Part 10

160 26 20
                                    

Cuaca pagi yang begitu cerah, Jinhwan tengah berjalan santai hendak menuju taman untuk menemui kekasihnya, Kim Hanbin. Dilihatnya taman tampak begitu ramai karena banyak anak - anak sedang bermain bola dengan begitu riang. Jinhwan mengalihkan pandangannya pada sosok yang dicarinya dan ternyata sudah duduk dikursi saat mereka bertemu. Perlahan langkah kakinya mulai mendekati kursi dan terlihat Kim Hanbin sedang memejamkan mata sambil melipat tangan di depan dada. Dengan hati - hati Jinhwan duduk lalu menatap wajah sang kekasih yang tertidur begitu damai. Bias matahari menembus sedikit dedaunan hingga mengenai wajah Hanbin yang begitu berkilauan. Hingga rasanya hati Jinhwan begitu tenang saat melihat wajah sang kekasih. Ingin sekali ia menyentuh wajahnya namun mengurungkan niatnya karena takut mengusik tidur kekasihnya.

"Kenapa melihatku seperti itu Jinanie? Apa aku begitu mempesona sampai kau tidak mengedipkan matamu?"

Jinhwan terkejut, saat mendegar teguran sang kekasih yang tampaknya tidak tidur. Lalu ia menetralisasikan jantungnya yang berdegup kencang untuk tidak gugup saat menjawab pertanyaan Hanbin.

"Kukira kau tidur! Makanya aku pelan - pelan saat duduk tadi, takut mengganggu tidurmu. Kau sudah lama disini?"

"Eum.. kira - kira sudah setengah jam yang lalu aku disini. Untuk menghindari bosan, aku mencoba tidur dan ternyata angin disini enak juga" Ucap Hanbin yang masih pada posisinya.

"Mian.. tadi aku sarapan dulu dengan noonaku jadi agak lama"

"Oh.. Yuri noona sudah pulang dari Amerika? Bagaimana kabarnya? Dia masih ceria seperti dulu kan?" Posisi Hanbin kini kembali tegap saat Jinhwan mengucapkan kabar kakaknya.

"Heum.. Bahkan tambah cerewet. Aku pusing kalau ditanyai soal kondisiku. Menyebalkan!"

Hanbin menatap Jinhwan dari samping yang sedang menggerutu imut.

"Dasar kau ini! Giliran diperhatikan marah, tidak diperhatikan kau tambah marah. Noonamu itu cerewet karena kau tidak patuh denganya, Jinanie. Maka dari itu, jadilah anak yang penurut dan manis" ucap Hanbin sambil mengelus kepala Jinhwan seperti anak anjing.

"Kau dengannya sama saja. Menganggapku manis seperti anak perempuan"

"Memang kau manis"

"Aish jinjja.. menyebal.."

Ucapan Jinhwan terhenti saat sebuah bola mendarat mengenai kakinya lalu tangannya segera mengambil bola itu. Pandangannya beralih kearah depan, dilihatnya seorang anak laki - laki menghampirinya yang hendak mengambil bola.

"Ini bolamu? Ambillah"

"Ah..  joesonghamnida hyung, kalau aku mengganggumu"

"Tidak apa-apa. Kau kelas berapa? hari ini tidak sekolah?"

"Aku kelas lima hyung. Hari ini sekolah libur karena ada rapat"

"Oh.. aku juga tidak masuk sekolah hari ini. Jja. Mainlah lagi, temanmu sudah menunggu"

Sudah mendapatkan bolanya, namun anak laki - laki itu masih berdiri dihadapannya dengan tatapan bingung. Membuat Jinhwan mengerutkan dahinya heran melihat anak ini.

"Ada apa lagi?" Tanya Jinhwan

"Eum.. maaf ya hyung kalau aku lancang. Kau sedang berbicara dengan sia.."

"Minsoo-ah cepat kesini kita main lagi. Sedang seru-serunya kau malah mengobrol. Ppali!"

Seruan temannya membuat anak itu memilih tidak melanjutkan perkataannya. Lalu ia membungkuk memberi hormat pada Jinhwan dan berlalu pergi untuk melanjutkan bermain bolanya. Jinhwan menjadi heran saat mendengar perkataan anak itu. Lalu pandangannya langsung menatap Hanbin. Membuat Hanbin tertawa begitu keras.

Be Side UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang