlap menghiasi langit gelap dengan ditemani terang bulan yang menembuskan cahayanya ke seluruh penjuru dunia. Suara angin mendayu - dayu membuat udara disekitarnya semakin dingin menerpa tubuh si manis Kim Jinhwan. Rasa dinginnya pun menghilang berganti kehangatan, saat sang kekasih yang amat dirindukannya hadir kembali untuk kesekian lamanya. Cemas, takut dan gelisah hilang dalam sekejap bagaikan ombak yang menyapu bersih pesisir pantai. Air mata yang sedari tadi ditahannya jatuh dan dengan lembut dihapus oleh sang kekasih.

"Jinanie, kenapa kau menangis? Apa kau sakit?" Tanya Hanbin cemas. Lalu punggung tangannya mendarat di kening si manis untuk mengecek apakah ia demam.

"Heum.. tidak panas. Apa kau saat ini sedang menahan lapar sampai menangis? Aku tidak tau apakah ada kedai yang masih buka jam segini? Kalau kau lapar aku belikan sesuatu untukmu ya sebentar"

Hanbin beranjak pergi sebentar namun pergelangan tangannya ditahan oleh Jinhwan. Lalu ia berjongkok kembali dan bertanya padanya.

"Ada apa? Kenapa menarikku lagi?"

"Hiks.. hiks.. dasar bodoh aku tidak lapar tau"

"Lalu apa?"

"...... Kau tidak peka"

"Tidak peka, maksudnya?"

"HIKS.. AKU ITU MERINDUKANMU HANBIN-AH. KAU KEMANA SAJA HAAH.. PESAN - PESANKU TAK PERNAH KAU BALAS. BAHKAN TELEPONPUN TAK DIANGKAT. KU PIKIR KAU SUDAH PUNYA YANG LAIN. LALU.. HIKS.. KENAPA KAU MENGHINDAR DARIKU SAAT DI PERSIMPANGAN JALAN GANGNAM KEMARIN? APA AKU TAMBAH JELEK DIHADAPANMU? SEHINGGA KAU PERGI KEMARIN HIKS.. KALAU MEMANG ITU ALASANMU, YA SUDAH PERGI SAJA SANA! MENJAUHLAH DARI HADAPANKU HIKS...HIKS"

Jinhwan marah dan kesal pada sang kekasih setelah sekian lama baru muncul saat ini tanpa kabar. Hanbin hanya tersenyum saat melihat Jinhwan marah padanya. Lalu tangannya terulur kembali untuk menghapus air mata dan memeluknya dengan sangat erat. Kini Jinhwan kembali tenang lalu melepas pelukannya dari Hanbin.

"Sudah nangisnya? Kau seperti anak kecil saja. Dasar cengeng"

"Kemana saja kau hingga tidak mengabariku?"

"Aku disini. Dihatimu"

Hanbin menunjuk dada Jinhwan untuk menyatakan bahwa ia selalu berada dihatinya. Jinhwan hanya menggerutu kesal melihat tingkah kekasihnya itu. Lalu ia mengajak Hanbin untuk duduk disebelahnya untuk menemani malam kelamnya.

"Kenapa kau belum tidur? Malah mengajakku duduk disini! Masuklah, aku akan pulang. Disini dingin nanti kau sakit" ucap Hanbin yang khawatir pada Jinhwan. Namun ia hanya menggelengkan kepalanya dan berkata bahwa ia ingin menikmati angin malam sejenak untuk menghilangkan penat dipikirannya. Hanbin sudah hafal sekali kalau kekasihnya sedang ada masalah pasti akan menyendiri seperti ini.

"Ada apa? Ceritakan saja padaku"

"Tidak ada"

Hanbin sudah tau pasti jawabannya begitu. Sekarang lebih baik ia mengikuti Jinhwan saja menikmati angin malam. Hingga beberapa menit kemudian, ia menjadi gusar karena Jinhwan tidak mau berbagi masalah pribadi padanya. Lalu ia pun memberanikan diri untuk bertanya pada sang kekasih.

"Ayahmu melakukannya lagi kan?"

Tebakan Hanbin tepat membuat Jinhwan terkesiap tajam menatap pujaannya.

"Aku tidak ingin menceritakannya. Jadi jangan harap kau meminta jawabannya padaku"

Jinhwan kembali pada mood datarnya membuat Hanbin melihat perubahan sifat sang kekasih, tidak sehangat dan ceria seperti dulu saat pertama kali mereka bertemu.

Be Side UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang